By Christie Damayanti
Taman Dukuh Atas di Jalan Sudirman, bukah hanya sekedar taman dan anjungan pandangan anatu "vieweing deck" saja, tetapi juga sebuah tempat untuk saling bersosialisasi antar warga Jakarta, di area perkantoran lajur protocol Jalan Sudirman.
Pemprov DKI pun membanguntaman bermain, untuk anak2 muda bermain skate-board serta wahana pendidikan, "cerita" tentang jalur utilitas bawah tanah Jakarta
Area itu mamang sangat dibutuhkan untuk warga Jakarta, untuk bersosialisasi antar warg, asal tidak akhirnya menjadi area pedagang kaki lima.
Karena, pada kenyataannya, jika ada area terbuka entah fungsinya apa saja, pedagang kaki lima serta ojeg akan berkumpul, jika tidak ada kedisiplinan warga.
Sama seperti penataan di Terowongan Kendal, Pemprov DKI mengubah ruang yang tadinya jalan untuk kendaraan bermotor, menjadi ruang untuk pejalan kaki, pedestrian. Sebuah ruang antara rumah dan tempat bekerja, ruang ketiga.
Ruang public di Dukuh Atas ini terbuka untuk semua kalangan. Sambil berpindah moda transportasi warga bisa berinteraksi di sini. Taman Dukuh Atas dilengkapi dengan sarana olahraga skate board, spot ekspresi seni budaya, spot edukasi utilitas kota dan anjungan pandang, atau "viewing deck".
Jakarta masih membutuhkan taman kota dan rea penyerapan, karena RTH atau ruang terbuka hijau Jakarta, masih jauh dari kebutuhannya. Sekitar 5 sampai 10 tahun lalu, kebutuhan RTH Jakarta hanya 11%, padahal keseluruhan Jakarta membutuhkan sekitar 30% untuk ruang terbuka hijau.
Lihat tulisanku, Menuju Jakarta 30% RTH [Dari yang Sekarang 11% Saja], Mungkinkah?
Ketika Tman Dukuh Atas ini jadi, jujur aku sedikit kecewa, karena taman untuk lahan penyerapan nya hanya sebagian saja, dan sisanya untukarena atau wahana bermain skate-board. Padahal, yang dimaksudkan untuk ruang terbuka hijau, itu bukan hanha pohon2nya saja tetapi lahannya tertutup dengan beton.
Memang, ada area untuk taman dengan permukaan tanah sebagai lahan penyerapan, tetapi jika ada area yang bisa untuk lahan penyerapan, mengapa kita tidak memanfaatkannya dengan sebanyak2nya?
Mungkin, area wahana  bermain skate-board, di desain seperti "jalan setapak", seakan2 jalur skate-board di hutan. Sehingga, lahan beton diganti denagng lahan tanah, dan jalur skate-board di desain denagn penumpukan con0block, yang tetap bisa untuk penyerapan!
Jika di hitung luasannya, mungkin lahan beton sama dengan Taman Dukuh Atas nya, sehingga mengapa tdak semua untuk lahan tanah penyerapan dan arena skate-board dengan con-block?
Membangun con-block, tetap bisa rapid an level (ketinggian) nya, sama koq dengan ketinggiang beton, asal kontraktornya baik dan teliti untuk kerataan permukaannya.
Fungsi dengan con-block juga untuk penyerapan tanah Jakarta, karena con-block tidak di semen, yang akan menutup lahan tanah.Â
Yang aku cukup senang adalah, dari permukaan Jalan Sudirman turun ke lahan bermain skate-board, pemprov membangun ramp untuk penyandang disabilitas.
Sebenarnya, memang ruang terbuka hijau memang merupakan salah saru "paru-paru" kota, terutama untuk kota2 metropolitan, seperti Ibukota Jakarta yang padat sekali. Apalagi, untuk jalur padat protocol Jakarta, sangat membutuhkan oksigen, dimana daun hijau akan menyerap CO2 dan akan menghasilkan O2, disiang hari.
Itulah sebabnya, RTH benar2 dibutuhkan di jalur2 dan kota2 padat.
Tetapi, jangan hanya daun hijaunya saja, tetapi lahan tanahnya juga, sebagai daerah penyerapan kota! Dan, di Taman Dukuh Atas, belum 100% difungsikan sebagai lahan penyerapan, padahal penyerapan Jakarta masih jauh dari ideal.
Taman Dukuh Atas ini memang sebuah area pertemuan banyak moda transporasti Jakaarta. Kereta Listrik (KRL), MRT, TransJakarta dan Kereta Bandara di sisi Gedung BNI 46.
Dengan Taman Dukuh Atas sebagai pertemuan antara moda transportasi, akan menjadi "pertemuan warga Jakarta", yang saling silang. Itu yang memang dibutuhkan kota ini, ditambah dengan kebutuhan RTH dan lahan untuk penyerapan.
Sangat ideal, bukan?
Walau ada sedikit "cacat" untuk tidak sebagian besar sebagai lahan penyerapan.
Pemprove DKI Jakarta, juga membangun wahana pendidikan, yaitu denagn mendesain jalur utilitas kota Jakarta, untuk warga Jakaarta mengerti bahwa, di jalr bawah tanah Jakarta itu, mempunyai jalur2 khusus untuk gorong2 serta pipa2 utilitas.
Semoga taman ini langgeng tanpa menjadi kerumunan pedagang kaki lima di area Dukuh Atas,
Dan untuk menjadi pengingat bahwa RTH Jakarta itu bukan sekedar hijau daun dan pepohonan saja, tetapi bagaimana RTH mampu menjawab tantangan kota, yaitu ada lahan untuk penyerapan Jakarta yang masih sangat minim ......