"Anak2 punk", begitu kami menyebutnya saat itu, kadang mengganggu wisatawan. Mungkin, merekahanya oknum, tetapi hotel tempat kami menginap di Lonson saat itu pun selalu menginatkan tentang ini.
Mungkin, mereka (anak2 punk) Â hanya iseng mengganggu.
Mungkin, namanya anak muda, ingin berinteraksi dengan wisatawan, tetapi karena dandanan dan bicaranya yang seperinya aneh dan sedikit tidak sopan, akuhirnya orang2 lebih menghindari mereka, daripada menyepa atau menjawab pertanyaan2 mereka.
Mungkin juga, mereka memang pengangguran dan ikut2an bergaya punk, tetapi bukn berarti mereka adalah "penjahat".Â
 Jangan pernah menilai seseorang karena penampilannya ......
Walau tetap wajar jika kita merasa takut dengan penampilan seseorang ......
Sama seperti ketika aku mengajak ibu dan adik2ku untuk berfoto dengan mereka, waktu ada segerombolan anak2 punk berkumpul di sebuah titik di kota London. Dan, ibu menolak dengan takut. Tapi, kupaksa mereka .....
Bukan hanya di Inggris. Begitu juga di Indonesia,ketika jaman punk sekitar 1970an akhir melanda Indonesia, khususnya Jakarta. Waktu itu, aku masih duduk di bangku SD dan pernah sekolahku di Kebayoran Baru saat itu, kedatangan "anak2 punk" sore hari, pas aku sedang les bahasa Inggris.
Aku ingat sekali. Gayanya, selengek'an, dengan dandananan khas punk. Rambut di cat warna warni, dan kami mulai ketakutan ketika salah seorang dari mereka, berteriak2 menyanyikan lagu2 ga jelas ......
Tapi, ternyata mereka hanya iseng dan ingin mengekspresikan jiwanya. Mereka tidak mengganggu, tetapi tukang2 jajanan disekitar sekolah, dan aku serta teman2ku pun sedikit ketakutan.