By Christie Damayanti
Ber-"quality time" dengan anakku di Jepang memang sangat membahagiakan. Sangat!
Duniaku berputar sungguh, dan dadaku hangat, jika aku bisa berduaan terus dengannya. Jadi, aku bela2in setiap 3 bulan aku bisa terbang ke jepang untuk bertemu dan menjenguk Michelle, anakku.
Selama ini, semua yang aku inginkan, terjadi. Tuhan menjadikan keinginanku adalah juga keinginan NYA. Puji Tuhan!
Tetapi, ketika aku saat itu tidak disisinya, aku tetap berusaha menjaga "quality time" antara aku dan Michelle, dengan cara apaun. Minimal, aku sering kali menghubungi dia lewat LINE, bercanda berdua dengan voice call atau vidio call.
Jika dia mempunyai even2 khusus, aku pun tahu karena dia memang selalu bercerita, sehingga aku bisa menyesuaikan denan waktu atau evennya.
Contoh, ketika beberapa kali dia memakai kimono dan yukata, yang biasanya dia pakai pada even2 festival. Entah festival musim panas dengan Yukata dan festival musim dingin dengan Kimono.
Aku selalu memita foto2nya untuk kusimpan dan kupamerkan, dan dia pun dengan senang hati mengirim unktukku lewat LINE.
Selama 3 tahun sejak tahun 2017 lalu Michelle Tinggal di Jepang, entah berapa kali dia memakai Kimono dan Yukata. Dia memang mempunyai beberapa Yukata, dan sebagian aku yang membelikan. Tetapi, dia belum punya Kimono, karena kimono terlalu mahal untukku, apalagi untuknya!
***
Kimono dan Yukata adalah pakaian tradisional Jepang yang telah memikat orang di seluruh dunia dengan keindahan, gaya, dan estetika tradisional mereka.
Kimono dan Yukata  adalah jubah panjang penuh yang memiliki lengan panjang dan diamankan di tempat dengan sabuk dekoratif. Ada banyak aturan khusus tentang kapan dan cara memakai Kimono dan Yukata, yang dikenal sebagai KITSUKE.Â
Aturan untuk kimono jauh lebih ketat karena mereka dianggap pakaian formal, sedangkan aturan untuk memakai Yukata lebih santai.
Kimono adalah gaya berpakaian tradisional yang menjadi bagian dari pakaian Jepang pada zaman Muromachi (1392-1568). Seiring waktu, gaya bergeser untuk menunjukkan peringkat sosial dan pekerjaan pemakainya.
Aturan untuk kimono mulai berlaku selama periode Edo (1603-1868), dan sejak abad kedelapan belas, hanya ada sedikit perubahan besar.
Saat ini, hanya sebagian kecil orang Jepang yang mengenakan kimono setiap hari karena harganya mahal dan sulit dikenakan. Kimono adalah pakaian yang sangat bergaya, jadi mengenakannya setiap hari sama dengan mengenakan pakaian formal atau pakaian mewah ke mana pun mereka pergi.
Gaya kimono yang dikenakan tergantung pada kesempatan dan status pemakainya. Komon adalah jenis kimono kasual yang bisa dipakai sepanjang tahun oleh wanita yang sudah menikah dan belum menikah.
Sementara wanita muda yang belum menikah juga bisa memakai furisode, jenis kimono dengan lengan panjang untuk menunjukkan bahwa seorang wanita memenuhi syarat untuk menikah. Selain itu, ada banyak jenis kimono seremonial lainnya yang dikenakan untuk acara-acara khusus.
Sedangkan, Yukata adalah pakaian kasual seperti kimono yang dikenakan selama musim panas. Karena ini adalah pakaian santai, juga banyak dipakai sewaktu musim panas, biasanya terbuat dari katun untuk membuat kain lebih mudah bernapas.
Karena itu, Yukata populer untuk berdandan untuk acara musim panas seperti festival kembang api.
Yukata mulai dipakai kembali lebih dari 1.000 tahun ketika mereka dikenakan oleh kaum bangsawan. Karena Yukata jauh lebih murah daripada kimono sutra, mereka menjadi sangat populer selama periode Edo ketika ada Undang-Undang ketat yang mencegah orang untuk hidup mewah.
Sampai sekarng, Yukata banyak dijual relative murah, di banyak toko2 souvenir untuk wisatawan manca Negara yang datang ke Jepang. TErmasuk aku, selalu membeli Yukata, setiap aku datang kesana ......
Dimusim panas, harga Yukata sungguh murah sekitar 3000 Yen, lengkap dengan Obi atau ikat pinggang dan pita belakangnya. Itu yang standard dengan bahan katun Jepang standard.
Tetapi jika di musim2 yang berbeda dari musim panas, harganya bisa sampai 2x lipat atau lebih, tergantung desain, motif dan bahannya.
Michelle benar2 berbahagia dengan kehidupannya, dengan berbagai macam hal. Termasuk memakai Kimono dan Yukata.
Ketika dia sering dan senang memakai Kimono dan Yukata, aku pun tertarik untuk memakai Yukata yang aku beli disana, setiap saat aku ke Jepang. Aku sendiri, sudah memiliki lebih dari 20 Yukata, dengan berbagai desain.
Semua sudah pernah aku pakai, ketika selama 1 minggu aku menggelar Pameran Filateli Kreatif tema "Everyday is a Journey in Japan", di Central Park pada bulan Oktober 2019 lali.Â
Â
Bukan aku tidak nasionalis tentang Indonesia, tetapi pada saatnya Michelle pun bangga pada Kebaya dan Batiknya, ketika berkali2 dia memakai Kebaya dan Batik, sewaktu dia di hari kelulusannya dari Collegenya bulan Maret 2019, Meisei School dan ketika dia mengikuti "speech contest", bulan Septermer 2019.
Kecantikan seorang perempuan secara fisik, salah saunya jika mereka mencintai pakaian2 tradisional dimanapun, sebagai warisan budaya bangsa dari masing2 negara .....