Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatanku di Beberapa Stasiun MRT Jakarta, sebagai Arsitek dan Disabilitas

9 Juni 2021   15:04 Diperbarui: 9 Juni 2021   15:10 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi - Menuju ke lift atau tangga, dindingnya berganti menjadi marmer yang relative lebih mahal, walau ini marmer lokal. Dan, sayang sekali jika dinding marmer ini ditempeli poster2, menjadi marmer tidak terlihat. Mendingan dinding panel saja, kan?

By Christie Damayanti

Masih cerita seputar stasiun MRT, ketika aku berkesempatan naik MRT ditemani mas Ivan, aku mengmati dan mencatat beberapa hal yang memang harus diperbaiki, walau aku tahu ini sudah sangat berubah dibanding dengan tahun2 sebelumnya.

Setelah cerita "jalur kuning" yang berubah menjadi "jalur abu2 gelap" pada artikel sebelum ini, mungkin ada baiknya manajemen MRT lebih mempelajari secara mendetail bagi kebutuhan disabilitas.

Karena, pada kenyataannya, instansi dan pengembang di Jakarta sudah banyak mengclaim bahwa produknya sudah "ramah disabilitas".

Ya ....

Memang ketika selembar kertas mengatakan bahwa ada semua fasilitas disabilitas, semua di centang. Tetapi, yakinkah bahwa fasilitas2 itu bisa nyaman untuk kami pakai sebagai end-user kaum disabilitas?

BELUM TENTU !!!

Mengapa aku bisa yakin demikian?

Ya, karena aku datang sendiri untuk membuktikan. Cek-list. Dan, aku sebagai arsitek serta duduk di kursi roda, akan terus melakukan cek-list seperti ini, untuk melebarkan sayap tentang kepedulian disabilitas.

Bahwa, peduli disabilitas bukan hanya membangun fasilotas2 disabilitas secara fisik ada saja, tetapi bagaimana membangun fasilitas diabilitas yang benar2 bisa digunakan dengan aman dan nyaman, bukan asal2an saja ......

Karena pada kenyataannya, sebagian bangunan atau fasilitas2 disabilitas di ruang public ini, di Jakarta hanya basa basi saja dan "asal ada saja!".

Banyak bukti2 yang sering aku jabarkan di banyak tulisanku tentang ini, termasuk arstikel2 baru ku tentang "menyusuri jalan protocol Sudirman -- Thamrin" ini .....

Ketika aku keewa dengan tidak adanya "jalur kuning" dan berubah menjadi "jalur abu2 gelap" di stasiun MRT ini, aku cukup terkesima dengan pelayanan petugas2 stasiun. Wajah yang ramah dengan tutur kata nya jelas, serta keinginan terus untuk membantu aku, cukup membuat aku senang.

Di stasiun Thamrin sampai Gelora Senayan, space antara peron dan kereta cukup tipis, sehingga aku bisa melaluinya dengan kursi roda ajaibku tanpa masalah.

Tetapi dari Stasiun Gelora Senayan menuju sebaliknya untuk ke Stasiun Setia Budi, karena mobil mas Ivan diparkir di Hotel Le Meredien, ternyata space antara peron dan kereta cukup besar, sehingga bisa saja roda kursi roda ajaibku, tersangkut.

Dokumentasi pribadi - Foto pertama, space anatar peron dan kereta tidak terlalu besar, sehingga tanpa bantuan "ramp mobile" pun, aku bisa nyaman dan aman ....
Dokumentasi pribadi - Foto pertama, space anatar peron dan kereta tidak terlalu besar, sehingga tanpa bantuan "ramp mobile" pun, aku bisa nyaman dan aman ....
Foto kedua, antara peron dan kereta cukup jauh dan ketinggianyapun lumayan tinggi, sehingga jika aku paksakan tanpa bantuan "ramp mobile', kursi roda ajaibku akan tersangkut ..... Sehingga aku membutuhkan bantuan "ramp mobile"
Foto kedua, antara peron dan kereta cukup jauh dan ketinggianyapun lumayan tinggi, sehingga jika aku paksakan tanpa bantuan "ramp mobile', kursi roda ajaibku akan tersangkut ..... Sehingga aku membutuhkan bantuan "ramp mobile"
Dokumentasi pribadi Petugas stasiun MRT yang ramah membantu aku memasang "ramp mobile' untuk kursi roda ajaibku .....
Dokumentasi pribadi Petugas stasiun MRT yang ramah membantu aku memasang "ramp mobile' untuk kursi roda ajaibku .....
Dokumentasi pribadi Petugas stasiun MRT yang ramah membantu aku memasang "ramp mobile' untuk kursi roda ajaibku .....
Dokumentasi pribadi Petugas stasiun MRT yang ramah membantu aku memasang "ramp mobile' untuk kursi roda ajaibku .....
Dokumentasi pribadi - Dan aku nyaman untuk berjalan diatas "ramp mobile"
Dokumentasi pribadi - Dan aku nyaman untuk berjalan diatas "ramp mobile"
                                                                                                                               

