By Christie Damayanti
 www.pinterest.com
 Ramp melingkar untuk naik-turun disabilitas pengguna kursi roda
Disabilitas dan kemampuan, menuju pemahaman baru
Aspek sosial dari arsitektur dan desain kolaboratif berbasis komunitas adalah apa yang saya minati. Ini tentang memahami hubungan antara manusia dan ruang, serta bagaimana merancang ruang yang lebih baik.
Aku percaya bahwa di mana arsitek2 berkemampuan sering gagal untuk memperhatikan pekerjaan yang terlibat dalam negosiasi fisik ruang di sekitar mereka, tetapi justru arsitek2 humanis lebih "ahli" tentang hal itu.
Disabilitas memaksa seseorang untuk meningkatkan kesadaran akan ruang di sekitarnya.
Desain inklusif bukan hanya tentang pemecahan masalah. Ini tentang mengungkap hubungan  antara disabilitas dan kemampuan desainer.
Ketika seseorang bertnya,
"Koq daun pintu lebar sekali? Bukanya bisa saja Cuma 70 cm, mengapa harus lebih besar dari 80 cm?"
Atau,
"Kenapa harus memakai pintu geser, dibanding dengan pintu swing biasa?"
Komentar mereka ini, adalah kometar2 yang hanya mementingkan diri sendiri saja. Komentar yang hanya berpikir bahwa 1 orang dengan lebar maksimal 60 cm, berarti daun pintu cukup dengan 70 cm saja. Tidak mahal dengan kelebihan dari 70 cm.
Atau, orang yang tidak berpikir bahwa ada orang2 yang membutuhkan pintu geser dibandingkan dengan pintu swing biasa.
Ya, mereka tidak pernah berpikir ada orang2 lain, yaitu disabilitas, membutuhkan daun pintu lebih dari 80 cmuntuk kursi rodanya, dan lebih memilih pitu geser bagi disabilitas kursi roda karena jka memakai daun pintu swing, akan sangat menuylitan mereka .....
Disabilitas membutuhkan "desain universal" dan munkin juga membutuhkan teknologi tambahan yang dirancang untuk membuat mereka lebih mudah memakainya dan tidak mengganggu orang lain disekitarnya.
Pintu geser, lebih dipilih daripada pintu swing, bagi disabilitas berkursi roda, dan mereka lebih memilih pintu geser dengan tombol yang bisa bergeser sendiri, dengan teknologi.
www.studio.co.za
Ketika disabilitas membuka pintu swing yang menjadikan mereka susah .....Â
Dan, teknologi masih dianggap mahal. Teknologi yang mengurangi beban pada mereka yang berbadan sehat dianggap sebagai perpanjangan alami dari desain...
Pengalaman menunjukkan, bahwa desain inklusif bukan hanya tentang pemecahan masalah.
Ini adalah tentang mengungkap hubungan ambigu antara disabilitas dan kemampuan desainer. Faktanya adalah tidak ada solusi desain universal di luar sana.
Keragaman kebutuhan manusia sangat kacau dan tidak ada solusi yang cocok untuk semua orang. Ini sungguhan!
Contoh,
Ketika aku pemakai kursi roda, lebih memilih dengan pintu geser dengan tombol otomtis, ternyata bagi lansia renta pemakai walker lebih memilih pintu swing bolak-balik, karena lebih nyaman dengan mendorong pintu itu dengan tubuhnya!
Terlibat secara kreatif dengan situasi yang kontradiktif seperti ini adalah, inti dari apa yang sudah dilakukan desainer. Bahwa, tidak ada yang benr2 "desain universal" di dunia ini.
Kita semua, sangat membutuhkan pendidikan arsitektur, teori, dan kritik yang mengeksplorasi hubungan antara desain desain bangunan dan penggunaannya.
Tetapi, meningkatkan pemahaman kita tentang disabilitas dan kemampuan, merupakan langkah penting dalam membantu kita memperhatikan dan mengembangkan pendekatan terhadap beragam cara kita menjembataninya.
***
Desain yang hebat dapat mengubah tempat kita tinggal dan cara kita hidup di dalamnya.
Bangunan dan tempat yang lebih baik yang mempertimbangkan kesehatan dan kesejahteraan orang, dapat menyatukan komunitas, memfasilitasi perubahan perilaku jangka panjang, dan mengubah gaya hidup menjadi lebih baik.
Dalam seri ini kami menjelajahi tempat dan bangunan di mana desain telah berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Peran arsitek adalah mengambil setiap peluang dalam pekerjaan kami di seluruh pemerintahan, otoritas lokal, pengembang, dan komunitas untuk memperjuangkan standar, keterampilan, dan pemikiran desain.
Dengan menggunakan pengalaman, wawasan, dan keahlian, dan bersama2 memberikan desain yang lebih baik, dan terus menerus dengan wawasan2 yang berkembang.
Sejauh menyangkut lingkungan terbangun, adalah penting bahwa itu harus bebas hambatan dan disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan semua orang secara setara. Faktanya, kebutuhan disabilitas, bertepatan dengan kebutuhan mayoritas.
Dengan demikian, perencanaan untuk mayoritas menyiratkan perencanaan untuk disabilitas dan dengan berbagai kemampuan dan kecacatannya.
Desain2 yang termasuk didalamnya adalah yang berkaitan dengan beberapa pelengkap, seperti ruang terbuka, area rekreasi, pedestrian, bangunan, pintu atau interior2 bangunan.
Pada saat yang sama, adaptasi ini memungkinkan disabilitas serta kaum prioritas nyaman dengan berbagai desain fasilitas2 di ruang public. Kursi roda, pendorong kerea bayi, menarik koper, pengendara sepeda dan pemain skateboard.
Sebuah kekuatan yang kuat dalam arsitektur dan pengembangan produk, desain universal telah diterapkan pada pendidikan sebagai strategi kunci dalam upaya inklusi yang sukses.
 Walau, desain universal itu, masih berada di 1 titik yang belum memberikan kenyamanan bagi semuanya.
Untukku sendiri, lebih baik kita mensurvey cara ita masing2 untuk mendesain secara pribadi, yang memungkinkan semunya sesuai dengan kebutuhan masing2.
Desain universal tetap menjadi acuan, tetapi tetap harus melihat bagaimana menjadi desain yang terbaik bagi masing2, termasuk disabilitas ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H