Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jika Lahan Selus 5,6 Hektar Itu Dibangun Bangunan Tinggi tanpa Peduli dengan Tanah Peresapan!

5 Desember 2020   12:28 Diperbarui: 5 Desember 2020   12:42 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.googlemap.com (Garis hijau adalah batas lahan Rumah Sakit PGI Cikini, dan garus merah adalah taman besar ditengah2 ruang2 perawatan, yang berdamping dengan suasana yang natural .....)

By Christie Damayanti


Sebelumnya :

Ketika 'Rumah Raden Saleh', Merupakan Awal dari Semuanya .....

Bagaimana Rumah Raden Saleh "Bekerja" untuk Melayani Masyarakat Sejak Abad Ke-17

Kemegahan Rumah Raden Saleh, Siapa yang Tidak 'Ternganga?'

Bangunan-Bangunan Hindia Belanda Seputar Rumah Raden Saleh, Cikini

Seberapa Besar Kepedulian Rumah Sakit ini Tentang Sejarahnya?

Ditengah Pepohonan Hijau, Segar dan Nyaman, Pasien ada Cepat Pulih .....

Benarkah "Jarak Bebas" antara Apartemen Puluhan Lantai dengan Rumah Sakit ini?

Arsitekrur Jaman Hindia Belanda, Berlatar Belakang Bangunan Modern Raksasa yang "Mengganggu"

Membangun Bangunan [Besar] diantara Bangunan Lama, Sadarkah Kita?

Rumah Sakit Jadul? Atau Modern? Semua Bisa Terbolak-Balik!

***

Tenang kemodernan yang aku bahas di artikel sebelum ini, ternyata banyak orang pun berpikir tentang "bagaimana membangun bangunan diatas lahan besar, dan menghasilkan uang banyak, apalagi di area primer di Jakarta Pusat?"

Itu merupakan pemikiran yang sangat jadul!

Mereka masih berpikir membangun lahan di Jakarta, untuk bisnis mereka. Padahal, dataran Jakarta itu semakin padat, bahkan ruang2 kosong yang harusnya untuk penyerapan air hujan, tetap dibangun beton, sehingga lahan penyerapan semakin sempit!

Benar2 terjadi di Jakarta, sepertiyang aku tuliskan di pulusan artikelku tentang RTH atau Ruang Terbuka Hijau Jakarta.

Bahkan, banyak rumah2 warga Jakarta, yang seharusnya mempunyai taman depan dan belakang, untuk peresapan air hujan, dibangun menjadi ruangan, dengan alasan, pengembangan!

Benar, pengembangan! 

Tetapi pengembangan yang bagaimana?

Tidak bisa berkata "pengembangan", tetapi pada akhirnya merusak perkotaan! Karena, kata "pengembangan" berkonotasi positif, membangun area untuk hasil yang positif, BUKAN MERUSAK!

Ini yang (mungkin) terjadi pada Rumah Sakit PGI Cikini.

Mungkin, aku salah. Atau mungkin, aku lebay! Karena aku hanya melakukan pengamatan dan survey ketika aku bertandang kesana untuk berobat.

Karena aku mencintai rumah sakit ini, sehingga aku berusaha dan berjuang dengan cara apapun, untuk menyelamatkan rumah sakit cantik ini ......

Sudah menjadi rahasia umum, dan issue berkembang tentang lahan rumah sakit ini sudah banyak yang mengincar! Baik untuk dijual dan dijadikan rumah sakit modern atau dibangun untuk fungsi2 yang lain, seperti fungsi tempat tinggal (apartemen), tepat di belakang rumah sakit ini.

Aku sangat mengerti ketika para pengembang berusaha mencari jalan untuk pengembangan rumah sakit ini atau untuk membangun fungsi2 yang berbeda dari rumah sakit ini. Aku sangat mengert!

Lokasi rumah sakit ini di Jalan Raden Saleh No.40, dan berada diatas lahan sebesar 5,5 Hektar, tu di Jakarta Pusat, lho! Membuat para mata pengembang "hijau". Lokasi yang strategis dan pastinya akan memberikan dampak materi yang akan dihasilkannya, sangat menarik!

Ya, aku sangat mengerti ......

Tetapi,

Apakah itu yang diharapkan, terutama bagi pendahulu dan stakeholder2 Rumah Sakit PGI Cikini?

Mempelajari sejarah rumah sakit ini, bisa dilihat di artikel2ku diatas (klik link diatas), memang tidak semudah membalikkan telapak tangagn. Diperlukan waktu dan yang terpenting adalah, memerlukan pemikiran modern untuk bisa mengembsngkan rumah sakit ini!

