Bukan untuk gagah2an, tetapi untuk memberi masukan, betapa kami kaum disabilitas benar2 membutuhkan fasilitas2 ersebut untuk kami mampu mandiri dan menjalankan kewajiban2 kami.
Salah satu acuan yang aku fkuskan adalah "jalur kuning" untuk disabilitas netra.
Mengapa warna kuning?
Jalur kuning yang menurut banyak orang yang belum mengerti, mereka mengernyit, mengapa tiba2 ada jalur warna kuning di tengah2 pedestrian besar yang umumnya berwarna natural?
Disabilitas netra itu bukan karena semuanya mereka tidak bisa melihat, tetapi disabilitas netra termasuk teman2 yang "low vision", pandangan yang sangat lemah.
Mereka tetap bisa melihat, walau sangat lemah. Dan warna kuning itu memancarkan alur2 khusus untuk mereka bisa berjalan mengikuti jalur yang berwarna kuning tersebut, dengan bantuan tongkat puth.
Sehingga, ketika mereka berada di pedestrian, mereka akan mengikuti jalur2 kuning untuk bisa berjalan tanpa bantuan orang lain.
Jadi bagi desainer perkotaan, jalir kuning harus di desain sedemikian untuk teman2 disabilitas netra aman, nyaman dan selamat sampai tujuan.
Berarti juga, jalur kuning sebaiknya berada di tengah2 pedestrian atau di tepi tetapi jangan terlalu mepet dengan dinding bangunan di depannya dan jangan terlalu mepet dengan sisi pedestrian, sehingga mereka bisa jatuh dari pedestrian atau menabrak dining .....
Pada kenyaannya, si kontrtaktor yang membangun pedestrian itu, tidak melihat lapangan. Mungkin, gambarnya benar, tetapi yang menggambar tidak melihat dilapangagn.
Sehingga, jika di gambar semuanya baik2 saja, tetapi dilapangan ada sebuah pohon di jalur kuning, disabilitas netra akan menabak pohom!