By Christie Damayanti
Sebelumnya :
Ketika ‘Rumah Raden Saleh’, Merupakan Awal dari Semuanya …..
Bagaimana Rumah Raden Saleh “Bekerja” untuk Melayani Masyarakat Sejak Abad Ke-17
Kemegahan Rumah Raden Saleh, Siapa yang Tidak ‘Ternganga?’
Bangunan-Bangunan Hindia Belanda Seputar Rumah Raden Saleh, Cikini
Seberapa Besar Kepedulian Rumah Sakit ini Tentang Sejarahnya?
Hujan rintik2 menambah suasana 'villa' di rumah sakit itu. Bila sinar matahari bersinar, sudah seperti di Puncak, apalagi bila mendung dan gerimis. Indah dan nyaman sekali. Seringkali, aku dirawast di rumah sakit ini, dan aku merasakan kenyamanan yang luar biasa!
Sambil menunggu dokter2ku visit, sebelum atau setelah mandi dan sarapan, aku selalu menyempatkan berjalan2 di atas kursi roda, menikmati kenyamanan pepohonan hijau segar, sebelum sinar matahari panas terpancar.....
Beberapa Pohon Beringin di rumah sakit ini sudah sangat tua, sejak rumah sakit ini didirikan, bahkan mungkin sebelumnya
Inilah salah satu rumah sakit di Jakarta. Sejak aku lulus kuliah, aku diminta bapak untuk menjadi tanaga social rumah sakit ini, untuk membantu mendesain dan merenovasi sebagai arsitek, karena rumah sakit ini memang sudah tua.
Rumah Sakit PGI Cikini adalah salah satu Rumah Sakit Swasta tertua di Indonesia, yang berdiri pada tahun 1898 dan tahun ini berusia 122 tahun.
Rumah Sakit PGI Cikini bertempat di bekas kediaman maestro pelukis Indonesia: Raden Saleh, yang kemudian menjadi pusat layanan kesehatan Stichting Medische Voorziening Kooningen Emma Zuikenhuis Tjikini. Terletak di pusat kota Jakarta, namun tetap mempertahankan suasana taman yang jarang ditemui di kota Jakarta.
Pada 12 Januari 1898 sebagai RS Ratu Emma, didirikan oleh Ny. Adriana Josina de Graaf-Kooman, istri misionaris Belanda, dengan tujuan untuk merawat orang-orang sakit dari berbagai golongan masyarakat tanpa memandang kedudukan dan untuk semua suku, bangsa, dan agama.
Biaya pendirian rumah sakit diperoleh dari Ratu Emma, digunakan untuk membeli bekas rumah pelukis kenamaan Raden Saleh, di Menteng . Rumah Sakit Ratu Emma berubah nama menjadi Rumah Sakit Tjikini pada 1 Agustus 1913.
Arsitektur dan lingkungannya :
Adalah gaya Neo Gothic Perancis. Gaya ini hanya di pakai di tempat tinggal Raden Saleh. Taman nya terletak di belakangnya, sangat luas. Dan dari dulu memakai konsep taman, terdapat pohon2 besar dan sudah ratusan tahun, juga pohon2 baru yg benar2 dirawat untuk kesejahteraan warga / pasien rumah sakit. RS ini memang tidak membuat gedung tinggi, tetapi 'villa2' untuk pasien rawat inap.
Di beberapa sudut, didesain khusus beberapa 'gazebo' untuk tempat duduk2 penjenguk. Desainnya sederhana, tetapi tetap memiliki kesan tersendiri. Bila malam tiba, banyak penjenguk yg dibolehkan menemani pasien, mereka bisa duduk2 di 'gazebo' ini sambil menikmati alam seperti di Puncak. ..... Mengasyikkan sekali .....
Beberapa kursi taman pun, banyak diletakkan di beberapa titik, untuk pasien bisa beristirahat jika berjalan2, atau penjenguk pun bisa duduk2 disana.
Pepohonan2 ini, membebaskan racun2 dari kendaraan bermotor ( karbondoksida CO2 menjadi oksigen O2 ) dan member kenyamanan banyak orang / warga Jakarta. Apalagi, ini adalah termasuk pusat kota, Jakaarta Pusat, Cikini yang kepadatan penduduknya cukup besar.
Sehingga, keberadaan taman di Rumah Sakit PGI Cikini ini, sedikit banyak menjadi bagian kecil dari paru-paru kota, walaupun benar2 hanya sebagian kecil saja ......
Setidaknya, ruma sakit ini berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan bangunan2 tuanya sebagai cagar budaya, serta taman besarnya yang sudah juga berumur ratusan tahun, menjadi bagian dari sejarah Jakarta, yang memperkaya kota metropolitan ini, sebagai bagian dari metropolitan dunia.
Konsepnya memang : "Rumah Sakit Taman ; Melayani dengan Sentuhan Kasih"
Dan, itulah yang terus dipertahankan oleh rumah sakit ini, RS PGI Cikini ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H