By Christie Damayanti
1 bulan di rumah Graeme dan Nanette, membuat aku mulai mengenal Australia. Bagaimana kehidupan warga asli Australia, bagaimana rumah Graeme sebagai warga asli dengan rumah 3 lantai yag menjorok hutan ecalypts, bagaimana jenis2 hewan Australia yang ada, di taman penangkaran bahkan di habitat aslinya .....
1 bulan saat itu, Graeme dan Nanette selalu mengajak aku untuk berkeliling Sydney dan seputarnnya, bahkan beberapa kali ke luar kota, walau tidak terlalu jauh seperti ke Blue Mountain dan Featherdale.
Bberapa kali pun, Grame dan Nanette mengajak aku keliling kota tanpa mengendarai mobil, tetapi naik kereta dan bus umum.
Dan, inilah kegiatanku berkeliling Sydney, dengan atau tanpa Graeme dan Nanette .....
Sydney adalah ibu kota negara bagian New South Wales, dan kota terpadat di Australia dan Oceania.
Terletak di pantai timur Australia, kota metropolitan ini mengelilingi Port Jackson dan membentang sekitar 70 km di pinggirannya menuju Blue Mountains di barat, Hawkesbury di utara, Taman Nasional Kerajaan di selatan dan Macarthur di barat daya .
Penduduk asli Australia telah mendiami wilayah Sydney setidaknya selama 30.000 tahun, dan ribuan ukiran tetap ada di seluruh wilayah, menjadikannya salah satu yang terkaya di Australia dalam hal situs arkeologi Aborigin. Wikipedia.
Sekitar 29 kelompok suku Bangsa Eora mendiami wilayah yang sekarang disebut Sydney pada saat orang Eropa pertama kali bertemu dengan suku Aborigin di negeri yang sekarang disebut Australia.
Banyak titik2 wisata yang dibangun seperti Sydney Harbour Bridge dan Sydney Opera House yang terdaftar sebagai Warisan Dunia juga terkenal bagi wisatawan internasional.
Ketika aku berkeliling sendirian di Sydney, awalnya aku merasa gamang, di luar negeri sendirian tahun 1990, aku masih kuliah semester 5. Tetapi aku tahu, ketika bapakku menerbangkan aku kesana sendirian, artinya bapak sangat percaya kepadaku dengan menitipkan aku ke sahabat2 beliau di Sydney.
Dan, aku tidak mau menyia2kannya!
Sehingga, walau bingung membaca peta (dulu belum ada google map dan belum ada selular phone), tetapi membawa peta yang pasti cepat lusuh, untuk mencari jalan2atau tempat2 Â yang aku ingin datangi.
Karena Graeme sangat peduli serta tidak mau aku susah, biasanya jika aku ingin jalana2 sendirian, setelah makan pagi Graeme pasti mengajak aku keluar dan menurunkan aku ke titik yang ingin aku datangi.
Karena aku belum purnah seperti ini, maka aku selalu di urunkan di aera Darling Harbour atau seputaran Circulair Quay, dimana adalah pantai. Pas, karena kantor Graeme memang disepitaran itu ....
Struktur perotaan paling awal di koloni dibangun dengan standar minimum, sebagai sebuah perkotaan. Yang akhirnya pemerintah kota menetapkan target ambisius untuk desain arsitektur dan perkotaan yang baru.
Yang ujung nya adalah bahwa Sydney memiliki beberapa bangunan yang terdaftar sebagai warisan dunia, warisan nasional dan lusinan bangunan sebagai warisan "Negara persemakmuran" Inggris.
Gaya Gotik, sangat terasa sebagai negeri persemakmuran Inggris. Dimana gaya Gotik sangat kental bernuansa Inggris klasik. Gereja2 dan katedral2 pun yang bergaya Gotik dangaya Victoria serta gaya Edward pun, bertebaran di Sydney.
Menara pertama Sydney adalah Culwulla Chambers di sudut King Street dan Castlereagh Street yang mencapai 50 meter  membuat 12 lantai. The Commercial Traveller's Club, yang terletak di Martin Place dan dibangun pada tahun 1908, memiliki ketinggian yang sama di 10 lantai.
Arsitek ternama seperti Jean Nouvel, Harry Seidler, Richard Rogers, Renzo Piano, Norman Foster, dan Frank Gehry masing2 telah memberikan kontribusi mereka sendiri terhadap cakrawala kota Sydney.
Jika aku caper berjalan2, aku selalu mencari kedai burger atau hotdog, yang bisa kunikmati sambil duduk bersantai di taman atau pedestrian. Sydney memberikan ruang2 publik yang nyaman untuk sekedar duduk sambil beristirahat.
Atau hanya sekedar titik untuk berfoo bagi wisatawan yang memang sekedar berjalan2 di kota, seperti aku saat itu.
Â
Â
Â
Berkali2 aku berkeliling Sydney metropolitan, sendirian, sehingga aku pun semakin mengerti tentang ruang public serta konsep2 perkotaan dunia.
Dari sinilah, aku semakin memupuk mimpi untuk terus melakukan ini, melihat dan mengamati kota2 dunia. Ketika saat itu aku masih kuliah dan aku kemana2 masih dibiayai oleh orang tuaku, aku pun berkomitmen untuk terus menabung jika aku sudah bekerja.
Dan, hasilnya tabungan2 ku aku pergunakan untuk terbang keliling dunia, melihat dan mengamati serta survey2 perkotaan, untuk mengasah ilmu ku sebagai arsitek dan urban planner, untuk masa depanku, sampai sekarang .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H