Sehingga, petugas stasiun Gelora Senayan, sepertinya menghubungi petugas Stasiun Setia Budi, untuk menjemputku disana, dengan membawa "ramp mobile" untuk aku turun dari kereta ke peron.

Aku masuk kereta dari peron Gelora Senayan, dengan memakai "ramp mobilr", tetapi ternyata di Stasiu Setia Busi, tidak ada yang menjemputku. Sehingga, aku minta tolong mas Ivan untuk menjaga kursi roda ajaibku jika rodanya tersangkut ......

Apa yang akan ku katakan?

Bahwa, konsep MRT untuk melayani disabilitas kursi roda, sudah sangat baik, dengan keramahan dan kepeduliannya. Tetapi, memang perlu dan terus harus diperbaiki, untuk bisa menghailkan sebuah "kota yang ramah disabilitas".

Bahwa, kota ramah disabilitas oun, bukan hanya sekedar membangun kota dengan fasilitas1 yang cangih, tetapi juga bagaimana kota ini ramah bagi warga disabilitas .....

Lanjut .....

Sebelum naik kereta nya, kami membeli tiket kereta dengan 2 tujuan. Thamrin -- Gelora Senayan dan Gelora Senayan -- Setia Budi.

Aku mencoba untuk memasukkan selembar 50.000 untuk "dimakan" oleh vending machine, tetapi dcgah oleh petugasnya. Karena, katanya mesin itu belum bisa mengoperasikan kembaliannya .....

Alhasil, si petugas membawa uang 50.000 itu dibawa ke kantornya untuk ditikar dengan kembaliannya. Hmmmmmmm ......

Seprtinya, vending machin itu sudah sangat cantik, secantik di banak Negara, bahkan lebih cantik, karena ini mesin baru dan pastinya lebih canggih.

Tetapi, mengapa tidak atau berfungsi dengan maksimal? Padahal, MRT sudah beroperasi sudah cukup lama, mengapa masih tidak fully berfungsi?

Catatatn lagi untuk manajemen MRT .....

Karena pada kenyataannya, jika terus dibiarkan lama2 benar2 tidak akan bisa berfungsi, karena sudah "keenakkan" uang kembali manual. Padahal, vending machine itu pasti cukup mahal dengan harapan benar2 sebagai robot tanpa harus menyusahkan petugas ......

 

Dokumentasi pribadi - Aku mencoba membeli tiket MRT dengan 2 tujuan dengan selembar 50.000, tetapi tidak aa kembaliannya, sehingga ditukarkan secara mnual oleh petugas stassiun ....
Dokumentasi pribadi - Aku mencoba membeli tiket MRT dengan 2 tujuan dengan selembar 50.000, tetapi tidak aa kembaliannya, sehingga ditukarkan secara mnual oleh petugas stassiun ....
Dan,

Yang kita tahu, atau setidaknya yang aku tahu dan mengerti, bahwa Indonesia sngat sanggup untuk membangun yang indah2 tetapi yang menjadi momok adalah Indonesia sangat lemah dalam hal perawatan atau maintenance!

Jika terlalu lama, vending machine ini mungkin tidak benbar2 bisa berfungsi, sejak awal sampai, entah kapan!

Oklah .....

Lagi tentang petugas stasiun MRT, yang saat itu aku benar2 nyaman untuk dibantu mereka. Tetapi, mereka memang harus erus belajar. Termasuk MENGHAFAL jalur2 dan lift naik turun arah kemana.

Karena saat itu, kmi 2x harus berbalik arah karena petugas lupa arahnya!

Harusnya kluar ke sisi kanan, ternyata petugas mengarahkan kami ke sisi kiri! Untung belum naik lift, tetapi jarak dari lift kanan ke lift kiri, cukup jauh.

Ya, aku tidak apa2 karena naik kyursi roda ajaibku. Tetapi, bagaimana dengan orang2 yang lain, yang walau sehat tetapi sudah lelah, harus bolak balik menuju lift?

