By Christie Damayanti
Tahun 1992 sampai 1993, aku sudah lulus S1 dari Jakarta, seorang arsitek muda, yang pernah bekerja selama 1 tahun 1992 di Jakaarta, tetapi berhenti dan meneruskan pendidikanku jurusan bisnis di Perth, Australia Barat.
Aku tinggal di sebuah rumah sebagai anak kost, di Daniella Promenadi, Perth. Orang tua angkatku adalah Constantine Michailidis dan Carol Michailidis, keluarga dari campuran Inggris dan Yunani, yang sangat baik untukku.
Aku ingat, 1 bulan orang tuaku mengirimkan uang untuk hidupku, salah satunya adalah untuk bayar kost sebesar AUS$480, waktu itu 1 AUS$ = Rp.1.500, jadi untuk bayar kostku hanya sewkitar Rp.720.000. Dan, itu sudah termasuk makan pagi, siang dan malam, serta tempat tinggal dan keluarga yang nyaman.
Aku ingat, pagi2 sebelum kuliah Con dan Carol selalu memasak makanan utuk anak2 kostnya, dan makan bersama. Kadang, makan nasi dan telur dadar serta jus buah, kadang makan roti atau pie, atau apaun yng mereka rasa baik untuk kami.
Weekend, sering kali kami travelling bersama, dan mereka memback-up kami untuk pengeluaran2 yang kami lakukan, padahal itu tidak tercantum di tata aturan pembayaran uang kost kami.
Tetapi, Con dan Carol memang benar2 separang rang tua angkat yang sangat baik untuk kami, anak2 kostnya.
Rumah Con dan Carol sebenarnya, tidak terlalu besar, tetapi nyaman, khas perumahan menegah Australia. Kaarnya ada 5, dan 4 kamar untuk anak2 kost. Dan, aku menempati 1 kaman paling depan, menghadap ke jalanan, sendirian.
Saat itu selama 2 tahun, aku mempunyai beberapa teman anak kost. Dari Indonesia, adalah aku dari Jakarta dan Budi dari Surabaya. Budi 5 tahun dibawah aku, baru lulus SMA, sedangkan aku sudah lulus S1.
Lalu ada Romanee dan Gift dari Thailand, mereka seumur dengan ku dan sudah lulus S1vdi Bangkok, dan belajar bisnis dan bahasa Inggris untuk pekerjaannya sebagai pegawai tour & travel di Bangkok.
Yang terakhir, ada Tae (nama panjangnya lupa), dari Seoul Korea Selatan. Dia benar2 masih SMA, belum lulus dan datang ke Perth hanya ikut study class bahasa Inggris dari sekolahnya di Seoul, hanya 1 bulan saja.
Karena mereka dididik secara barat, berbeda dengan aku jika bicara dengan orang tuaku sendiri yang dididik secara Indonesia, membuat aku semakin erat sampai pada akhirnta aku harus pulang ke Indonesia, akhir tahun 1993.
Yang aku juga ingat, karena saat itu (atau sampai sekarang?), Australia termasuk sebuah benua kering dimana air adalah sesuatu yang "mahal", Con dan Carol benar2 irit air.
Jika cuci piring, ketika kita membilas piring, cukup sedikit saja dan membasuh dengan sabun, dan membilas nya lagi, sangat irit, sehingga aku benar2 harus belajar untuk membilas dengan sangat sedikit air.
Begitu juga untuk mandi. Con sangat ketat untuk menghargai waktu dan air!
Jika mandi lebih dari 5 menit, Con akan mengetuk pintu kamar mandi dan menunggu untuk kita segera harus keluar dari kamar mandi! Hahahaha ......
Jika ke toilet, beda lagi. Con "memaksa" kami di toilet tidak lebih dari 5 menit! Membuat kami lebih memilih ke toilet di stasiun kereta atau stasiun bus, di Perth City yang besar, segar, bersih dan wangi, atau di kampusku, hahahaha ......
Con dan Carol juga mendidik kami untuk saling menghormati, karena dalam 1 rumah mereka terdapat berbagai bangsa.
 Aku dan Budi dari Indonesia, Romanee dan Gift dari Thailand, Tae dari Korea dan Con serta Carol dari campuran Australia, Inggris dan Yunani.
Dan, akhirnya begitu satu demi satu kami pulang ke Indonesia, aku mendapatkan pengalaman yang luar biasa indah untuk benar2 dalam kehidupan berbagsa dan bernegara, karena masing2 dari kami akan berbuat yang terbaik untuk mengharumkan nama bangsa kita .....
Oya,
Awal tahun 1992, aku yang pertama datang ke rumah Con dan Carol sampai akhir tahun 1993. Lalu, pertengahan 1992, Romanee dan Gift datang sampai akhir tahun 1993, lebih awal dari aku pulang ke Thailand.
Tae datang dari Korea. hanya 1 bulan di Perth karena memang hanya study Bahasa Inggris dari sekolahnya. Sedangkan, Budi datang setelah Romanee dan Gift dan hanya 3 bulan, klo tidak lupa .....
Aku ingat, malam2 tengah malam ada yang mengetok pintu rumah, dan dibukakan oleh Con. Pintu depan rumah itu, di depan jendela kamarku, sehingga aku tahu benar, siapa saja yag datang. Ternyata Tae datang sendirian dari bandara karena pesawatnya terlalu cepat dari Seoul.
Aku yang tertua sebagai anak kost, dan aku yang tetrlama, sehingga aku tahu semuanya dari awal sampai aku pulang ke Indonesia.
Aaahhhhh .....
Ini adalah "Jejak Nostalgia" ku yang luar biasa, pengalaman masa mudaku tinggal dan bersekolah di Perth, walau hanya sekitar2 tahun saja.
Setelah aku kembali ke Indoesia, awal tahun 1994 aku diterima bekerja di PT Ciputra Development dan mulai bekerja sebagai seorang arsitek junior, dan belajar banyak menjadi seorang arsitek handal ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H