By Christie Damayanti
                                         Michelle, dengan latar belakang, apartemen nya di Funabashi Hoten, Chiba
Seteah Michelle Tinggal di Jepang, dia pindah sudah 2 kali. Pertama, sewaktu agennya membawa dia Tinggal di apartemen  di Nishi Funabashi, bersama Cyntia temannya.
Hanya sekitar 6 bulan, dia memutuskan untuk keluar dari agenya untuk hidup mandiri. Dan, dia pindah ke apartemen barunya di Funabashi Hote, beda 1 stasiun dengan Nishi Funabshi.
Dan karena dia benar2 berusaha untuk hidup mandiri, sehingga dia mencari apartemennya dengan sewa lebih murah. Jika demikian, memang aratmennya menjadi luamayn jauh dari stasiun Funabashu Hoten. Waktu itu, kita harus berjalan sekitar 20 menit dari Stasiun Funabashi Hotel. Sebuah perjalna yang cukup melelahkan, terutama jika Michelle harus kuliah dan bekerja .....
Walaupun letak posisi apartemennya cukup cantik, diantara perumahan2 mungil, tempat warga Jepang bermukim, tetapi bekerja di Tokyo. Ya, Funabashi Hoten merupakan "kota penyangga" ibukota Tokyo. Seperti Depok nya Jakarta.
Akhirnya, dia memutuskan membeli sepeda. Untuk mengantar dari rumah kestasiun. Dia mengeluh jika musim dingin. Dia selalu kedinginan jika pulang dan pergi. Jadi, sepeda bisa lebih cepat mengantar dan pulang. Dan sepeda itu di parkir di tempat penitipan sepeda yang berharga 100 Yen per-hari.
Sekitar 1 tahun dia Tinggal disana dengan apartemen berarga murah standar mahasiswa di Jepang yang tidak mendapatkan uang dari orang tuanya, dia pun pindah lagi. Masih di Funabashi Hoten. Tetapi jika yang pertama sebelah kanan stasiun Funabashi Hoten berjarak 20 menit jalan kaki, yang baru berada di sebelah kiri dari Stasiun Funabashi Hoten, dan berjarak sekitar hanya 4 menit saja berjalan kaki!
Dan, ternyata juga apartemennya sangat luas untuk hanya seorang diri. Â Berukuran sekitar 12 meter x 5 meter, dengan 2 ruangan denagn tatami dan 1 ruangan untuk dapur, kamar mandi, toilet dan ruang service lainnya.
 Â
Apartemennya dilantai 2, dengan 3 bagian ruangan. 2 ruangan dengan tatami, 1 ruangan untuk service. Dan, pemandangan dari lantai 2, balkon apartemen nya
Â
 Â
                                               Aku  dan Michelle, dengan latar belakng apartemen Michelle
Â
Harganya? Pasti mahal, karena dia membiayainya sendiri. Ketika aku bertanya harganya, dia Cuma tersenyum dan berbakat,
"Ada aja. Ini buat mama" ......
Dia tahu, denagn luas apartemen nya yang lama yang berdimensi Cuma sekitar 7 meter x 3 meter, aku sangat kesulitan hanya sekedar membuka kopor besar ku, atau untuk duduk, di kursi lipat yang aku bawa dari Jakarta .....
Â
Itu adalah apartemen Michelle I lantai dasar. Dan, kursi rodaku bisa berada pas di depan pintu apartemen. Dicharge lewat lubang kotak surat, jika malam hari .....
Â
         Tetapi, lingkungannya sangat apik, lebih elit daripada di Nishi Funabashi, yang memang merupakan ara permukiman apartemen tinggi
Â
Tetapi, dengan kepindangan Michelle ke tempat yang baru sekitar September 2018 lalu, aku sedikit bingung, awalnya. Karena dia ambil yang dilanati2 dan tidak ada lift. Karena apartmennya hanya 2 lantai. Waktu di Nishi Funabshi, walaupun apartemennya berada di lantai 5, tentu saja ada liftnya untuk bangunan berlantai 8.
Â
Ini apartemen Michelle dan Cintya, di lantai 5 di Nishi Funabashi, Chiba. Dengan lingkungannya, yang memang merupakan permukiman apartemen2 tinggi
Â
Dan, waktu yang di Funabashi Hoten lama, itu berada di lantai bawah dari 2 lantai apartemen.
Sebenarnya, memang ini lebih aman dengannya. Seorng anak gadis mungil dari Indonesia yang merantau di Jepang, walaupun Jepang adalah Negara teraman di dunia, bukan berarti sama sekali tidak ada kejahatan. Dan, dia memang mengikuti kata2 agannya, untuk memilih tempat Tinggal, bukan di lantai terbawah, karena lebih riskan dengan tingkat kejahatan .....
Jadi, begitulah .....
Ketika pertama kali dia pindah di bulan September 2018 lalu, dan aku datang di bulanOktober 2018 untuk Tinggal di apartemennya yang baru, aku sungguh terkagum2 dengan pencapaiannya ......
***
Kehidupan Michelle di Jepang, memang sangat berbeda dibandingkan dengan selama dia menjadi anak manja di Jakarta, dengan berbagai fasilitas yang kami berikan untuk kenyamanan hidupnya. Yang membuat dia benar2 bisa berprestasi di Jakarta.
Tetapi ketika dia pidah di Jepang, kehidupannya berbalik dengan drastic.
Dia harus Tinggal sendirian di apartemenya. Dan karena dia meamang ingin mandiri dan benar2 pindah ke Jepang, dia menempa dirinya sendiri untuk berjuang. Dia memang pejuang sejati, persisi seperti aku. Dengan caranya sendiri, perlahan Michelle "melepaskan" semua fasilitas2 yang kuberikan untuknya, termasuk kiriman2 uang dariku .....
Sekarang, dia benar2 mampu 100% untuk mandiri, dari mulai kehidupannya sendiri, membayar sewa apartemennya, makannya, sampai dengan kuliahnya, yang dibayarkanya sendiri .....
Walaupun sekarang tempat tinggalnya adalah baru bisa menyewa aartemen "murah" di Funabashi Hoten, sebuah "perkam[ungan perkotaan Funabashi" di Chiba, tetapi aku sangat yakin, mimpinya untuk "Tinggal di rumah Nobita yang ada Doraemonnya", segera akan draihnya, bersama Tuhan Yesus nya .....
Dia memang semakin menuju peraihan impiannya ....
Dia memang pejuang sejati .....
Dan, dia memang selalu diberkati Tuhan, untuk semua rencana2 dan mimpi2nya ......
Terima kasih, Tuhanku Yesus, atas Berkat2 MU untuk anakku, Michelle .....
