By Christie Damayanti
Sebagai pasca stroke, yang mengalami serangan stroke berat tahun 2010 lalu, dan sekarang ini keadaanku memang perlahan membaik tetapi secara medis pun memang sudah divonis akan mengalami cacat permanan.
Aku tidak pernah menyerah dengan keadaanku ini. Bahkan, sejak tahun 2010 sesaat aku sadar bahwa kemungkinan besar aku tetap cacat permanen, aku saat excited untuk tegar menghadapi "new normal" untukku, pada saat itu, denagn tubuh lumpuh kanan.
Terapi2 terus aku lakukan, perlahan aku bisa membangun ke-new normal-an ku sendiri. Bahwa, walau aku cacat tubuh kanan permanen karena serangn stroke besar tahun 2010 lalu di San Francisco, aku berusaha untuk bisa mandiri walaupun sama sekali tidak mudah.
Apalagi, ketika papaku meninggal tahun 2013, sekitar 3 tahun setelah serangan stroke beratku. Aku semakin terseok menyamut pemulihanku. Terapi2ku terus aku lakukan, dan kemandirianku terus terasah .....
Mungkin, teman2 Kompasianer generasi sekarang tidak mengenal aku, sebagai salah satu Kompasianer tua, dan berhasil berprestasi sebagai "Kompasianer of The Year 2011", perhargaan tertinggi sebagai Kompasianer pertama.
Seorang perempuan s.t.w. (setengah tua, hihihi ....), yang cacat tubuh kanan karena stroke, penulis berbagai genre yang tulisanku di Kompasiana sudah ada 277 artikel dan 252 HEADLINE serta menghasilkan 26 judul buku berbagai genre sejak 2012 sampai 2019 ini, dan terjual sekitar 12.000 buku yang hasilnya untuk pelayanan2 kepada Tuhan lewat disabilitas .....
Keberadaanku sebagai pasca stroke sekarang ini, aku yakin, Tuhan punya misi dan tugas khusus untukku. Aku tidak tahu, mengapa Tuhan tidak menyembuhkan aku 100%, karena jika  DIA berkenan, saat inipun aku pasti sembuh 100%.
Dengan keadaan otakku yang saat itu darah sempat merendam 20% di otak kiriku, dan vonis dokter di San Francisco tempat aku terserang stroke adalah "hanya bisa berbaring saja di sisa hidupku", aku tahu bahwa secara medis dan secara manusia aku meang akan cacat permanen.
Dokumentasi pribadi