Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita tentang Sarung Tangan yang "Dedel"

23 April 2020   20:05 Diperbarui: 23 April 2020   19:56 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

Sejak Michelle terbang ke Jepang, dan mulai untuk bekerja menabung dan membiayai kehidupan dan kuliahnya sendiri, yang perlahan melepaskan dirinya untuk tidak mau minta uang lagi dari aku lagi, dia benar2 irit dan berusaha memakai uang nya dengan sangat baik.

Ketika dia masih di Jakarta, dia mmbawa barang2nya, sesuai dengan kebutuhannya. Dan dia ingin tidak harus membeli banyak barang, karena kebutuhannya sudah dibawa dari Jakarta.

Tetapi, tidak berpikir ketika dia harus punya baju2 tebal, kaos tangan atau sepatu khusus untuk salju. Dia belum mempnyai kebutuhan itu sehingga dia harus punya dan beli, kan?

Ketika musim dingin tahun 2016 kami ke Amerika, sesaat sebelum dia terbang ke Jepang April 2017 setelah itu, dia memakai baju2 tebal punya aku, dan tidak trepkir untuk membawanya, karena memang ukurannya tidak sama dengan ukuran tubuhku.

Dia memang harus benar2 punya baj2 tebal, sarung tangan, topi salju, long coat dan sepatu boot untuk berjalan di atas salju.

Beberapa barang, dia masih minta dari aku, tetapi untuk barang2 kecil dan tidak mahal, dia membeli sendiri.

Dia banyak membeli sarung tangan, karena katanya sering basah karena kena salju. Dan, sarung tangan itu terbuat dari wool tebal yang cukup susah untuk dikeringkan. Ditambah, mesin cucinya tidak termasuk mesin pengering.

Jadi dia membeli cukup banyak sarung tangagn, trmasuk kaos kaki tebal.

Begtu juga syal tebal, dia membeli beberapa untuk menambah ketebalan nya, spaya dia cukup hanngat untuk dia pake jika pergi kuliah atau ke tempat kerjanya.

Semua berjalan dengan baik, dan aku bangga dengannya dengan cara berpikirnya, sampai pada suatu saat ketika aku sedang disana untuk menjenguknya ......

Malam itu, aku keluar dari kamar mandi dan melihat dia sedang berkutat dengan sesuatu, yang membuat mulutnya cemberut.

"Cel, ada apa? Koq kamu cemberut?", kutanya .....

"Ma, aku sedang coba menjahit sarung tanganku, nih. Mama bisa bantu, ga?", jawabnya dengan pertanyaan

Aku mendekatinya, dan ternyata dia sedang memasukan benang ke lobang jarum, untuk menjahit salah satu sarung tangannya yang 'dedel'.

Aku tersenyum melihat ini. Sejak di Jakarta, mana pernah aku melihat dia menjahit? Jika ada baju atau apapun yang deel, biasanya meminta bantuan aku waktu aku masih sehat, atau minta ibuku atau eyang nya untuk membetuljannya.

Atau, ya dikasihkan ke pembantu atau di buang jika memang barang tu sudah benar2 jelek atau terlalu parah sobeknya.

"Kenapa kamu ga buang saja, Cel? Lihat, 'dedel' nya cukup besar dan sekarang mama kan hanya 1 tangan, ji mama ga bisa bantu kamu", ujarku.

Sebenarnya, aku hanya mencoba nya. Karena, aku tidak pernah membuang barang2, apalagi yang dibeli Michelle, yang dibeli dengan uangnya sendiri dari hasil pekerjaanya. Kupikir, aku akan membawa pulang sarung tangan tersebut, dan minta tolong ibuku, dan jika aku menjenguk dia lagi aku akan membawanya.

"Ah, mama. Kan sayang klo dibuang. Aku beli ini dengan uangku seniri, lho. Masak dibuang?", katanya lagi.

Mataku berkaca2 .....

"Cel, mama bangga sekali denganmu". 

"Kamu sudah mmpu untuk mengatakan dengan caramu, bahwa kamu sudah bisa sangat menghargai betapa kamu tahu, bagaimana menghargai uan"g.

"Kamu bekerja keras, dan kamu membeli barang2 itu dengan uangmu sendiri. Kamu sudah bisa tahu, betapa susahnya mencar uang, dan kamu mampu menghargai sebuah jerih payah ....."

Itu kata2ku, walau dalam hati, sementara dia berkutat untuk memperbaiki sarung tangannya. Cukup lama, sampai akhirnya sarung tangannya yang 'dedel' bisa diperbaikinya dengan susah payah. Dan, senyumnya kembali lagi dengan sempurna ......

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
 Michelle, mulai dengan mencoba memasukkan benang ke jarum, sampai dia mampu menjahit dan memperbaiki sarung tangagnnya yang 'dedel' .....

Sungguh, mataku semakin memerah.

Dia, yang dulu sanat manja dalam kehidupannya yang nyaman. Aku bukan orang kaya dengan segala fasilitas2 yang mahal. Tetapi, aku cukup bisa memenuhi segala macam kebutuhannya, yang terbaik, bukan yang mahal.

Kemanjaannya, itu awalnya aku tidak tega untuk mengijinkan dia Tinggal sendiri di Jepang. Karena aku pernah tdak percaya, dia bisa dan mampu mandiri sendirian disana.

Tetapi, kemanjaannya semakin pudar, dan dia perlahan menjelma menjadi seorang gadis yang sangat mandiri! Terlebih, kebanggaanku bukan hanya dari penghasilannya secara materi saja, melainkan dia mampu mengasah psikologisnya untutk semakin dewasa dan mandiri ....

Mungkin, ini sekedar sebuah cerita sederhana saja.

Tentang seorang gadis manja dahulu, tetapi dia ditempa dengan kehidupan keras di sebuah negeri mahal, akhirnya menjadi seorang gadis yang dewasa dan mandiri.

Atau, cerita seorang gadis manja yang berusaha untuk menjahit sarung tangannya sendiri karena 'dedel'. Dia tidak membuang sarung tangannya, tetapi dia mau memperbaikinya sendiri, karena dia belajar menghargai jerih payahnya sendiri.

Mataku semakin berkaca2, mendengar jawabannya, dan seakan aku ingin membantunya, tetapi aku benar2 tidak mampu, menjahit hanya dengan satu tangan saja ......

"Michelle, mama yang harus belajar mendewasakan diri mama sendiri, bahwa anak mama ternyata benar2 sudah dewasa ......"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun