Proses desain yang baik dan komunikasi yang baik berarti bekerja sama dengan semua pihak yang terlibat - tidak hanya antara klien, tim desain dan kontraktor,
Tetapi juga dengan pengacara, manajer kasus, deputi hukum, konsultan dan insinyur kontrol lingkungan, pemasok spesialis, terapis okupasi, profesional perawatan dan lain-lain, untuk memastikan proyek akhir ini sukses.
Karena, pada dasarnya untuk membangun sebuah bangunan biasa saja, harus bergumul dengan berbagai macam pihak, karena masing2 pihak mempunayi kualifikasi khusus, apalagi membangun "rumah ramah disabilitas", dimana kliennya, si empunya uang ini, justru lebih berhak untuk semuanya.
Sementara merancang akomodasi untuk penyandang disabilitas, termasuk fokus pada arsitektur yang dapat diakses (asesibel), si klien yang disabilitas memberikan kemungkinan2 lain, sesuai dengan kebutuhan si klien, yang mungkin belum tentu terpikirkan oleh si arsitek.
Itu merupakan pemberlajaran yang sangat penting, karena langsung bisa berdiskusi dengan disabilitas. Karena masing2 disabilitas itu berbeda, hasilnya pun belum tentu sama yang dipelajari oleh si arsitek.
Cakupan kecacatan itu sangat luas, termasuk cedera pada anggota badan dan tulang belakang, penglihatan, indera lainnya serta pada wajah, kepala dan otak. Dalam semua kasus, mereka mengambil pandangan independen yang tidak memihak, untuk memberikan saran terbaik kepada klien.
***
Studi tentang desain, disabilitas, dan fenomenologi menawarkan wawasan yang kaya tentang bagaimana lingkungan yang dirancang dialami oleh orang2 dengan kemampuan berbeda.
Dalam desain arsitektur, pengalaman ini baru mulai diakui sebagai sumber daya yang berharga bagi para desainer atau arsitek. Dengan mempertimbangkan kecacatan sebagai jenis pengalaman tertentu.
Mereka menganalisis bagaimana praktek dan hasil desainnya terhubung dengan pengalamannya sebagai pengguna kursi roda dan peran arsitektur di dalamnya. Mereka juga menganalisa rumah yang dirancang dan bagaimana si klien beradaptasi dengan rumah barunya.