Yang jelas, signagenya terlalu kecil dan kurang banyak, sehingga membuat semua bingung karena bentuk stasiun memang sama ......

Ada satu khusus material yang aku ingin sampaikan, walau tidak membuat disabilitas bermasalah. Yaitu metrial armer di dinding, di Stasiu Setia Budi .....

Kulihat di stasiun2 MRT  yang aku datangi kemarin, dindingnya adalah berupa panel2 yang dicat, Standard dan cukup bagus dengan material yang tidak mahal. Panwl2 itu beberapa sudah dipasangi poster2 dan signage2 dari MRT sendiri, dan pastinya nanti ada poser2 sponsor atau promosi dan iklan2.

 

Dokumentasi pribadi - Stasiun MRT Jakarta, sekilas seperti Stasiun2 di Jepang, dengan konsep desain minimalisnya. Dinding dengan panel2 ringan yang dicat, standard dan cukup murah .....
Dokumentasi pribadi - Stasiun MRT Jakarta, sekilas seperti Stasiun2 di Jepang, dengan konsep desain minimalisnya. Dinding dengan panel2 ringan yang dicat, standard dan cukup murah .....
Dokumentasi pribadi - Stasiun MRT Jakarta, sekilas seperti Stasiun2 di Jepang, dengan konsep desain minimalisnya. Dinding dengan panel2 ringan yang dicat, standard dan cukup murah .....
Dokumentasi pribadi - Stasiun MRT Jakarta, sekilas seperti Stasiun2 di Jepang, dengan konsep desain minimalisnya. Dinding dengan panel2 ringan yang dicat, standard dan cukup murah .....
Dokumentasi pribadi - Menuju ke lift atau tangga, dindingnya berganti menjadi marmer yang relative lebih mahal, walau ini marmer lokal. Dan, sayang sekali jika dinding marmer ini ditempeli poster2, menjadi marmer tidak terlihat. Mendingan dinding panel saja, kan?
Dokumentasi pribadi - Menuju ke lift atau tangga, dindingnya berganti menjadi marmer yang relative lebih mahal, walau ini marmer lokal. Dan, sayang sekali jika dinding marmer ini ditempeli poster2, menjadi marmer tidak terlihat. Mendingan dinding panel saja, kan?
Dokumentasi pribadi - Menuju ke lift atau tangga, dindingnya berganti menjadi marmer yang relative lebih mahal, walau ini marmer lokal. Dan, sayang sekali jika dinding marmer ini ditempeli poster2, menjadi marmer tidak terlihat. Mendingan dinding panel saja, kan?
Dokumentasi pribadi - Menuju ke lift atau tangga, dindingnya berganti menjadi marmer yang relative lebih mahal, walau ini marmer lokal. Dan, sayang sekali jika dinding marmer ini ditempeli poster2, menjadi marmer tidak terlihat. Mendingan dinding panel saja, kan?
Dokumentasi pribadi - Menuju ke lift atau tangga, dindingnya berganti menjadi marmer yang relative lebih mahal, walau ini marmer lokal. Dan, sayang sekali jika dinding marmer ini ditempeli poster2, menjadi marmer tidak terlihat. Mendingan dinding panel saja, kan?
Dokumentasi pribadi - Menuju ke lift atau tangga, dindingnya berganti menjadi marmer yang relative lebih mahal, walau ini marmer lokal. Dan, sayang sekali jika dinding marmer ini ditempeli poster2, menjadi marmer tidak terlihat. Mendingan dinding panel saja, kan?
Wajar ....

Tetapi di 1 area itu, dindingnya adalah marmer abu2. Walau marmer itu adalah marmer lokal, tetapi harganya cukup mahal. Apalagi di beberapa titik di dinding marmer itu, sudah dipasang poster2 besar!

Artinya, apa?

Artiya adalah, dinding marmet cantik tersebut, yang harganya lebih mahal dari dinding panel itu, sudah di temple poster2 besar, yang artinya lagi, SAYANG SEKALI DINDING MARMER MAHAL ITU TERTUTUP POSTER ......

Yah .....

Ini memang bukan "masalah besar", terutama ini bukan masalah disabilitas, tetapi cukup mengganggu mata dan hatiku sebagai seorang arsitek .....

Inilah beberapa catatanku tentang stasiun MRT, yang sempat aku amati hanya beberapa menit saja. Mungkin, jika aku seharian di stasiun MRT tersebut, aka nada banyak yang harus diperbaiki, hihihi ......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun