By Christie Damayanti
                                                           Â
Ruang khusus untuk perokok di ruang public luar bangunan di Zurich, Swiss Eropa
Jakarta adalah sebuah kota metropolitan, yang namanya sudah di kenal dunia sebagai ibukota negeri cantik Indonesia. Bahkan, sebagian dunia, pasti melihat Jakarta adalah sebuah kota metropolitan duia, yang sangat cantik, apik dan sejahtera.
Teapi pada kenyataannya, Jakarta masih berputar2 saja untuk membangun kota yang ramah bagi wargnya. Ramah dalam arti banyak hal, termasuk ramah tentang keamanan, kenyamanan dan "ramsh disabilitas".
Jika Indonesia sudah sangat terkenal dengan keramahannya di dunia (tidak tahu, sekarang), maka Jakarta pun sepertinya cukup terkenal dengan kenyamanan dan kemananannya, yang sudah lebih baik, walau harus terus ditingkatkan.
Bicara tentang pedestrian Jakarta, apalagi di jalur protocol yang akan membawa nama Jakarta dan Indonesia ke seluruh dunia, seharusnyalah fungsi pedestrian itu sendiri bukan hanya untuk pejalan kaki nya saja, tetapi bagaimana fungsi2 seputar warga itu tetap ada.
Tentang tempat sampah. Tentang lampu jalanan, atau tentang bench atau tempat duduk, itu benar2 fungsi2 yang sangat prioritas. Terlebih tentang fungsi2 untuk disabilitas. Yaitu "jalur kuning" serta lebarnya pedestrian untuk pengguna kursi roda.
Tetapi bagaimana dengan asap rokok?
Realitas saja, wakaupun aku tidak membuat riset, tetapi aku yakin, bahwa sebagian dari warga Jakaarta terutama, adalah perokok, sehingga sebagian lagi adalah peroko pasif, termasuk aku!
Jika saat ini, di banyak restoran atau cafe2 menyeiakan area merokok di bagian luar restoran atau cafe2 mereka, sehingga angin akan membawanya pergi., apakah itu sudah sebuah solusi?
Ketika warga Jakarta yang merokok di restoran atau cafe2 itu merokok di bagian luar bangunan, asap yang mengepul2 itu pun memang terbawa angin, tetapi ketika ada seseorang di arah angin yang membawa asap rokok itu, akan menghirup udara tercemar asap rokok WALAUPUN MUNGKIN ASAP ROKOK NYA SUDAH BERPENDAR .....
Lah ..... lalu bagaimana?
Bagaimana warga Jakarta perokok, tidak membayakan bagi warga Jakarta yang tidak merokok? Karena yang aku baca dari beberapa referensi, perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif ......
***
Di banyak negarfa maju, walaupun warga perokok harus merokok di luar bangunan, tetapi bukan sekedar merokok di luar bangunan saja, tetapi mereka merokok di tempat2 merokok yang sudah disediakan!
Bangunan2 atau tempat2 merokok yang sudah disediakan itu, ya hanya itu saja tempat untuk merokok. Bukan hanya sekedar "merokok di luar bangunan!"
Bahkan, yang aku tahu di beberapa Negara, jika mau merokok memang HARUS DI TEMAT MEROKOK YANG SUDAH DISEDIAKAN, dan jika mereka hanya merokok di luar bangunan, tetapi bukan di tempat merekok yang sudah disediakan, mereka akan terkena sangsi hukum!
Artinya,
Banyak Negara yang sudah membangun tempat2 khusus untuk merokok di luar bangunan itu, sudah sedemikian dan benar2 sadar, bahwa merokok benar2 sangat membahayakan!
Sekarang,
Bagaimana dengan Indonesia?
Kesadaran warga Indonesia pada umumnya, masih benar2 kecil. Kesadaran tentang apapun, membuat Indonesia masih berada di titik rendah.
Apapun kesadaran dan kepeduliannya, walaupun pemerintah seudah mewanti2nya, justru sebagian besar warga Jakarta malah selalu melanggarnya untuk perturan2 yang sudah di canangkan oleh pemerintah.
Termasuk tentang merokok.
Memang, sudah sebagian besar restoran atau cafe2 di Jakaarta, sudah menerapkan aturan bagian untuk perokok dan bagian untuk yang tidak merokok. Tetapi, bagi si perokok masih banyak sekali yang merokok di luar bangunan, tetapi tidak peduli ketika mereka mengepul2kan asapnya, tanpa perasaan.
Maksudku,
Mereka memang merokok di luar bangunan, tetapi asapnya menyembur2 seperti asap kereta, tanp peduli disekitarnya ada anak2 dan perempuan2 yang tidak tahan asap rokok.
Seperti aku,aku akan menegur keras, jika ada seseorang yang merokok dengan mengepul2kan asap rokoknya, dan menyemburkannya di sekitarnya, tanpa pedulu ada orang lain di sekitarnya.
Itu sama saja bohong, untukku!
Kesadaran dan kepedulian itu yang lebih di utamakan dibanding dengan tempat khusus untuk merokoknya!
Baiklah ....
Masalah yang aku tuliskan diatas, memang membutuhkan wartu dan proses yang tidak sebentar. Perlu adanya sebuah revolusi, yaitu revolusi mental, yang selalu digembar gemborkan oleh bapak Jokowi.
Teapi, ada sedikir solusi untuk bisa sedikit menjadikan ruang public di luar bangunan, "bebas" dari asap rokok, yaitu tempat khusus untuk merokok ....
Aku hanya menemukan foto2 yang aku buat sendiri tentang tempat khusus untuk merokok, ketika aku eraveling di Eropa dan di Jepang. Karena tempat khusus untuk merokok itu, tersamar dengan banguna2 yang berfungsi halte atau cafe2 kecil di pedestrian, sehingga pasti tidak terpkir ini adalah bangunan khusus untuk merokok.
Â
Ini adalah bangunan temporer khusus untuk merokok di Zurich. Bentuknya seperti halte bus, tetapi ini bukan halte bus. Dan, setelah aku amati, ini adalah bangunan khusus untuk merokok.Â
Konsep bangunan itu hanya seperti halte, dan beberapa bagian tetap terbuka, dan bagian lainnya, tertutup. Ada humidifiernya untuk menetralkan ruang itu dari polusi asap rokok.
Â
Ini juga sebuah ruang khusus untuk merokok di Bunkyo Tokyo, dimana fungsinya benar2 tepat dan fasilitas2 yang nyaman untuk yang ada disekitanya.
Jika perokok2 seperti itu, mereka akan meroko di sekitar perokok, dimana tidak ada yang menjadi perokok pasif. Perokok2 itu akan menderita abitnya sendiri, tetapi tidak menyeret warga disekitanya.
Pertanyaan berikutnya adalah,
Apakah Jakarta sudah berpikir tentang tempat2 khusus untuk merokok di ruang public luar banguanan, khusus nya di ruang2 protokol Jakarta, seperti jalur protocol Sudirman -- Thamrin ini?
Entahlah .....
Sepertinya, aku belum membaca issue tentang hal ini .....
Semoga, Jakarta lebih baik, termasuk tentang pengendalian perokok dan asap rokok ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H