By Christie Damayanti
"Jalur Kuning" memang salah satu fasilitas bagi disabilitas netra. Siapa yang tidak tahu tentang "jalur kuning" serta konflik yang ada di dalamnya?
"Jalur kuning", namanya saja warna kuning, kadang kala membuat harmoni warna dalam sebuah area, akan rusak, bagi desainer, sehingga "jalur kuning" bisa saja beralih menjadi jalur abu2 di stasiun MRT Jakarta atau jalur perak, seperti di jalur pedestrian Malioboto.
Â
![Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/12/mrt5-60c4557fd541df6b9912a322.jpg?t=o&v=770)
![Jalur kuning" yang berubah menjadi jalur abu2 dan jalur perak! Mengertikah mereka, mengapa memakai warna kuning? Karena warna kuning bisa memancarkan cahaya untuk disabilitas netra dan low-vision! /www.jogjapolitan.harianjogja.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/12/jogjapolitan-harianjogja-60c455aad541df6ebc208543.jpg?t=o&v=770)
Belum lagi, masalah konflik ketika "jalur kuning" yang harusnya merupakan fasilitas disabilitas netra, beralih fungsi, ketika jalur ini ada di atas pedestrian di hampir semua tempat di Jakarta.
Karena, pedestrian2 yang ada, digunakan untuk berjualan dan tempat parkir motor, sehingga "jalir kuning" nya tidak berfungsi sama sekali.
Atau juga, ketika si kontraktor yang memasang jalur kuning itu, sama sekali tidak peduli, bahwa ujungnya berbenturan dengan pohon, tempat sampah atau masuk ke lubang got!
Â
![www.megapolitan.kompas.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/12/mega1-60c455e4d541df03377bd852.jpg?t=o&v=770)
![Jalur kuning yang tidak berfungsi karena pedestrian dipakai untuk berjualan, dan menabrak tiang listrik!/www.jabar.pojoksatu.id](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/12/jk-60c455fed541df6eaf232cd2.jpg?t=o&v=770)
Â