Tetapi, yang aku sdah tuliskan diatas, bhwa apakah benar2 paralimpiade mampu mengbah status social bagi disabilitas? Itu perlu pembuktian yang lebih lanjut.
Jadi, sepertinya akan ada dilemma dan kontradiksi tentang keberadaan Paralimpiade. Antara Paralimpiade mampu memberikan kebutuhan2 disabilitas, dan Paralimpiade hanya sekedar klimaks sesaat saja, untuk memberikan status social yang lebih baik bagi disabilitas.
Paralimpiade iru sendiri, tidak mewakili penyandang disabilitas sehari2. Mungkin juga Paralimpiade akan berakhir dengan penyandang disabilitas yang tidak sesuai dengan citra Paralimpiade.
Walaupun Paralimpiade memang mampu memerikan rasa percaya diri para atlet disabilitas untuk berjuang tanpa memikirkan keberadaan fisiknya, dan mereka dielu2kan masyarakat dunia, tetapi ketika Paralimpiade usai dan irai ditutup, keedulian masyarakat dunia pun redup.
Pada kenyataannya, para disabilitas pun tetap dipandang rendah dan stigma2 negatif pun tetap ada. Jangakan bicara tentang inlusi, bahkan hanya sekedar tenang diskriminasi pun, rasanya masih lama akan terlihat.
Pada akhirnya Paralimpiade adalah acara besar olahraga elit.
Namun, pengalaman sehari2 dari banyak penyandang disabilitas adalah diskriminasi yang berkelanjutan. Paralimpiade tidak bisa berada dalam dunia disabilitas, setiap hari. Hanya 2 minggu selama 4 tahun sekali.
Jadi, sebenarnya peran apa sebuah Paralimpiade bagi disabilitas?Â
Peran apa pun yang mungkin harus dimainkan Paralimpiade dalam mencapai masyarakat yang lebih adil dan lebih inklusif, tidak boleh mengurangi perubahan sosial dan sistemik yang luas yang diperlukan untuk memastikan peluang yang sama bagi penyandang disabilitas.
Apapun. Minimal, selama 2 minggu setiap 4 tahun sekali saja.
Selanjutnya, tinggal atlet2 disabilitas itu sendiri, bagaimana mereka mampu mendapatkan pembelajaran selama even Paralimpiade itu terjadi.