By Christie Damayanti
Buku-Off atau Bukku Ofu Kporshon adalah rantai terbesar di Jepang dari toko buku bekas. Didirikan pada Agustus 1991, perusahaan ini telah sukses meledak, berkembang ke 866 toko di seluruh Jepang dan delapan lokasi di luar negeri (per-Agustus 2006).
 Selain buku, rantainya juga menjual manga, CD, DVD, video game, dan bahkan konsol video game, ponsel, dan pemutar media portabel. Toko2 dibedakan oleh luas permukaannya yang besar, kebersihan dan pencahayaan yang cerah.
Dengan menawarkan berbagai pilihan buku yang tampak seperti baru dengan harga yang lebih murah, Book Off secara agresif menargetkan rantai toko buku konvensional, yang sejak tahun 1953 tidak dapat mendiskon buku2 baru dan hampir-baru dan media lain karena peraturan pemerintah.
Karena toko lebih besar, lebih mudah bagi pembeli untuk menemukan apa yang mereka cari. Jadi, setelah toko ini mampu menjaring banyak pelanggan dan semakin banyak pelanggan mencari kebutuhan2 yang lain.
Sehingga Book Off membuka dirinya untuk menerima barang2 bekas dari warga sekitar, dan menjual lagi kepada pelanggan yang berbeda. Seperti pada awalnya, toko ini memang menawarkan yang "out of the box". Menjual yang murah pada pelanggan. Jadi mereka menoba untuk membeli barang2 bekas yang terseleksi, dan menjual kembali.
Konsep "jual beli" barang2 bekas tetapi yang berkelas, ternyata benar2 membuka lahan baru. Bgi warga yang ingin menjual barang2 mereka selain untuk mendonasikannya, mereka bisa menual pada Book Off ini. Dan, pada kenyataannya setiap hari aku melihat orang2 membawa barang2 bekas mereka .....
Book Off sering dikutip sebagai contoh langka dari sebuah perusahaan yang mampu tumbuh selama apa yang disebut "dekade yang hilang" dari stagnasi ekonomi yang mengikuti runtuhnya gelembung harga aset Jepang, melalui penggunaan strategi bisnis inovatif yang dicakup dalam pers bisnis Jepang.
Dan, Book Off sudah bukan menjadi jualan buku2 murah saja (baru dan bekas), tetapi semakin berkembang menjadi "pasar loak" yang berkelas di Jepang .....
***
Awalnya, ketika anakku Michelle minta dibelikan sofa dan lemari untuk apartemennya yang besar. Selama ini, di memang tidak membeli banyak barang2. Hanya yang dibutuhkan saja, seperti lemari es, kompor, micro-wave, mesin cuci dan rak2 untuk baju2 yang digantung.
Karena setelah awal tahun 2019 lalu dia menyewa aparetmen yang cukup besar dengan pembagian ruang menjadi 3 bagian, dia pun mulai ingin membeli sofa untuk santai dan lemari untuk barang2nya, yang selama ini hanya dijejer di tatami saja.
Jadilah, dia mngajak aku ke Book Store, yang kupikir hanya toko2 buku kecil yang menjual sofa.
Bicara tentang sofa nya, nanti aku tuliskan di artikelku selanjutnya, setelah artikel ini selesai, ya .....
Eh, ternyata Book Store benar2 berbeda dengan yang aku bayangkan .....
Begitu aku masuk, ke toko Book Off yang ekspektasiku adalah hanya sekedar toko2 murah biasa (Michelle cuma berkata, "Ma, ini kita ke sebuah toko barang bekas, murah2, ma. Jadi mau beli disini"), aku ternganga .....
 Tahu, berapa harganya? Cuma 2500 Yen, setara dengan Rp.325.000. Sebuah harga yang sagnat murah, untuk di Jepang!
Lalu, kami berkeliling. Dan, aku menemukan banyak barang2 yang aku sukaaaaaa .....
Astagaaaaa .... Langung lah aku membelinya, dengan meletakkan di keranjang belanjaanku!
Merk2 seperti Uniqlo, GU atau merk2 terkenal dari Jepang, dengan harga segitu?? Lalu, mulailah aku "berburu", hihihi ...... baju2 itu tidak ada yang dobel, jadi jika ingin, langsung ditaruh ke keranjang belanjaan, karena jika tidak, bisa diambil pengunjung yang lain .....
Dari kaos, celana, jaket bahkan mantel sampai long-coat. Jika mantel dan long-coat, harganya lebih tinggi sampai 1500 Yen. Itupun tidak mahal untukku, apalagi untuk warga Jepang .....
Saat2 tertentu, ada juga sale sampai 30%! Bayangkan, harga sudah murah, dan di diskon sampai 30%! Jadi, berapa harganya? Benar2 murah!
 Tentang harga, memang disesuaikan dengan harga aslinya walau itu oun murah. Sangat murah. Misalnya, tas COACH Amerika harga asli sekitar 5 juta Rupiah (entah di Japang berapa), tas bekas itu dihargai 10.000 Yen atau sekitar 1,3 juta Rupiah.
Ada tas Louis Vuitton yang aku tahu harganya sekitar 40 juta Rupiah di Jakarta, sebagai barang bekas walau tampak seperti baru di Book Off, dihargai 50.000 Yen atau sekitar 6,5 juta Rupiah .....
 Aku terus berputar2, dan diujung belakang, ada yang menarik untukku, tetapi aku agak takut untuk memotretnya, jadi fotoya terlihat kurang jelas .....
Michelle menjadikan Book Off tempat belanjanya, karena dia memang sering membutuhkan barang2 keperluan pribadi tetapi murah. Seperti, seprai dan selimut (kalo beli di mall, mahal sekali), hair-dryer bahkan hp kedua nya pun dia beli disini .....
***
Mungkin, bagi orang2 berpunya yang datang ke Jepang, Book Off hanya sekedar sebuah toko murah dan bukan sesuatu untuk didatangi. Tetapi, untuk ku dan untuk Michelle sebagai "anak kuliahan di rantau", Book Off menjadi sebuah "harta karun" dan "tambang emas".
Karena, untukku karena aku bukan orang berpunya untuk belanja barang2 branded. Jadi, tidak salah kan, jika aku membeli beberapa barang branded walaupun bekas? Hihihi .....
Dan, untuk Michelle yang hidup di rantau, uang memang bukan segalanya. Tetapi, kebutuhan2 itu terus ada, sehingga dia mencari barang2 itu sesuai dengan kebutuhannya .....
Book-Off, memang oke!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H