Aku gembira ersambung dengan merka, satu perastu. Aku "berbicara", seperti aku berbicara biasa saja. Dengan suara seperti alien dan kata2 yang tidak jelas artinya, aku riang melakkannya. Padahal, mungkin mereka tidak mengerti apa yang aku katakan .....
 "Setelah dalam masa pemulihan di Jakarta, aku baru mendengar beberapa cerita dari kedua sahabtku, Valentino dan Diani, tentang banyak hal, khususnya percakapan mereka bersama aku pada saat aku dirawat intensif di St Francis Hospital San Francisco."
"Saat itu, aku belum bisa berbicara, bahkan suaraku masih seperti alien kata anak2ku, dan kata2ku belum bisa dimengerti. Mereka menceritakan hal2 ucu bagiku, namun kenyataanya bagi mereka, campur aduk perasaannya".
"Mereka sendiri kebingungan, mengapa nama mereka sering disebut olehku dan aku selalu berkeinginan untuk berkomunikasi via telpon dari San Francisco -- Jakarta, yang seisih waktunya 14 jam"
Kata Valentino,
"Sebenarnya, aku merasa sedih sekali dengan berita kamu terserang stroke berat, dan dalam kesedihan itu, nama Valentimo dan Diani selalu kamu sebut"
"Kamu tahu, perasaanku campur aduk, sekalipun kamu mengingat dan menyebut namaku air mataku selalu menetes, entah sedih, haru atau bahagia, karena kamu masih mengingat nama kami berdua"
"Tapi, Chris, kamu taku ga? Dibalik semua itu, jujur ada juga tawa kebahagiaan di hariku, sekalipun aku harus menunggu telpon kamu melalui bapakmu, di jam 3.00 atau jam 4.00 pagi, waktu Jakarta"
"Kamu bayangkan saja, aku harus selalu terja di jam2 itu, sampai kadang, aku tertidur dimeja kerjaku menunggu dering telpon, dari hp bapakmu atau hp adik2mu".
"Lalu, hahaha .....", tawa Valentino sebelum melanjutkan ceritanya, membuat aku bingung sekaligus penasaran ....
"Kamu tahu, ga? Kata2mu sungguh tidak jelas! Aku harus berusaha untuk memahaminya, tetapi jujur, aku tidak mengerti sama sekali! Ya, mungkin benar kata anak2mu, seperti bahasa alien, waktu itu, hahaha ...."