By Christie Damayanti
Cerita tentang Trans Jakarta, termasuk terminalnya yang berada di tengah2 jalan (sisi kanan jalan), mungkin cukup crusial. Karena, jika sisi kanan jalan diambil 1 jalur untuk Trans Jakarta, jalir2 kendaraan I Jakarta akan berkurang 1 lajur.
Padahal, lajir2 di jalan2 besar Jakaarta, sudah padat kendaraan, sehingga pada akhirnya banyak mobil2 pribadi melanggar aturan untuk lewat di jalur Tans Jakarta, yang dianggap lebih cepat, walau haru mengikuti bus, yang seringkali berhenti lama.
Akhirnya, jalur Trans Jakarta, di beberapa titik, harus dijaga oleh petugas supaya mobil2 pribadi tidak masuk ke jalur itu .....
Tentu saja, itu akan membuang2 uang untuk menggaji mereka, membuang2 tenaga dan membuang2 kesempatan untuk Indonesia lebih baik!
Malahan yang aku lihat sendiri,
Petugas yang menjaga jalur Trans Jakaarta itu, "bernegosiasi" dengan mobil2 pribadi, untuk memasukkan mbil pribadi itu ke jalur bus tersebut. Dan, di ujung sana ada polisi yang menyetop untuk menilang! What a business!
Antara halte bus dengan bus Trans Jakarta sendiri pun, sudah di desain sedemikian cantik dan rumit, sehingga antara warga yang dari halte mau masuk ke bus, ada "jembatan" dari JPO sisi kiri jalan dan detail yang diperhitungkan dengan baik, antara permukaan halt eke permukaan bus.
Konsep Trans Jakarta dengan lajur busway nya, memang cukup menarik, walaau waktu itu ada pro dan kontra. Tetapi sampai sekarang, Trans Jakarta suda mnjadi "tulang punggung" bagi warga Jakarta, untuk bertransportasi.
Bahkan, dengan Trans Jakarta, akan terintegrasi dengagn jalur2 bus lokal serta MRT Jakarta .....
Bagaimana dengan konsep disabilitasnya?
Catatan :
Disabilitas bukan hanya kaum cacat saja, tetapi juga kaum prioritas, yaitu orang tua dan anak2
Aku memang baru melalui di lajur protocol Sudirman - Thamrin saja, dimana aku sebagai bagian dari kaum disabilitas Jakarta, aku bisa menaiki JPO, untuk ke halte Trans Jakarta, dengan beberapa catatatn, seperti yang aku tuliskan di artikelku,
Cerita tentang Jembatan Penyeberangan di Dukuh Atas dan Gelora Senayan
Menuju halte, di atas JPO, harus turun, tetapi:chacker plate" nya susah untuk dimasuki oleh kursi roda .....
Â
Sehingga, jika dibilang sebagi "ramah disabilitas", tetap menuju "ramah disabilitas", tetapi masih perlu perbaikan2 segera, karena akan sangat membahayakan kaum disabilitas sebagi calon penumpang Trans Jakarta.
Jakarta memang menuju kota "ramah disabilitas". Sudah banyak perbaikan2 untuk lebih manusiawi. Tetapi, Jakarta harus terus memeliharanya, krena jika tidak ada pemeriharaannya atau maintenance nya kacau balau, Jakarta akan mundur selangkah.
Sajang sekali, jika "kota ramah disabilitas" itu untuk Jakarta sudah terkonsepkan dengan baik, sangat mubazir, jika tersia2. Sehingga, pemerintah daerah bahkan pemerintah pusat, harus menyiapkan divisi maintenance, khususnya bagi fasilitas disabilitas di ruang public.
Dan, bukan hanyqa pemerinah daetah dan pusat saja, justru kepedulian sesame wagra kota dan Negara tentang disabilitas, haruslah terus dipupuk, sehingga timbul kesetaraan dan menghasilkan kehidupan perkotaan tanpa diskriminasi.
Jakarta sebagai ibukota metropolitan dari negeri cantik Indonesia, akan menjadi luar basa, asal kita semuanya, tanpa terkecuali, bisa saling menghormati, dan saling mengasihi dalam Tuhan ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H