Hanbok memiliki sejarah yang penuh warna seperti setiap pakaian. Dipakai setiap hari sampai sekitar satu abad yang lalu; Namun, itu tetap menjadi bagian penting dari budaya Korea.
Hanbok dapat diklasifikasikan ke dalam pakaian sehari-hari, upacara dan khusus, dan kemudian dikategorikan lebih lanjut berdasarkan jenis kelamin, usia dan musim.
Terlepas dari perbedaan dalam klasifikasi ini, kerangka estetika dasar dari semua hanbok berpusat di sekitar kecintaan Korea pada alam, keinginan untuk perlindungan dan berkah supernatural dan aturan berpakaian Konfusianisme, yang menekankan kesopanan dan warna primer.
Atribut lain yang menonjol dari hanbok adalah warna-warni cerah. Hanbok tradisional memiliki warna cerah yang sesuai dengan lima elemen teori yin-dan-yang: putih (logam), merah (api), biru (kayu), hitam (air) dan kuning (tanah).
Ketika aku di Istana Gyeongbokgung saat itu, di ujung adalah booth untuk penyewaan Hanbok. Antrinya, lumayan panjang tetapi Pong minta aku ikut menyewa bersama dia, karena memang unik, seperti aku memakai Kimono di Jepang atau baju2 tradisional sewaktu aku di Belanda dan Swiss.
Kami mengantri untuk memilih Hanbok, dan membayar sewa. Aku lupa harga sewanya, ttapi tidak mahal.
Karena antrian cukup panjang, ternyata Hanbok yang aku inginkan berwara pink atau merah (warna2 kesukaanku), sudah tidak ada lagi. Yang ada hanya yang akhirnya aku pakai .....
Oklah, tidak apa2, dan kami dibantu untuk memakainya.
Seperti ketika aku mencoba beberapa baju tradisional dari berbgai Negara, ada beberapa lapin untuk bisa memnuat tubuh kita menjadi cukup "berbeda".
Ada kain2 putih berlapis, sehingga tubuhku semakin "gemuk", dimana fungsi kain2 putih berlapis itu, untuk msim dingin. Dan membentuk tubuh lebih sedikit berisi.