By Christie Damayanti
Goreng2an, sepertinya hampir semua orang suka. Gorengan d Jakarta, itu sangat disukai ,asyarakat Jakarta, apalagi gorengagn yang mengkal di pinggir jalan, walau aku tau, si penjual gorengan selalu memanfaatkan minyaknya sampai berali2 dipakai, dan menjadi tidak sehat.
Gorengn di Jepang, tentu saja ada dan banyak. Biasanya, kami menemukan gorengan di setiap minimart. Rasanya, ya rasa gorengan ala Jepang. Dan, Michelle atau teman2nya pun sangat suka gorengan.
Chicken Katsu, Chicken Karage dan berbagai macam ayam2an goreng, tersedia di semua minimart, dan pada saat itu, Michelle merasa bosan dengan goreng2an yang dijual di minimart.
Sehingga, di suatu sore setelah kami pulang, Michelle minta ditami aku untuk berbelanja bahan2 makanan di supermarket depan apartemen, untuk membeli bahan2 membuat pangsit goreng ala Michelle.
Setelah sampai apartemen, kami sedikit beberes. Dan Michelle bersiap untuk membuat pangsit goreng isi ayam giling dan daing giling.
Oya, sebelum itu, dia sudah mencampurkan daging giling dan ayam giling nya dengan kuning telur dan berbagai bumbu. Jadi, daging dan ayamnya sudah berasa gurih sebelum di goreng. Dan, barulah di pulen2 untuk dimasukan ke dalam kulit  pangsit.
Kami memang cuma berdua saat itu, tetapi Michelle sedang ingin makan gorengan, hususnya pangsit goreng. Sehingga dia membuat pangsit cukup banyak.
 Pangsit ala Jepang disebut Gyoza. Hampir sama dengan pangsit goreng dari China, disebut Wuotie. Gyoza atau pangsit apaun itu, termasuk dalam jenis masaka dim sum. Pangsit2 itu, ada yang di goreng, seperti yang Michelle akan buat, dan ada yang dihidangkan di dalam sup.
Banyak orang membuat pangsit dengan berbagai isi daging. Ayam, sapi, babi bahkan udang. Gyoza atau pangsit ala Jepang, yang ada di Jakaarta di beberapa restoran2 Jepang, berisi daging ayam, daging sapid an daging babi. Terutama daging babi, Jepang banyak mengkonsumsi daging non-halal ini.
Tetapi, Michelle memang lebih menyukai daging ayam atau daging sap, dibanding dengan daging babi. Terserah lah, toh dia yang memang sedang ingin sekali membuat pangsil Jepang ini.
 Bahkan, saking cepatnya, Michelle sering tidak sempat mengangkatnya. Alhasil, ya gosong, hihihi .....
Tidak mengapa, karena baunya sudang membubung sapai di sudut2 apartemennya, serta rasanya pun tidak kalah dengan Gyiza di Jakaarta, yang aku sudah pernah makan, malah lebih enak lagi!
Jika Gyoza dan  Wuotie, menurutku dagingnya masih terlalu lembek dan beum berasa gurih. Tetapi, yang dibuat Michelle, sangat berbeda. Daging isinya, sudah diuleni dengan bumbu2 dan kuning telur, dan ketika di goreng, daging isi nya pun ikut tergoreng, dan gurih sekali!
Kulitnya memang menjadi lebih gosong karena daging isinya bisa tergoreng renyah .....
Setelaah pangsit goreng selesai, dia mulai lagi. Ingin membuat Roti Canai. Teman2nya memang banyak dar negeri2 Asia, sehingga dia "teracuni" untuk mencoba2 makanan2 dari masng2 negara. Roti Canai ini diajari temannya dari Malaysia, beberapa saat lalu, dan dia mau mempraktekkannya untuk kita makan bersama.
 Jika Michelle membuat Gyoza cukup banyak untuk kita berdua, Roti Canai ini, dia hanya membuat 4 potong saja, tanpa bumbunya.
Roti Canai yang dia buat, cukup empuk pada saat masih panas. Jadi, Roti Canai ini akan kmi makan berbarengan dengan Gyoza nya. Dan, harus panas2 .....
Jadilah, goreng2an Gyoza untuk makan malam kami, serta Roti Canai untuk karbohidratnya. Dn, aku kekenyangan untuk menghabiskan 2 potong Roti Canai serta separuh piring Goyza. Sisanya, Michelle yang menghabiskannya, hihihi .....
***
Michelle benar2 luar biasa! Masakan2 nya sangat enak, walau semuanya merupakan "percobaan" dan "trial and arror" saja, karena dia belum pernah memasaknya sendiri, hihihi ......
Dan, dari sini aku benar2 tahu bahwa dia dari seorang gadis remaja yang manja, menjelma sebagai seorang perempuan muda yang super duper mandiri dan dewasa ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H