Ah, ternyata bapakku sudah ada disana. Entah bagaimana, bapak datang lebih cepat dariku. Bapak terlibat pembicaraan dengan beberapa dokter dengnmemakai baju putih2.
Entah apa yang reka bicarakan, kemudia aku langsung dimasukkan di ruangan dimana aku harus diperiksa untuk melihat bagaimana keadan otakku karena jelas sekali bahwa aku terserng stroke di subuh itu .....
Tubuhku diangkat untuk dipindahkan ke lorong MRI itu, dan perlenkapan alat2 untuk pemeriksaan itu, dilakukan oleh susuter2 itu. Tubuhku sudah siap untuk pemeriksaan.
Aku diam dan kedinginan. Tubuhku bergetar dan menggeletar. Dan, aku siap untuk diperiksa. Lorong tu seperti menghisap tubuhku untuk diperiksa ......
Suara mesin lorong itu, keras sekali, dan membuat aku ketakutan, ditambah aku memang phoba dengan segala macam yang berhubungan dengan alat2 kedokteran.
Apalagi, dalam pemeriksaan MRI, wajahku harus ditutup seperti kerangkeng, entah apa tujuannya, dan tubuhku, bukan ....
Lebih tepatnya kepalaku di masukkan ke box lorong itu, untuk membelah2 otakku secara virtual dan melihat bagian yang mana yang terserang stroke.
Suara2 dari mesin itu keras sekali, membuat aku semakin ketakutan! Tubuhku semakin dingin, dan hanya dibalut dengan selimut tebal. Kupikir, "Ini saatnya aku mati ...."
Dengan tubuh yang sama sekali tidak bisa bergerak, serta suara yang juga tidak bisa berbicara, aku pasrah. Entah, apa yng Tuhan inginkan dariku, aku benar2 pasrah ......
Dan, aku terlelap.Â
Bukan, aku tidak terlelap. Kata dokter waktu itu setelah aku sadar, ternyata aku pingsan, bukan terlelap. Mungkin pingsan. karena otakku sedang mencerna, bagaimana tubuhku bisa menanggung darah merah yang mengalir di bagian otak kiriku .......