Aku melepaskan rinduku lewat video call di LINE, sering sekali. Dan ternyata, dia sama sekali tidak terpengaruh tentang pandemic ini, walau pertama dia meneluh karena pekerjaannya di Hotel Hyatt Park Shinjuku, dia harus reschedule dahulu. Sehingga, dia hanya bekerja di Minimart 7-11 di Chiba saja.
Jika biasanya dia kuliah jam 7.00 pgi berangkat dan sampai sekitar jam 14.00, dia langsung ke pekerjaannya di hotel sampai jam 19.00. Dan, dia langsung ke Minimart 7-11 sampai tengah malam.
Karena dia saat pandemic kuliah online, dan pekerjaan di hotel tidak ada, maka dia mengambil full di Minimart 7-11 sampai jam 6.00 pagi! Astaga!
Hatiku berontak! Seorng ibu dengagn anak perempuan nya yang tinggal di negeri rantau, harus bekerja keras untuk mencari uang! Ibu apakah aku?
Ketika aku protes keras dalam video call nya, justru ternyata Michelle sangat bahagia! Karena jika bekerja lebih dari jam 22.00 malam, gaji per-jam nya dinaikkan cukup tinggi dari aji di jam2 normal! Dan, Michelle mampu mengumpulkan uang jstru kebih tinggi ketika dia bekerja atau ambil shift sampai pagi .....
Itulah Michelle, anakku. Itulah anak2 milenial yang aku tahu ......
 ***
Aku tidak mengeti, bagaimana Tuhan bekerja! Apalagi, selama anakku di Jepang, aku merasakan Tuhan ku Yesus bekerja keras untuk mendampingi Michelle!
Di negeri itu, Diana aku tidak kenal bahasanya, tidak mempunyai teman dekat dan saudara, dan negeri ini merupakan negeri impian Michelle. Betapa 3 tahun lalu, aku berjuang keras untuk meredakan kekawatiranku melepas Michelle untuk kuliah sendiri disana.
Tanpa uang besar yang aku punya, dan tanpa persiapan matang sebagai seorang ibu yang terbatas, aku melepas dia terbang dengan hati yang luar niasa berat, dengan doa ......
Sejak mimpi Michelle ini, aku mulai berdoa belasan tahun lalu, untuk supaya Tuhan memberikan yang terbaik untuk Michelle. Tahun demi tahun berlalu, dan ketika tinggal 1 tahun persiapan dia untuk terbang ke jepang (sewaktu dia masih duduk di kelas 2 SMA), aku berkata padanya,