Terletak di distrik Jongno, tidak jauh dari distrik tradisional dan perbelanjaan Insadong, dan tidak jauh dari candi Jogyesa, taman ini memang mengandung makna yang sangat dalam bagi warga kota Seoul..
Ketika berkunjung, aku melihat kehadiran banyak harabeoji (kakek2 Korea), yang sebagian besar tampak menganggur, atau justru mereka adalah tuna-wisma bahkan membutuhkan bantuan.
Mengingatkan aku, bagaimana Korea masih merupakan negara dua sisi, di mana kemiskinan dan kesepian orang tua berbenturan dengan pemuda ibukota yang agak sembrono dan trendi. Sifat taman yang bersejarah kemudian tampak lebih simbolis.
Taman yang dibangun di bekas situs kuil Wongaksa
Dimana, Kuil Wongaksa dibangun pada tahun 1465 oleh Raja Sejo, di bekas situs Kuil Heungbok-sa, yang didirikan oleh Kerajaan Goryeo (918-1392).
Pada tahun 1897, Raja Gojong mengumumkan situs kuil Wongaksa lama, mengubahnya menjadi taman kota modern, yang pertama dari jenisnya di Seoul. Ini juga merupakan cara untuk mengexplore tentang sebuah pagoda yang luar biasa, sebuah mahakarya Buddha.
Paviliun Palgakjeong
Di paviliun segi delapan yang indah dan berwarna-warni yang ditempatkan di tengah taman, merupakan ruang dimana orang datang untuk duduk sambil mengobrol, terlindungi oleh matahari. Cukup nyaman, di tengah kota Seoul.
Aku dengan  latar belakang PavilionPalgakjeong yang mempunyai sejarah lama Korea
Paviliun ini dibangun pada tahun 1902 oleh Shim Ui-Seok, seorang arsitek terkemuka yang juga mempelajari desain2 barat. Dengan berbagai tanaman di taman kota ini, fungsi pavilion ini benar2 terbentuk dengan nyaman.