Dia pun harus siap dan siaga selama 24 jam, sementara aku harus full istirahat. Dia harus memberikan obat2an untukku sesuai dengan jam2 yang dokter berikan, juga harus memberika terapi2 khusus untukku di pesawat, yang aku pun tidak terpikir harus bagaimana.
Dia juga harus bisa menjawab pertanyaan2 petugas2 dimanapun, karena dari San Francisco ke Jakarta, minimal 1x transit, dinegara sesuai dengan maskapai penerbangan yang dipakai.
Itu tidak mudah!
Bahkan, jika kita ke San Francisco dari Jakarta, agak sulit jika harus transit minimal 1x di Negara sesuai maskapai yang dipakai, dengan tata cara transit yang berbeda2 di masing2 bandara.
Belum lagi, dengan keadaanku yang harus terus berbaring jika harus transit berarti maskapai dan bandara harus siap denagn brankar untukku dan menunggu di tempat2 khusus.
Sepertinya, rencana perjalanan pulang ku, akan menjadi sebuah rencana ang sangat rumit!
Lalu, bagaimana dengan biayanya?
 Tentu, biaya untuk aku dan adikku terbang pulang ke Jakarta, tidak akan sedikit. Dengan first-class dan belum lagi menyewa serta membelikan tiket pulang pergi tenaga medis yang harus menjagaku! Tidak terbayang, betapa besarnya biaya semua itu, gara2 aku terserng stroke di San Francisco .....
Tapi, aku sempat berpkir ketika itu .....
Jika aku terserang stroke di Jakarta, mungkin tidak akan serumit ini. Tetapi, bagaimana dengan "golden periode" penanganan pertolonganku?
Jika tersrang stroke di Jakarta, apakah aku mampu tertulung hanya dalam waktu 3 jam saja, karena serangan stroke yang melandaku sangat bersat, yang disebut "heavy stroke?"