By Christie Damayanti
                                                          www.pinterest.com
Bukankah ini seuah desain "out of the box" untuk "rumah ramah disabilitas?". Dengan rumah atau apartemen kecil, mereka mendesain sebuah lift mini terbukan untuk disabilitas kursi roda .....
Â
Di beberapa Negara maju, ada beberapa konsultan arsitektur yang benar2 membantu klien2 yang setelah mengalami kecacatan, mereka ingin membangun rumah mereka untuk nyaman sebagai "rumah ramah disabilitas".
Mereka berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan melalui pembelajaran dari situasi dan skenario yang berbeda.
Banyak klien mereka telah bekerja dengan berbagai jenis pekerjaan dan setelah mereka menjadi disabilitas, mereka ingin membangun rumah mereka yang ramah disabilitas, serta mempekerjakan arsitek2, dengan cara2 yang berbeda, sebagai kebutuhan penyandang cacat.
Bagaimana mereka harus beradaptasi antara si klien yang menjadi disabilitas dan arsitek yang harus banyak belajar untuk membangun rumah "ramah disabilitas".
Layanan dalam merancang dan mengadaptasi rumah untuk penyandang disabilitas telah dikembangkan dari pengalaman bertahun2. Mereka memiliki hak istimewa dalam bekerja dengan beberapa keadaan yang benar2 menantang.
Dimana komponen kunci untuk kehidupan yang lebih baik adalah akomodasi yang sesuai kebutuhan disabilitas, ditawarkan dalam bentuk adaptasi disabilitas. Mereka2 ini, konsultan2 arsitek ini, bekerja dengan individu2 dengan berbagai macam kecacatan.
Apalagi, jika bekerja dengan klien autism, dimana mereka tidak tahan dengan kebisingagn serta porak poranda, merupakan tantangan2 yang harus meteka alami.
Proses desain yang baik dan komunikasi yang baik berarti bekerja sama dengan semua pihak yang terlibat - tidak hanya antara klien, tim desain dan kontraktor,
Tetapi juga dengan pengacara, manajer kasus, deputi hukum, konsultan dan insinyur kontrol lingkungan, pemasok spesialis, terapis okupasi, profesional perawatan dan lain-lain, untuk memastikan proyek akhir ini sukses.
Karena, pada dasarnya untuk membangun sebuah bangunan biasa saja, harus bergumul dengan berbagai macam pihak, karena masing2 pihak mempunayi kualifikasi khusus, apalagi membangun "rumah ramah disabilitas", dimana kliennya, si empunya uang ini, justru lebih berhak untuk semuanya.
Sementara merancang akomodasi untuk penyandang disabilitas, termasuk fokus pada arsitektur yang dapat diakses (asesibel), si klien yang disabilitas memberikan kemungkinan2 lain, sesuai dengan kebutuhan si klien, yang mungkin belum tentu terpikirkan oleh si arsitek.
Itu merupakan pemberlajaran yang sangat penting, karena langsung bisa berdiskusi dengan disabilitas. Karena masing2 disabilitas itu berbeda, hasilnya pun belum tentu sama yang dipelajari oleh si arsitek.
Cakupan kecacatan itu sangat luas, termasuk cedera pada anggota badan dan tulang belakang, penglihatan, indera lainnya serta pada wajah, kepala dan otak. Dalam semua kasus, mereka mengambil pandangan independen yang tidak memihak, untuk memberikan saran terbaik kepada klien.
***
Studi tentang desain, disabilitas, dan fenomenologi menawarkan wawasan yang kaya tentang bagaimana lingkungan yang dirancang dialami oleh orang2 dengan kemampuan berbeda.
Dalam desain arsitektur, pengalaman ini baru mulai diakui sebagai sumber daya yang berharga bagi para desainer atau arsitek. Dengan mempertimbangkan kecacatan sebagai jenis pengalaman tertentu.
Mereka menganalisis bagaimana praktek dan hasil desainnya terhubung dengan pengalamannya sebagai pengguna kursi roda dan peran arsitektur di dalamnya. Mereka juga menganalisa rumah yang dirancang dan bagaimana si klien beradaptasi dengan rumah barunya.
                            "Rumah ramah disabilitas" dengan banyak ramp2 jika ada perbedaan tinggi ruang.
Â
Menjadi penyandang disabilitas dan seorang desainer memungkinkan si klien mendeteksi masalah dalam desain dengan cara intuitif berbasis tubuh dan memikirkan solusi pada saat yang bersamaan.
Analisis terhadap rumah si klien ini, juga meningkatkan kesadaran akan peran arsitektur dalam kehidupan penyandang disabilitas sejauh dapat mendukung atau bahkan mengganggu kemampuan manusia.
                          Karya2 arsitek "put of the box" yang luar biasa,untuk sebuah "rumah ramah disabilitas"
Â
Didasarkan pada kepatuhan, aksesibilitas jarang dilihat sebagai titik awal kreatif untuk desain. Banyak orang berpendapat bahwa, memikirkan kembali kemampuan dan desain arsitektur menawarkan "sesuatu" yang ampuh untuk merancang secara berbeda.
