Pernah terpikir tidak, bahwa kita mulai belajar mengeja, menyalin dan membangun kalimat-kalimat sederhna, di awal umur 40 tahun? Itulah, aku!
Setelah aku mulai belajar bicara, dimulai dengan huruf A, B, C, D dan seterusnya, aku diajari untuk mengeja. A ..... B ..... C ..... D ..... Ibu ..... Bapak ...... Kakak ...... Adik ..... dan seterusnya, sampai aku mampu megeja dengan baik.
Lalu, aku diminta untuk mengikuti tulisan-tulisan yang dituliskan oleh therapist bicaraku, ibu Cornellia.
***
Hari demi hari, aku jalankan terapi-terapiku, yang benar-benar mengasah otakku di awal umur 40 tahun. Aku memaksa otakku untuk belajar, belajar dan belajar! Aku harus menggembleng hidupku (saat itu), supaya aku benar2 mampu mandiri sebagai manusia!
"Ya ampun! Segitu parahnya kah aku? Bahkan, untuk meyalin tulisan saja, aku tidak mampu? Bagaimana aku bisa mandiri? Bagaimana aku bisa bekerja? Tuhanku ....."
Aku membayangkan hari-hari depan ku menjadi suram. Aku hanya membayangkan, aku akan ditopang oleh keluargaku. Bagaimana aku bisa membiayai hidupku? Bagaimana aku bisa menyekolahkan anak-anakku?