By Christie Damayanti
                                                        www.news.detik.com
                       "Viewing Deck", taman bertrap di area Dukuh Atas di lajur protocol Jalan Sudirman, Jakarta
Area Dukuh Atas, memang merupakan area yang sangat strategis, karena merupakan titik temu antara Jalan sudirman, memtutar ke Gedung BNI 46 serta turun ke bawah menuju Gedung kembar Landmark, menuju  ke area Jakarta Selatanmenyusuri sungai Latuharhari.
Keberadaan tempat itu, menjadikan Jakarta membangun "landmark" lokal sekitaran, untuk dijadikan fasilitas umum bagi warga Jakarta. Dibangunlah "viewing deck", untuk memberikan area yang cukup nyaman untuk beristirahat atau hanya sekedar berfoto2.
Tempat ini, di desain dengan berundak, sehingga lebih tepat disebut "viewing deck", karena jika kita naik ke atas beberapa trap (ada 2 atau 3 trap), dan kita bisa melihat Jalan Sudirman dengan sekelilingnya, dengan ketinggian tertentu.
Sayang, pemprove DKI Jakarta belum memikirkan fasilitas ruang public ini, untuk disabilitas dan kaum pioritas.
Padahal, tidak susah untuk membangun ramp sampai titik tertinggi, zig-zag diantara trap tangga, sehingga kursi roda bisa naik ke titik tertinggi, sama dengan non-disabilitas, lewat ramp.
Viewing Deck ini, memang menarik bari pejalan kaki.
Jika pejalan kaki adalah karyawan yang bekerja di sekitaran tempat itu, mungkin mereka tidak tertarik untuk menuju kesana. Hanya melewati saja, karena mereka harus bekerja atau pulang kerja harus langsung ke rumah mereka masing2.
Tetapi, jika pejalan kaki hanya sekedar berjalan2 seperti aku saat itu, aku sangat tertaik untuk melhat2 disekitaran sana. Tetapi, karena area itu belum mempunyai fasilitas disabilitas, aku tidak bisa naik trap kesana, karena tangganya cukup tinggi, dan tidak mungkin aku menaikkinya, walaau aku bisa.
Mengapa?
Karena, bagaimana dengan kursi roda ajaibku, jika aku naik tangga sementara kursi roda ajaibku berada di bawah, lalu siapa yang menjaganya? Jakarta sangat rawan untuk kehilangan property, walau di kunci, gampang untuk dibawa orang .....
Â
"Viewing Deck", di jalan Sudirman, yang aku lalui saat itu ..... Aku tidak bisa naik untuk melihat pemandangan jalan Sudirman dan sekitarnya, dari titik tertinggi.
Kalaupun aku bisa naik, siapa yang akan menjaga kursi roda ajaibku dibawah ini? Di foto pertama, terlihat rumput2 yang sudah panjang dengan bunga2 rumputnya. Bagaimana tentang maintenancenya?
Taman Dukuh Atas yang terletak dekat dengan Halte Transjakarta Dukuh Atas 1 dan 2. Jika warga Jakarta mau kesana, bisa langsung ke arah Jalan Sudirman.
Dari kejauhan, tampak sejumlah bangku yang dibuat menyerupai pot yang ditanami satu pohon kecil dan beberapa taman hias. Tidak begitu jauh dari bangku itu, terdapat tangga yang dibangun di tengah taman.
Tangga bewarna cokelat dengan pegangan besi itu terbuat dari kayu jati yang kokoh. Saat naik ke tangga itu, kita bisa melihat kondisi Taman Dukuh Atas secara keseluruhan.
Saat itu, saat aku sedang disana, memang hari libur, dan belum jam makan siang. Sehingga, tidak ada kegiatan sama sekali disana. Dtambah, belum ada bunga2 bermekaran. Hanya ada pepohonan hijau yang sudah mulai rindang ......
Kehadiran taman dan "viewing deck" ini, memang menjadi oase di lajur protocol Jalan Sudirman Jakarta. Selain tentang udara yang lebih segar karena banyak pepohonan rindang, yang menghasilkan O2 di siang hari,
Â
Foto pertama, menuju "viewing deck" Â dari arah Bundaran HI dan Foto kedua, area duduk2 di baagian bawah "viewing deck" ini, sudah penuh dengagn pepohonan yang semakin besar .....
Taman ini sedikit banyak menjadi lahan peresapan atau RTH atau Ruang Terbuka Hijau, walau hanya secuil, dibanding kebutuhan lahan penyerapan untuk kota Jakarta.
Juga selain daun2 hijau mampu meghasilkan O2 dan untuk RTH, tamah dan dedaunan hijau ini akan sedikit menyerap polusi udara yang dihasilkan oleh knalpot2 kendaraan bermotor.
Tinggal kedepannya, apakah taman dan viewing deck ini selalu terawatt?Â
Karena, sudah menjadi rahasia umum, bahwa Indonesia mamou membangun, tetapi tidak mau atau belum sadar untuk merawatnya ......
Masalah maintenan di Jakarta khususnya, memang salah satu msalah krusial.
Apalagi, dengan padatnya penduduk Jakarta di siang hari, mengakibatkan mereka berusaha sekali mencari sesuap nasi, dengan berjualan di tempat2 yang seharusnya tidak boleh berjualan.
Pedagang2 kaki lima, bisa saja bermunculan, jika taman ini ramai. Apalagi, nanti ketika pandemic berakhir .....
Jika PKL2 berkerumun di area taman ini, bagaimana nasibnya?
Karena, akan bertumpuklah warga Jakarta dan taman ini akan menjadi daerrah kumuh .....
Oya,
Taman Dukuh Atas ini, dibagi 2 area,
Yang pertama, yang berada di jalan Sudirman, sejajar dengagn permukaan jalanan untuk kendaraan bermotor, yang aku lewati saat itu.
Yang kedua, yang berada di bawah, sejajar dengan Jalan Kendal. Tempat itu lebih menyerupai "taman bermain", dengan area dibangun dengan permukaan beton, karena untuk wahana bermain skate-board.
Â
Taman Dukuh Atas di bagian bawah, tempat arena bermain skate-board, bisa turun dengang kursi roda, karena memounyai ramp .....
Sebenarnya, ada ramp untuk turun kebawah, tetapi karena sudah siang, dan udara sangat panas, kami harus cepat2 mencari tempat untuk makan siang. Jika tidak, kami bisa dehidrasi, hihihi ......
Ruang ketiga di Dukuh Atas ini terbuka untuk semua.
Sambil berpindah moda transportasi, warga bisa berinteraksi di sini. Jika mereka sempat, mereka bisa sedikit beristirahat disii, mengekspresikan suasana ibukota, dengan naik ke "viewing deck".
Semoga, dengan keberadaan taman ini, menjadi sedikit oase ditengah2 hiruk pikuk nya ibukota Jakarta, di jalur protocol Sudirman -- Thamrin ......