Sebagian besar Negara dunia, masih sangat ":tidak ramah disabilitas", sehingga jka disabilitas mau menapaki kehidupannya yang lebih baik, mereka harus berjuang sendiri, tanpa harus menunggu dari penyediaan fasilitas2 oleh pemerintah.
Disabilitas itu harus tegar, dan tidak bileh manja, walau effort mereka sanat besar dan berkal2 lipat dibanding non-disabilitas. Tetapi, begitulah kenyataannya ......
Dan, kenyataannya juga, ketika Paralimpiade selesai dan tirai sidah ditutup, kehidan realitas bagi disabilitas lah yang terus terjadi dengan kenyataan2nya yang kadang2 tidak manusiawi.
Ok,
Lalu, bagaimana dengan atlet2 disabilitas atau oun non0disabilitas setelah Olimpiade atau Paralimpiade itu pensiun?
Ketika mereka pensiun, mereka berjuang untuk mendapatkan pekerjaan, sulit mengakses transportasi dan gedung, mengalami penghinaan dan kejahatan kebencian dan menjadi depresi.Â
***
Seperti halnya Olimpiade, Paralimpiade memikul tanggung jawab atas serangkaian janji "warisan" yang luas, termasuk sumpah untuk "mengubah kehidupan" atlet disabilitas dan warga dunia cacat lainnya, untuk mengubah "sikap dan persepsi penyandang disabilitas" dalam masyarakat yang lebih luas.
Ini akan mengubah persepsi orang tentang disabilitas, dan bukan hanya orang yang berbadan sehat. Semuanya harus berkompetisi saat semua layar tertutup, dan mendorong diri untuk dampak hidup meeka yang lebih baik.
Paralimpiade memang mendidik masyarakat. Paralimpiade akan menempatkan kita semua diluar sana, agar semuanya membuat penilaian dan pemahaman mereka sendiri.
Dukungan sosial yang memberikan kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk berpartisipasi, tidak hanya dalam olahraga tetapi juga dalam masyarakat secara umum.