Cara aksesibilitas dan desain inklusif dimasukkan ke dalam pendidikan dan praktek sering kali dialami sebagai desainer atau arsitek yang membosankan, kering, dan tekanan peraturan lainnya yang membatasi.
Itulah sebabnya, belum banyak arsitek2 yang mau melakukan ini, mendesain "rumah ramah disabilitas", karena mereka sangat terbatas dan kurang bisa bereksplorasi dengan desain2nya!
Apa yang terjadi jika, keinginannya melihat disabilitas sebagai masalah yang diharapkan dapat diselesaikan oleh arsitektur, kita mengajukan pertanyaan mendasar tentang seberapa beragam tubuh manusia sebenarnya menempati ruang yang dibangun.Â
Dapatkah disabilitas dan kemampuannya membantu kita berpikir lebih eksplisit tentang tempat tinggal, bagaimana kita membayangkan pengguna 'biasa' dan apa dampak bangunan terhadap banyak dan beragam penghuninya?
Itulah yang terjadi ......
Banyak yang berpendapat bahwa kehidupan sehari2 bukan tentang pikiran dan perasaan kita tentang bangunan dan ruang kota yang kita tempati, tetapi lebih banyak tentang melakukan bagaimana kita memberlakukan kehidupan kita dalam sebuah kinerja dan rutinitas normal.
Bagi mereka yang mampu, pekerjaan yang dilakukan berulang kali untuk menyelesaikan rutinitas seperti itu umumnya tidak terlihat. Pengalaman mereka tentang ruang yang dibangun umumnya tanpa gesekan. Normal.
Tetapi bagi penyandang disabilitas proses kehidupan sehari2, seperti berpakaian, pergi keluar, berbelanja dll mungkin memerlukan jumlah dan jenis usaha yang berbed2, dengan effort yang lebih tinggi dibanding dengan mereka2 yang normal.
Bagaimana arsitek merancang "rumah ramah disabilitas", misalnya lebar ruangan dengan menggambar 1 putaran kursi roda di lantai, dan tera2 rumah yang sejajar dengan permukaan jalan di depannya .....
Â
Penyandang disabilitas sering kali tidak sesuai dengan asumsi akal sehat yang mendasari cara 'normal' sehari2, tanpa disadari, dalam melakukan sesuatu.
Bagaimana berpikir tentang disabilitas dan kemampuannya, Â membantu kita berpikir lebih banyak tentang 'cocok' dan 'tidak pas' dalam situasi yang berbeda, sebagai individu disabilitas.
Lalu bagaimana kita bisa mulai mengurai mereka2 yang normal?Â
Dan apa implikasinya bagi pendidikan dan praktek arsitektur?Â
Bagaimana arsitek membayangkan pengguna dan klien mereka, baik dalam proyek tertentu (misalnya membuat "rumah ramah disabilitas" dan lebih umum?
                       Desain universal untuk toilet dan semua orang bisa memakainya, termasuk untuk disabilitas
Â
Banyak praktisi kontemporer ini telah menantang aspek yang lebih mekanis dari arsitektur Modernisme, terutama konsep sederhana dan fungsional dari pengguna umum.
Tetapi ketika tubuh menjadi pemikiran ulang dalam arsitektur (disabilitas), kita perlu secara eksplisit menanyakan jenis tubuh apa yang sedang dibayangkan, dan dengan cara apa.
Untuk dicatat bahwa proyek arsitek tertentu mungkin  tidak dapat diakses oleh penyandang cacat, karena memag sebagian besar dari arsitek memandang subyek manusia memang berbda2 serta tidak semuanya bisa berada dalam 1 wadah yang sama.
Banyak desain arsitektur cenderung menawarkan alternatif2 desain kontemporer, dari "menghadapi yang biasa" dengan hal2 yang tidak biasa, yang pastinya membutuhkan keberanian untuk merancangnya.
Jadi, bagaimana arsitek bisa lebih baik "menghadapi yang biasa" dalam praktik desain mereka?Â
Semua bergantung dengan masing2 pribadi. Masing2 pribadi arsitek. Karena, untuk mengeksplor rancangagn apapun, termasuk rancang bangun membuat "rumah ramah disabilitas", bisa saja lewat berbagai hal yang "out of the box".
Mendesain sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya pun, merupakan eksplorasi, yang akan menjadikan hasil rancangannya akan terlihat berbeda.
Walaupun pada akhirnya :rumah ramah disabilitas" itu memang berbeda, justru itu tandanya si arsitek mmpu untuk berkarya jauh dari pemikiran "kita yang normal" ......
Disabilitas perlu dipikirkan kembali sebagai generatif dan kreatif; sebagai pendekatan radikal bahkan cara untuk mendidik dunia, lewat karya2 untuk disabilitas yang "out of the box" ......Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H