Â
![204232387-3902278189884046-290769003140854168-n-60dbd57006310e38d47b5c92.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/30/204232387-3902278189884046-290769003140854168-n-60dbd57006310e38d47b5c92.jpg?t=o&v=555)
![207156010-963851474176895-5461423326877099856-n-60dbd59c06310e4a043b38d2.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/30/207156010-963851474176895-5461423326877099856-n-60dbd59c06310e4a043b38d2.jpg?t=o&v=555)
Foto pertama, menuju "viewing deck" Â dari arah Bundaran HI dan Foto kedua, area duduk2 di baagian bawah "viewing deck" ini, sudah penuh dengagn pepohonan yang semakin besar .....
Taman ini sedikit banyak menjadi lahan peresapan atau RTH atau Ruang Terbuka Hijau, walau hanya secuil, dibanding kebutuhan lahan penyerapan untuk kota Jakarta.
Juga selain daun2 hijau mampu meghasilkan O2 dan untuk RTH, tamah dan dedaunan hijau ini akan sedikit menyerap polusi udara yang dihasilkan oleh knalpot2 kendaraan bermotor.
Tinggal kedepannya, apakah taman dan viewing deck ini selalu terawatt?Â
Karena, sudah menjadi rahasia umum, bahwa Indonesia mamou membangun, tetapi tidak mau atau belum sadar untuk merawatnya ......
Masalah maintenan di Jakarta khususnya, memang salah satu msalah krusial.
Apalagi, dengan padatnya penduduk Jakarta di siang hari, mengakibatkan mereka berusaha sekali mencari sesuap nasi, dengan berjualan di tempat2 yang seharusnya tidak boleh berjualan.
Pedagang2 kaki lima, bisa saja bermunculan, jika taman ini ramai. Apalagi, nanti ketika pandemic berakhir .....
Jika PKL2 berkerumun di area taman ini, bagaimana nasibnya?