By Christie Damayanti
Ibu punya 3 istana di rumah kami, istana kebon maksudnya, hihihi ......
Rumah kami memang cukup besar, dibangun oleh bapakku sendiri tahun 1971. Beliau pernah tinggal di Belanda selama beberapa tahun ketika aku masih kecil, dan beliau membangun rumahnya sesuai dengan konsep arsitektur Belanda dengan detailnya yang tidak seperti rumah2 pada umimnya di Jakarta, khususnya.
Beliau punya konsep bahwa, ketika kekuarga itu nyaman di rumah, mereka tidak akan "berpikir" keluar dari rumah, sehingga beliau menyediakan sarana dan fasilitas2 lengkap di dalam rumah.
Salah satunya adalah bapak membangun istana kecil untuk ibuku, yaitu 3 buah kebon luas dan cantik di rumah kami.
Ok, kita mulai dengan kebon dalam, ya. Maksudnya ada kebon di dalam rumah, berukuan sekitar 10 meter x 5 meter, ditanami pepohonan yang rindang, dan semuanya adalah karya ibuku.
Ya, rumah ini memang sudah lama, dan waktu pertama dibangun, adalah rumah satu2nya dengan beberapa gerombol hutan2 kecil di kompleks kami. Hutan2 kecil itu mungkin ada musang, dan ibu memang menanam pohon pinang merah, makanan musang!
Sehingga, musang2 itu datang dan tinggal di bawah genteng, ampaai sekarang. Sudah bergenerasi2, hihihi ...... Bahkan, jika malam tiba dari jenela kamarku sering terlihat mata melotot, seperti mata kucing, tetapi itu mata musang dengan ekor melingkar2 ......
Begitu juga kucing!
Kucing2 liar itu suka tinggal dan bermain di keiga taman ibu, karena kai tidak pernah mengusir mereka, malahan kami sering memberinya makan. Sehingga, kucing2 itu selalu melahirkan di taman2 ibu, hahahaha .....
Ditaman dalam rumah ini, dulu juka kami memelihara kelinci, sewaktu aku masih kecil. Kelinci2 itu beranak terus sampai akhirnya ibu membuat kandang karena semakin banyak kelinci2 kami. Sebagian, kelinci2 itu menggali gorong2 di tanah kebon ini, dan gorong2 itu sepertinya semakin banyak.
Suatu saat, ibu menginjak salah satu gorong2 dan tanahnya amblas, dan ibu terjatuh. Hahaha ..... ibu marah2 dan setelah itu kelinci2 kami sedikit demi sedikit, diberikan saudara2 kami. Juga karena kelinci2 itu membut tanaman itu gundul, dimakan, hahahaha ......
"Klo kalian sudah pada pergi, ibu mendingan di taman, karena klo di kamar pasti ibu ngantuk. Sayang, ga ada haslnya", kata ibu.
Ya sudah! Ibu memang sudah sepuh, dan secara realitas, sampaiberapa lama ibu bisa menikmati hobinya, sehingga aku tidak terlalu memaksa ibu utuk tidak capek2. Doaku saja, semoga ibu tetap diberi kesehatan dan bisa menikmati hobi beliau, kan?
Kadang2, ibu Cuma sekedar congkel2 tanah untuk mencabut rumput2 liar di kebon, yang memang setiap saat hasilnya ada. Yaitu, ketiga istana ibu selalu ramih dan segar! Kat ibu, rumput2 liar itu jangan Cuma dicabut saja, tetapi harus terserabut sampai ke akar2nya, sudaya tidak tumbuh lagi. Jika tidak, ya sebentar kemudia si rumput akan tumbuh lagi!
Kadang jiga, ibu nekat! Sudah sadar bahwa tubuhnya sudah renta dan harus selalu memakai korset karena syaraf kejepit, tetapi beliau nekat "penek'an" jika mau mengambil atau memotong di ketingian tertentu. Astagaaaaa ibuuuuuu ......
Tetapi, kebon dalam rumahku pun memang terlihat hasilnya. Selalu rapih dan cantik, jika tidak pasti terlihat tidak rapih, walau tetap hijau. Seperti sekarang ini, ibu sudah tidak ada aku tidak mampu melakukan yang ibu kerjakan.
Aku menyewa tukang kebon, dan tiap bulan dia datang untuk membersihkan kebon2 ibu. Jika saatnya dia datang, banyak sekali rumput2 liar yang harus dicabut sampai seakar2nya, dan aku tidak bisa melakukan itu, karena masuk ke dalam kebon saja aku tidak bisa, dengan kterbatasanku ......
Simbar menjangan atau tanduk rusa kesayangan ibu, sangat subuh dengan tanduk2 barunya dan segar jika kita memandangnya ..... Jika dilihat foto dibawah, itu dinding tempat kucing2 liar keluar masuk rumah kami, juga musang2 keluar masuk "rumahnya"dibawah genteng rumah kami .....
***
Ya, begitulah keguatan buku dimasa2 tuanya. Beliau berbahagia dengan ketiga "istananya", dan beliau meninggalkan warisannya untuk kami, salah satunya adalah 3 buah kebon ibu dengan ratusan jenis tanaman2 nya disana ......
Ibu, terima kasih atas inspirasinya, dan memberikan sebuah warisan cantik dan bermakna.
Ibu, aku kangen ibuuuuuuuuu ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H