Bukan asal mengembangkan dengan membangun bangunan2 tinggi dan modern saja, tetapi juga, "bagaimana kita mampu berpikir strategis dan humanis, tanpa harus merusak tatanan dari pendahulu2 rumah sakit ini" ......

Konsep rumah sakit ini sejak dahulu adalah "rumah sakit taman", dimana pasien2 akan cepat pulih ketika ruang perawatannya bersanding dengan pepohonan hijau serta ruang natral seprti air, taman, serta angin semilir,

Dibanding dengan ruang perawatan di dalam gedung tinggi, dengan pandangan perkotaan yang sumpek tanpa ada aliran angin serta matahari pagi, karena ruang2 perawatan itu diatas gedung tinggi, tertutup dan dialiri AC!

Coba kita bayangkan :

Ketika akhirnya oknum2 masyarakat yang non-humas serta hanya berpikir tentang bisnis -- bisnis -- dan bisnis saja, berhasil mendapatkan lahan rumah sakit ini dan mereka membangun rumah sakit modern dengan puluhan lantai, 

dan akhirnya lahan taman besar rumah sakit ini benar2 terpakai, sehingga tanah peresapan air hujan, teraliri ke got2 saja (yang pada realitasnya tidak mampu menampung air hujan),

apakah terbayang daerah lahan ini akan banjir, atau setidaknya lingkungan rumah sakit ini menjadi cekungan untuk menampung air hujan, dengan kata lain, lingkungan rumah sakit ini menjadi banjir?

Ini memang "JIKA", semoga tidak!

Sumber: www.googlemap.com (Nomor 1, adalah URJ unit Rawat Jalan, bagnunan 2 lantai, dan nomor 2 adalah Rumah Raden Saleh bangunan 2 lantai. Sisanya yang di dalam garis hijau adalah bangunan 1 lantai saja dengan area taman besar untuk lahan resapan iar hujan. Ketika lahan seluas 5,6 Hektar terbangun dengan bangunan tinggi seperti apartemen 3 tower di belakang ini, terbayang kah bagaimana lingkungan sekitar akan menjadi cekungan dan menjadi titik2 banjir?)
Sumber: www.googlemap.com (Nomor 1, adalah URJ unit Rawat Jalan, bagnunan 2 lantai, dan nomor 2 adalah Rumah Raden Saleh bangunan 2 lantai. Sisanya yang di dalam garis hijau adalah bangunan 1 lantai saja dengan area taman besar untuk lahan resapan iar hujan. Ketika lahan seluas 5,6 Hektar terbangun dengan bangunan tinggi seperti apartemen 3 tower di belakang ini, terbayang kah bagaimana lingkungan sekitar akan menjadi cekungan dan menjadi titik2 banjir?)
                                                   

***

Tetapi jika kita menelisik kebelakang, bahwa Jakarta semakin padat dan semakin orang membangun bangunan baik besar ataupun kecil, Jakarta semakin dikepung oleh banjir, bukan?

Bagaimana lahan 5,6 Hektar Rumah Sakit PGI Cikini ini, oleh oknum2 yang tidak bertanggung jawab akhirnya menambah2kan air hujan menjadi banjir di lingkungan Jalan Raden Saleh dan sekitarnya?

Sangat tidak terbayangkan, ketika semakin banyak titik2 banjir, jika pemerintah baik pemerintah daerah bahkan pemerintah pusat tidak memikirkannya. Hanya untuk bisnis semata!

Bukan hanya itu saja, jika rumah sakit ini benar2 terbangun oleh oknum2 atau pengembang2 yang tidak memikirkan dampaknya bagi lingkungan dan bagi masa depan.

Bukan hanya rawan menambah titik2 banjir jasa, tetapi rawan dengan kepedulian, karena Rumas Sakit PGI Cikini akan hilang dari Indonesia. Padahal makna sejarahnya ini, bukan hanya Sejarah Indonesia saja, melainkan Sejarah Dunia!

Bahwa, ketika jaman Hindia Belanda, Indonesia merupakan Negara terjajah, tetapi ada titik2 Kasih dalam pelayanan masyarakat, yang tidak membeda2kan. 

Bahwa, kepedulian dari Ibu Adriana Josina de Graaf, mampu menularkan kepada generasi2 penerusnya untuk membantu dan merawat orang2 sakit, bahkan sampai sekarang, dalam lingkaran KASIH ......

Apakah ada yang berpikir demikian?

Seharusnya, ada! Minimal pemikiran ku sendiri, sebagai seorang arsitek humanis dan peduli tentang sebuah sejarah Indonesia, bagi bangsa!

Ini memang baru bicara tenang kemunngkinan2 saja, tetapi tidak ada salahnya kkta berandai2, bahwa jika itu terjadi, Jakarta semakin amburadul ......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun