Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Driver Taxi Online, Tanpa Kaki Kanan, Bagaimana Menginjak Pedal Gas?

16 Februari 2022   11:37 Diperbarui: 16 Februari 2022   11:44 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

Pak Hery, driver taxi online dengan kaki kanan diamputasi dan menekan pedal gas dengan tanagn kanannya dan tongkat khusus ...... 

Bukan hanya yang unik dan yang lucu saja, pengalaman2ku bersama driver taxi online yang mengantar dan menjemputku, tetapi cerita2 yang mengharuskan pun, berseliweran ketika aku mengobrol dengan mereka.

Kadangkala, justru cerita2 yang mengharus-biru hatiku ini, menambah insprasiku bahwa aku harus terus bersyukur, karena walau aku cacat dengan tubuh kanan lumpuh karena serangan stroke berat yang melandaku, sejak tahun 2010 lalu, aku masih bisa hidup baik dan layak. Karena, memang semuanya mempunyai salib atau masalah nya semdiri2.

Kadangkala juga, justru dari cerita2 yang membuah hatiku "biru", memberikan banyak ide untuk aku bisa urun membantu teman2 yang kesusahan, bahwa masih banyak sekali yang membutuhkan bantuan kita, dengan cara apapun yang kita mampu ......

Seperti cerita singkatku, ketika aku dijemput taxi online dari rumah ke Radio RPK 96.3 FM untuk siaran, di sebuah Sabtu yang cerah, beberapa saat lalu :

Seperti biasa, begitu aku masuk mobil, sebentar mengamati si driver. Jika hatiku berkata, sepertinya driver ini mau diajak ngobrol, aku pun akan membuka obrolanku. Tetapi, jika hatiku berkata bahwa driver ini tertutup, aku hanya diam2 saja duduk di kursi belakang, dan membukan handpoku .....

Begitu aku duduk di kursi belakang sambil mengamati interior mobil yang wangi, serta melirik ke drivernya, mataku tercekat ketika di tempat duduk depan sebelah driver, aku melihat sebuah tongkat kruk! Dan, begitu aku melihat tongkat kruk tersebut, aku cepat melirik si driver.

Dokumentasi pribadi/2 buah tongkat kruknya, diletakkan di kursi sampingnya
Dokumentasi pribadi/2 buah tongkat kruknya, diletakkan di kursi sampingnya
Hatiku tercekat, karena kaki kanan si driver, tidak ada! Aku jelas melihatnya, karena pedal gas mobilnya, ditekan dengan tongkat khusus oleh tangan kanannya!

Catatan :

Aku sudah melihat mas Barli, driver taxi online yang lumpuh kiri, tetapi kedua kakinya masih ada, dan kaki kanannya sehat. Tetapi, pak Heri kaki kanannya tidak ada, dan beliau menekan pedal gas, dengan menguunaka tongkat, dengan tangan kanannya!

Hah! Driver itu namanya pak Hery, umurnya 42 tahun. Beliau bercerita bahwa kaki kanannya diamputasi sejak beliau berumur 8 tahun, jarena penyakit polio, dan sejak itu beliau memakai tongkat kruk ......

Perjalanan kami dari Tebet rumahku ke Radio RPK96.3 FM di Cawang, memang tidak lama, jadi aku banyak dan cepat ngobrol, untuk merangkum kehidupan pak Hery, sebelum sampai. Beliau pun cepat banyak berbicara.

Walau beliau bercerita dengan ceria, tetapi aku tetap menangkap nada getir dari setiap perkataan yang kekuar dari mulutnya. Beliau tertawa, menertawakan kehidupannya, aku sangat maklum akan hal itu.

Dan, jika aku merasa seorang driver taxi online yang menginspirasiku sangat, biasanya aku mengajak beliau untuk bersiaran bareng. Dan, saat iut memang aku mau siaran, aku pun langsung mengajak beliau untuk siaran bareng .....

Oya, jika aku pergi siaran, sebenarnya proramku jam 4.00 sampai jam 5.00 sore, tetapi aku pergi dari rumah sekitar jam 2.00 siang. Mengapa cepat2?

Karena, aku membutuhkan istirahat lebih lama, setelah aku harus naik tangga 17 trap untuk masuk ke studio. Effortku lumayan besar, secara aku lumpuh tubuh kanan, dan untuk naik tangga 17 trap, aku berjalan miting, seperti kepiring, hihihi ......

Mengapa berjalan miring seperti kepiting?

Karena, tangan kananku kan lumpuh, jadi hanya tangan kiriku saja yang bisa berpegangan railing. Dan, tangga disana, railingnya hanya berada di 1 sisi saja (kanan), sehingga jika naik, aku harus memegang railing sebelah kanan, dan tangagn kiriku yang memegang railing, sehingga aku benar2 arus berjalan miring ......

Dan, saat itu tema siaranku pada Program Weekend Spirit, adalah "JANGAGN MENYERAH", sangat tepat untuk aku ajak pak Hery bersiaran bersama.

Mulanya, pak Hery mau ikut siaran bersama, tetapi beliau harus nge-taxol dahulu, sampai jam 4.00 sore (aku sampai radio jam 2.15 siang), dan belau akan ke radio lagi. Aku meminta nomor telpon beliau, dan berjanji akan siaran bareng.

Tema "Jangan Menyerah", aku kirim ke WA beliau, untuk dibaca2 dan beliau bisa mempersiapkan bicaranya dan pastinya banyak pertanyaan2 dari host atau dari pendengar.

Karena Program Weekend Spirit ku ini, adalah live-show, live streaming, sehingga memang bagi yang tidak biasa bertemu orang yang tidak dikenal, lalu berbicara di radio, akan sangat susah untuk berbicara, apalagi menjawab pertanyaan2 dari pendengar.

Belum lagi, jika pertanyaan2 pendengar kadang2 sangat riskan untuk dijawab, si pembicara jika tidak biasa dengan "public- speaking", dia akan tergagagap2 dan tidak bisa mengalihkan pertanyaan/jawabannya, sehingga justru dia akan diam dan bingung ......

Aku masuk ke ruang tunggu, sebelum memulai programku. Lalu, beberapa saat kemudian, pak Hery menelponku dan membatalkan rencana siaran bareng kami.

"Mengapa dibatalkan?", tanyaku.

"Saya tidak siap, bu. Untuk berbicara di radio walau tidak melihat pendengar. Dan, saya juga tidak siap untuk menceritakan kehidupan saya yang getir .....", jawabnya.

Ya sudah. Aku sangat mengerti, tetapi sebenarnya aku asngat kecewa, karena ada seseorang yang benar2 bisa menjadi sebuah inspiasi besar bagi pendengar. Karena, pak Hery hanya 1 kaki kiri saja, tetapi beliau nge-taxol dengan tongkat untuk menekan pedal gas mobilnya.

Pak Hery benar2 tidak mau menyerah, karena beliau membutuhkan yang dana bagi keluarganya. Kehidupnnya yang getir dan kecacatanny, memang menimbulkan rasa belas kasihanku, tetapi juga meningkatkan kesadaranku bahwa banyak orang2 seperti beliau yang tidak kenal menyerah!

Ya, Pak Hery adalah salah satu warga Jakarta yang mampu bertahan dari kehidupannya yang sangat keras ......

Tetap semangat, pak Hery .....

Tuhan memberkati bapak dan seluruh keluarga bapak!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun