By Christie Damayanti
Olympic Village atau Desa Olimpiade untuk Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020 direncanakan akan berlokasi di Harumi, Chuo-ku, area Odaiba.
Bangunan tempat tinggal akan dibangun dan sebagian di renovasi, sebagai tempat tinggal setelah digunakan sementara sebagai fasilitas akomodasi bagi para atlet.
Pada tanggal 31 Maret 2016, pemerintah metropolitan Tokyo mengumumkan rencana pembangunan Wisma Atlet di Harumi untuk Olimpiade Tokyo 2020 mendatang. 23 bangunan tempat tinggal akan dibangun, sehingga total 5.650 unit.
Beberapa bangunan tempat tinggal akan dijual sebagai apartemen sewa atau kondominium. Menjelang Olimpiade, ada banyak orang yang akan melihat dan membeli kondominium di sekitar area ini karena perkembangan mendatang.
Di area itu, ada sebuah taman yang dilambangkan sebagai terminal penumpangnya. Dengan air mancur dan area yang ditumbuhi pepohonan, ada juga kawasan pejalan kaki di tepi pelabuhan yang dipagari oleh kapal penumpang mewah dan kapal kargo yang bepergian dari seluruh dunia.
Suasana taman memberikan kegembiraan alam dan kegembiraan kosmopolitan. Ada juga dek observasi kecil yang darinya dapat dilihat Jembatan Pelangi dan seluruh cakrawala Tokyo.
Di Tokyo sendiri, mereka mengerjakan pengembangan "rencana model untuk bangunan perumahan setelah Turnamen Desa Olimpiade" dengan tujuan menciptakan kota di mana beragam orang dapat berinteraksi dan hidup dengan nyaman.
Desa Olimpik ini menjad "markas besar" tempat para atlet secara tradisional tinggal. Tempat mereka beristirahat, berkonsentrasi, dan bersosialisasi, dan telah dibangun dengan kayu yang dapat didaur ulang dan teknik konstruksi tradisional Jepang.
Terletak di distrik pesisir Harumi, Desa Olimpik ini dikelilingi oleh laut dan memiliki plaza atau dataran seluas 5.300 meter persegi dengan struktur kayu yang menopang atap baja dan bambu.
Awalnya, ini akan menjadi masalah besar bagi Jepang,
Gagasan menggunakan 40.000 potong kayu yang disumbangkan oleh 63 perfecture Jepang untuk membuat area rekreasi ini dikritik karena tidak berkelanjutan karena menyebabkan deforestasi hutan.
Ini yang membuat Jepang kawatir dengan tidak atau belum adanya konsep berkesinambungan setelah Desa Olimpik ini ditinggalkan para atlet, untuk kemali ke Negara masing2 .....
Namun, pengembang mengklaim bahwa fasilitas tersebut akan dibongkar setelah Olimpiade untuk mengembalikan semua kayu itu dan dapat digunakan kembali.
Demikian pula, tempat tidur atlet, yang terbuat dari karton daur ulang, akan dibongkar ketika Tokyo 2020 berakhir untuk penggunaan baru.
Tapi, apa tidak sayang?Â
Sebaiknya, bisa di develop dengan unik untuk masyarakat. Misal, seperti apartemen atau hotel atau resort, menikmati pesisir Harumi, serta menikmati memori tentang olimpiade yang tanpa penonton .....
***
Olimpiade Tokyo akhirnya akan berlanjut setelah pandemi menunda acara selama satu tahun penuh. Pertandingan2 tahun ini diyakini sebagai salah satu yang paling mahal yang pernah ada.
Upacara pembukaan akan berlangsung pada 23 Juli, menandai dimulainya resmi Olimpiade dimana 11.000 atlet diharapkan akan bersaing untuk medali.
Covid-19 adalah kendala besar yang harus diatasi oleh penyelenggara olimpiade. Ini berarti keamanan dan protokol di dalam dan sekitar Desa Olimpiade akan ketat.
Para atlet akan dibawa keluar masuk desa dan dites virus corona setiap hari.
Diklaim 85 persen warga di Olympic Village sudah divaksinasi covid. Namun, pada 17 Juli seorang pejabat yang terkait dengan Olimpiade menjadi penduduk pertama Desa Olimpiade yang dinyatakan positif covid.
Pejabat yang terkena dampak ditempatkan ke karantina 14 hari, kata Tokyo 2020. Komite Olimpiade Internasional (IOC) berjanji bahwa Desa tersebut akan menjadi "tempat teraman" di Tokyo.
Desa  Olimpik ini akan dikenang oleh para atlet, tetapi pada saat yang sama mereka harus mengikuti aturan yang sangat ketat tentang masker. Kecuali saat makan, berlatih, bertanding dan tidur.
Atlet juga harus makan sendiri dan menjaga pedoman jarak sosial. Awalnya, direncanakan warga akan makan di ruang makan berkapasitas 4.500 orang, namun hal itu berubah karena adanya covid.
Selain area pemukiman, ada juga area perbelanjaan di Olympic Village. Hotel ini memiliki kantor pos, binatu, dan bank. Desain plaza kayu mengacu pada estetika minimalis Jepang, yang mengikuti tema penggunaan kayu di seluruh tempat Olimpiade.
Pemerintah Metropolitan Tokyo telah bekerja menyusun rencana model penggunaan pasca-pertandingan Desa Olimpiade dan Paralimpiade. Dan, ini bertujuan untuk membangun komunitas baru di mana beragam orang dapat berinteraksi dan hidup dengan nyaman di lokasi.
Nantinya akan menjadi ara yang nyaman untuk apertemen atau otel dengan fasilitas2 yang memadai, setelah even akbar ini berakhir .....
Bahkan, bertetangga dengan Desa Olimpik ini, ada daerah nyaman dengan pepohonan untuk bersepeda, selain masuk ke daerah perbelanjaan di Odaiba                                                        Â
Jika tidak ada pandemic, pasti desa ini akan ramai oleh atlet dan wisatawan. Dengan fasilitas2 yang dibangun untuk ini, Jepang pasti mengharapkan itu terjadi.
Tetapi, dengan kondisi pandemic seperti ini, memang sangat disayangkan desa olimpik ini, akan berakhir hanya ntuk tidur saja, dan terlihat seperti "desa mati", karena pastinya tidak aka nada orang lalu lalang seenaknya dengan toko2 penuh wisatawan dan atlet.
Tetapi, setidaknya Desa Olimpik ini sangat menginspirasi, minimal untukku sebagaui seorang arsitek, untuk terus mendeveloped yang terbaik, dan jangan pernah kita bekerja "setengah-setengah"!
Lakukan yang terbaik, itu akan menjadi inspirasi untuk dunia ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H