Keberadaan jembatan penyeberangan orang (JPO) di sekitar Jalan MH Thamrin disorot setelah Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan, menyatakan bakal membongkarnya, diganti dengan sistem penyeberangan menggunakan lampu dan jalur khusus (pelican crossing). Namun, ide itu ditentang karena dianggap tidak tepat dan salah kaprah.
Sekarang, tahukah tentang penyeberangan khusus yang disebut "pelican crossing?"
"Pelican Crossing"Â atau Pedestrian Loght Control Crossing, merupakan cara menyeberang diatas permukan jalan kendaraan umum yang menggunakan zebra-cross dengan menyalakan tombol untuk mendapatkan lampu hijau untuk menyeberang dan lampu merah bagi kendaraan.
Tanda ini membuat pejalan kaki dapat leluasa untuk menyeberang. Selain indikator warna lampu, pelican crossing juga memberikan tanda berupa suara.
Ini konsep "pelican cross" yang ada di banak Negara2 maju yang warganya memilih berjalan kaki dibanding dengan mobil pribadi. Sehingga, jumlah pejalan kaki jauh lebih banyak dari kendaraan ......
Dan, lama waktu untuk menyeberang itu pun sudah ditentukan. Biasanya waktu untuk menyeberang berkisar sekitar 30-45 detik.
Pelican crossing ini sebenarnya bukan hal baru dalam lalu lintas di Indonesia. Di beberapa kota besar, pelican crossing banyak berfungsi. Di Jakarta, sistem ini bisa ditemui di Jalan Medan Merdeka Selatan dan Jalan Ir H Juanda.
Tetapi, apakah kita bisa memahami bahwa keadaan jalan protocol Thamrin dan Sudirman ini merupakan jalur yang sangat padat? Bahkan, bukan hanya waktu2 pagi dan sore jam2 sibuk saja, tetapi setiap saat jalur ini sering macet parah!
Artinya, apa?
Artinya,
Jika jalan Thamrin yang berlanjut ke jalan Sudirman padat, bagaimana kendaraan akan "berhenti" di jalur pelican crossing, sementara jalur itu sudah sering bahkan terus berhenti, jika benar2 macet parah?