By Christie Damayanti
Tetapi, sangat tidak jelas. Posisi ini di sebelum belok kanan ke Jl. Blora. Sognage ini hanya memberikan petujunjik untuk terus. Tetapi di ujung sama ke Stasiun KA Bandara, di jalan protocol yang sama, tidak ada! Sehingga membuat kita sama sekali tidak jelas .....
Seharusnya, yang mendesain signage, menempatkan dirinya sebagai turis atau wisatawan, yang merasa sama sekali tidak tahu tentang Jakarta. Jangan menempatkan dirinya sebagai warga Jakarta, yang sebenarnya tahu menuju Stasiun KA Bandara.
Sehingga, menurutku signage ini hanya BASA-BASI saja, dan buang2 uang untuk mendesain dan membuat signage ini .....
***
Dimana2, dibutuhkan "tanda2" untuk kita bisa berjalan menuju tujuan. Tujuan hidup. Tujuan masa depan, atau tujuan 'kita mau kemana?'
Tanda2 itu di dunia arsitektur dalah mutlak. Karena arsitektural itu bukan semata2 hanya bangunan indah saja, tetapi harus mempunyai konsep, fungsi, estetika, keamanan, kenyamanan, dan sebagainya.
Ketika kita mau menuju sebuah tempat di sebuah kota, dan kita tidak atau belum pernah ke tempat atau kota tersebut, bagaimana kita bisa menemukan tujuan kita, jika kita tidak melihat dan mendapati tanda2 khusus, yang berfungsi salah satunya adalah penunjuk arah?
Sehingga, arsitektiral perkotaan, tanda2 itu mitlak harus ada!
Dalam banyak titik di sebuah jalur kota, setiap ada pertigaan atau perempatan, bahkan di beberapa periodic di jalan lurus, seharusnya ada tandan2 untuk menunjukkan arah tempat tujuan. Tanda2 itu kita sebut dengan SIGNAGE.
Jakarta khususnya yang selalu aku ceritakan dan aku amati, signage2 disana agak kurang, dan terlalu "pelit". Pelit dalam hal jumlah dan ukuran. Signage2 di Jakarta, sangat kecil2 dan banyak terpasang di tempat2 yang akan susah untuk dilihat secara strategis.
Karena, tanda2 atau signage itu harus terpasang di tempat2 yang strategis!
![Dokumentasi pribadi / Ini adalah stasiun sepeda yang disewakan kepada orang2 yang ingin memakainya. Dengan data online, sepeda ini sangat laku, terutama saat Hari Minggu.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/11/sign21-60c32d3ed541df7d32037af2.jpg?t=o&v=770)
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/11/sign5-60c32df78ede48680737c5d2.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi pribadi / Daerah selus ini tidak ada signage? Bahkan, di beberapa Negara, justru mereka bingung mau meletakkan signage dimana, karena benar padat informasi ....](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/11/sign16-60c32db8d541df22280429f2.jpg?t=o&v=770)
Seharusnya, paling tidak ada signage tentang pepohonan yang ada disana. Jenis, nama, darimana, dan sebagainya.Â
Bisa juga, signage tentang jalan Sudirman -- Thamrin, peta loksi drah disana, bahkan klo perlu signage interaktif, supaya warga dari luar kota atau dari manca Negara, tidak usah mencari orang2 untuk bertanya, tetapi ada medianya, secara interaktif .....
Dokumentasi pribadi /Â Signage interaktif, dengan berbagai informasi tentang daerah itu (saat itu di Chiba). Ada banyak peta Chiba yang sangat informative. Dan, ada telpon untuk berinteakso dengan petugas2 lapangan .....
Alangkah indahnya jika Jakarta memberikan informasi demikian, sehingga wisatwan luar dan dalam negeri, bisa teredukasi tentang Jakarta, apapun cara dan bentuknya .....
Ini ramp kearah halte non-TransJakata, pertanyaannya "Mengapa area ini tidak dibuat signage, minimal jalur bus itu dari mana ke mana dengan integrasi2nya, seperti di negara2 yang sudah mengerti tentang informasi?"
Daripada terlalu polos, dengan luas yang sedemikian membuat suasana pedestrian itu mnjadi "sepi"
Dokumentasi pribadi / Ini pintu mauk ke lift turun ke Stasiun MRT. Coba, lihat signage diatas.Tidak ada lampu, jika malam pasti gelap/ Dan, sepertinya stikernya tidak scottlight yang bersinar jika malam.
Seharusnya, ada signage untuk tahu informasi, jika menyeberang dari sini, akan ada apa disana, dan ada apa disana. Sama sekali informasi apapun di area ini. Padahal, ini adalah jalur prtokol utama Jakarta, poros Sudirman -- Thamrin.
***
Ketika ku ada kesempatan berjalan kaki dari Le Meredien sampai lebih dari Bundaran HI, lalu naik MRT di depan BPPT, sampai Gelora Senayan, lalu berjalan lagi sampai dekat Ratu Plaza, lalu berbalik lagi ke Le Meredien karena mobil mas Ivan diparkir disana,
Aku sedikit melihat signage2, bahkan di pertigaan2 sepanjang jalan protocol tersebut, signage2 yang ada sangat pelit! Sedikit sekali, dan desain tulisan dan warnanya tidak mengundang orang bisa melihatnyya!
Bahkan, signage di beberapa stasiun MRT yang aku datangi, signage nya sangat tidak membuat kita bisa dengan yakin berada di jalur yang benar!
Bahkan, ketika seorang petugas kutanya,
"Pak, sekarang kan di Stasiun Setia Budi, lift mana yang ada di sebelah Hotel Le Meredien?"
"Ooo lift ini, bu", sambil menunjuk lift di ujung sana dan dia mengantar kami kesana.
Tetapi, setelah kami hendakmenuju lift tersebut, tiba2 si petugas meralat penyataan tadi,
"Eh ... salah bu, /itu lift seberang Le Meredien. Sudah benar lift yang tadi", ralatnya, padahal tadi kami sudah berada di lift yang benar.
Ketika aku melihat signage yang di gantung di plafond, ya memang benar, walau penunjuk arahnya aku merasa tidak jelas.
Karena, jika signage seperti ini, jika stasiun MRT ramai dan padat sementara petugas kewalahan, signage tidak akan terlihat dan kita pun kehilangan arah dan orientasi .....
Masih bagus, stasiun MRT di Jakarta baru hanya 2 arah saja dan Cuma 2 sisi jalan saja. Bagaimana jika nantinya stasiun MRT Jakarta ini terus berkembang? Akan bayak jalur2 keuarnya, akan lebih banyak juga, yang terseseat salah arah dan salah orientasi, hihihi .....
Karena walau dipakai stiker scotlight yang bersinar tetapi latar belakang warna hitam, mata kita tidak akan tertarik untuk meihat dan membacanya. Alhasil, kita bisa salah naik kereta, yang bertolak belakang .....
Masih banyak catatan2 ku tentang signage2 di jalur pedestrian protocol Sudirman -- Thamrin, Cuma salah satunya saja, apa yang aku tuliskan diatas.
Dan, setidaknya apa yang menjadi catatatnku sebagai arsitek perkotaan, bisa juga menjadi catatatn bagi pemerintah .....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI