Sebenarnya, memang ruang terbuka hijau memang merupakan salah saru "paru-paru" kota, terutama untuk kota2 metropolitan, seperti Ibukota Jakarta yang padat sekali. Apalagi, untuk jalur padat protocol Jakarta, sangat membutuhkan oksigen, dimana daun hijau akan menyerap CO2 dan akan menghasilkan O2, disiang hari.
Itulah sebabnya, RTH benar2 dibutuhkan di jalur2 dan kota2 padat.
Tetapi, jangan hanya daun hijaunya saja, tetapi lahan tanahnya juga, sebagai daerah penyerapan kota! Dan, di Taman Dukuh Atas, belum 100% difungsikan sebagai lahan penyerapan, padahal penyerapan Jakarta masih jauh dari ideal.
Taman Dukuh Atas ini memang sebuah area pertemuan banyak moda transporasti Jakaarta. Kereta Listrik (KRL), MRT, TransJakarta dan Kereta Bandara di sisi Gedung BNI 46.
Dengan Taman Dukuh Atas sebagai pertemuan antara moda transportasi, akan menjadi "pertemuan warga Jakarta", yang saling silang. Itu yang memang dibutuhkan kota ini, ditambah dengan kebutuhan RTH dan lahan untuk penyerapan.
Sangat ideal, bukan?
Walau ada sedikit "cacat" untuk tidak sebagian besar sebagai lahan penyerapan.
Pemprove DKI Jakarta, juga membangun wahana pendidikan, yaitu denagn mendesain jalur utilitas kota Jakarta, untuk warga Jakaarta mengerti bahwa, di jalr bawah tanah Jakarta itu, mempunyai jalur2 khusus untuk gorong2 serta pipa2 utilitas.
Semoga taman ini langgeng tanpa menjadi kerumunan pedagang kaki lima di area Dukuh Atas,
Dan untuk menjadi pengingat bahwa RTH Jakarta itu bukan sekedar hijau daun dan pepohonan saja, tetapi bagaimana RTH mampu menjawab tantangan kota, yaitu ada lahan untuk penyerapan Jakarta yang masih sangat minim ......