By Christie Damayanti
Mendesain itu tidak mudah. Apalagi untuk mendeain sebuah hasil yang bisa dipakai oleh semua orang, termasuk disabilitas.
Mari kita pelajari dari awal mendesain, untuk kita mau masuk ke sebuah bangunan atau rumah seseorang yang mengundang kita.
Apa yang membuat rumah atau bangunan komersial "dapat dikunjungi?"Â
Permukaan yang datar adalah satu hal, tetapi bagaimana kita bisa sampai di sana?Â
Bagaimana menyusun lingkungan binaan membuat perbedaan, dan itu mencakup lingkungan luar, mulai dari persiapan lokasi dan ukuran serta pendekatan untuk digunakan oleh segala usia dan kemampuan, baik tempat tinggal, komersial, atau di ruang terbuka public?Â
Permukaan yang datar? Bagimana? Apa artinya?
Ketika kita naik mobil dengan keuarga kita termasuk anggota keluarga kita yang penyandang disebilitas ke sebuah bangunan.
Begitu sampai ke bangunan atau rumah seorang teman, dan melihat tangga atau undak2an, walau 1 atau 2 trap saja, bagaimana reaksi awal kita?
Pertama,
Mata agak terbelalak, dengan adanya undak2an, kekuarga dengan kursi roda, berpikir, "bisa gay a untyuk masuk?
Kedua,
Karena reaksi pertama adalah "ada tangga", reaksi kedua adalah "Apakah kursi roda ku bisa masuk ke dalam ruang / bangunan itu?"
Itu sangat wajar. Karena penilaian pertama adalah "bagaimana kita bisa memasuki rumah atau baangunan itu?"
Di foto pertama, walau kit melihat tangga2 tinggi, tetapi kita juga melihat ramp2 diantara tangga2 itu,sehingga dibenak kita, ada ruang akses untuk masuk ke bagunan itu.
Di foto kedua, kita ke ruamh sesorang yang mengundang kita, walau rumah itu agak tinggi, tetapi kita tidak melihat tangga, yang ada adalah ramp yang mulus serta desain likungan yang asri, nyaman kah kita?
Atau, ketika rumah teman yang mengubdang kita berada di sebuah lahan "hutan" dengan posisi rumahnya di ketinggian, tetapi ada ramp yang landai diantara pepohonan asri, pasti benak kita justr excited untuk mencobanya, segera!
Atau jika, teman yang mengundang kita mendesain lingan ruahnya dengan ramp2 berkelok2 dalam antara dinding2 pot, kita pun excited untuk mencobatanya .....
Â
Terkadang, modifikasi landscape mengakomodasi kehidupan mandiri. Dengan memasukkan prinsip2 Desain Universal ke dalam desain landscape, terutama sejak awal, orang didorong untuk berpartisipasi penuh dalam lingkungan indoor dan outdoor.
Desain lingkingan atau landscape yang demikian (foto atas dan bawah), merupakan Desain Universal. Dengan konsep bisa dipakai oleh semua orang. Konsep desain seperti ini, yang akan terus dikembngkan, supaya tidak ada lagi biaya yang terbuang, ketika mendesain ulang .....
Para arsitek, diundang untuk terus mempelajarinya terus, supaa dalam mendesain,sejak awal akan berusaha untuk melakukannya .....
Tidak ada standard yang baku untuk Desain Universal, karena pemikiran dan dimensi2nya, tergantung dengan masing2 individu.
***
Konsep2 Univesal Desain, memang harus dimulai dengan aspek2 awal mendesain sebuah bangunan, yang akan membawa peran desain landscape untuk menungkatkan aksesibilitas dan "visibilitas".
Visibilitas? Apa maksudnya?
Visibilitas maksudnya ketika pertama kali kesan yang dalam dari benak kita, akan mempengaruhi kesan2 lainnya dalam aksesibilitas.
Ketika pertama kali kita melihat ada tangga atau landscape (taman dan jalan setapak) rumah atau bangunan kita tidak beratiran, berarti dalam benak kita dalam ruamh atau bangunan, akan beratakan juga, sehingga kita tidak nyaman. Apalagi bagi disabilitas dan prioritas.
Desain untuk kesejahteraan adalah topik yang luas. Sangat luas!
Kita mungkin tidak menyadari bahwa sebagai arsitek, kita sudah terlibat dengannya setiap hari. Sebagai bagian dari pengetahuan dasar kita tentang kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan, standar aksesibilitas telah menjadi norma.
Ini melibatkan perancangan untuk kesejahteraan kelompok penghuni tertentu: mereka yang cacat. Disabilitas dan prioritas.
Merancang untuk Kesehatan secara langsung berdampak pada semua orang.
Untuk membantu penyandang disabilitas menavigasi lingkungan binaan dengan aman dan terlibat dengan komunitas mereka, kita harus mempromosikan Keselamatan dan Keterhubungan Sosial.Â
Dengan mengatasi Kualitas Lingkungan kita dapat mengurangi timbulnya kecacatan tertentu, seperti asma misalnya, yang dapat timbul dari lingkungan yang tercemar.
Desain Lingkungan yang efektif dapat mengurangi stres dan kecemasan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Prinsip terakhir dalam mendesain untuk kesehatan, Aktivitas Fisik, dapat menjadi penting untuk terapi fisik dan rehabilitasi bagi penyandang disabilitas.
Desain Universal ini, di desain sesuai dengan individu nya, tidak ada standar dimensinya (ada anak2 dan ada orang dewasa), tetapi secara umum desain ini bisa dipakai oleh semua orang.
Â
Aktivitas fisik sering dipuji sebagai puncak dari desain yang sehat. Tidak selalu!
Namun, standar dari berbagai pedoman desain kesehatan, seperti tangga atau insentif untuk berjalan kaki atau bersepeda ke tempat kerja, mungkin bukan pilihan yang dapat diakses, terutama bagi penyandang disabilitas dan kaum prioritas!
Pertimbangan desain seperti peralatan olahraga yang dapat diakses dan jalur lintasan yang cukup lebar untuk menampung kursi roda juga harus menjadi elemen bangunan yang sehat.
Dengan banyaknya inisiatif desain kesehatan dan kebugaran dalam masa pertumbuhan, sekaranglah waktunya untuk memastikan bahwa penyandang disabilitas dimasukkan ke dalam standar.
Karena aksesibilitas dan inisiatif desain yang sehat sama-sama berusaha untuk mengubah cara kita mendefinisikan lingkungan binaan, para pendukung desain kesehatan dan kebugaran dapat mengambil manfaat.
Kita harus mendesain dari awal untuk aksesibilitas dan desain universal sebagai titik awal untuk mendesain kesehatan bagi semua orang.
Jadi, tidak mudah, kan untuk mendesain? Bukan sembarang desain .....
Ada langkah2nya dan ada yang banyak harus dipelajarinya Apalagi, jika berhubungan dengan disabilitas dan prioritas ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H