Desa  Olimpik ini akan dikenang oleh para atlet, tetapi pada saat yang sama mereka harus mengikuti aturan yang sangat ketat tentang masker. Kecuali saat makan, berlatih, bertanding dan tidur.
Atlet juga harus makan sendiri dan menjaga pedoman jarak sosial. Awalnya, direncanakan warga akan makan di ruang makan berkapasitas 4.500 orang, namun hal itu berubah karena adanya covid.
Selain area pemukiman, ada juga area perbelanjaan di Olympic Village. Hotel ini memiliki kantor pos, binatu, dan bank. Desain plaza kayu mengacu pada estetika minimalis Jepang, yang mengikuti tema penggunaan kayu di seluruh tempat Olimpiade.
Pemerintah Metropolitan Tokyo telah bekerja menyusun rencana model penggunaan pasca-pertandingan Desa Olimpiade dan Paralimpiade. Dan, ini bertujuan untuk membangun komunitas baru di mana beragam orang dapat berinteraksi dan hidup dengan nyaman di lokasi.
Nantinya akan menjadi ara yang nyaman untuk apertemen atau otel dengan fasilitas2 yang memadai, setelah even akbar ini berakhir .....
Bahkan, bertetangga dengan Desa Olimpik ini, ada daerah nyaman dengan pepohonan untuk bersepeda, selain masuk ke daerah perbelanjaan di Odaiba                                                        Â
Jika tidak ada pandemic, pasti desa ini akan ramai oleh atlet dan wisatawan. Dengan fasilitas2 yang dibangun untuk ini, Jepang pasti mengharapkan itu terjadi.
Tetapi, dengan kondisi pandemic seperti ini, memang sangat disayangkan desa olimpik ini, akan berakhir hanya ntuk tidur saja, dan terlihat seperti "desa mati", karena pastinya tidak aka nada orang lalu lalang seenaknya dengan toko2 penuh wisatawan dan atlet.