Nara atau Nara-shi, Jepang adalah ibu kota Prefektur Nara yang terletak di wilayah Kansai, Jepang. Kota ini menempati bagian utara Prefektur Nara, berbatasan dengan Prefektur Kyoto.
Nara mmpunyai banyak kuil, yang besar ada 8 kuil, khususnya Tdai-ji, Saidai-ji, Kfuku-ji, Kuil Kasuga, Gang-ji, Yakushi-ji, Tshdai-ji, dan Istana Heij, bersama dengan Hutan Purba Kasugayama, bersama-sama membentuk "Monumen Bersejarah Nara Kuno", sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO.
Selama periode Nara, Nara adalah ibu kota Jepang, dan Kaisar tinggal di sana sebelum memindahkan ibu kota ke Kyoto. Wikipedia.
Aku belum pernah ke Nara, dan ini adalah yang pertama. Yang aku tahu dan googling, Nara adalah perpaduan sebuah kota yang mempunyai kehidupan bersama antara manusia dan kijang totol. Dan, Nara mampu mengakomodasikan semua yang ada di Nara, menjadi sebuah kesatuan yang unik.
Nara mempunyai sejarah yang sudah tua.
Banyak makam-makam tua atau kofun, termasuk Gosashi Kofun, Hishige Kofun, Horaisan Kofun dan beberapa kofun-kofun tua lainnya. Nara terbentuk sekitar tahun 708 Masehi, dan dahulu dikenal dengan nama Heijo atau Heijo-kyo.
Pernah diperintah oleh Kaisar Kammu tahun 784 Masehi, sampai Kaisar Meiji, terakhir ke dinasti Edo, pada tahun 1869 Masehi.
Meskipun Nara adalah bekas ibu kota Jepang dari 710 hingga 794, Nara tidak menjadi kota resmi hingga 1 Februari 1898. Kota Nara telah berkembang dari kota perdagangan pada periode Edo dan Meiji ke kota wisata modern, karena sejumlah besar kuil bersejarah, landmark dan monumen nasional.
Selain itu, kota Nara ditambahkan ke daftar Situs Warisan Dunia UNESCO pada Desember 1998. Arsitektur beberapa tempat di kota Nara seperti toko, ryokan, dan galeri seni telah diadaptasi dari rumah pedagang tradisional.
Nara juga mengadakan festival tradisional setiap tahun seperti Neri-Kuyo Eshiki (festival musim semi yang telah diadakan di kuil Todaiji selama lebih dari 1000 tahun) dan Kemari Festival - sebuah festival di mana orang-orang mengenakan gaun dari tujuh abad dan memainkan permainan tradisional).
Kota Nara melestarikan sejarah kuno Jepang dan memungkinkan dunia untuk belajar tentang agama, budaya, dan peradaban Jepang, dari zaman kuno hingga modernitas.Â
Namun, selama periode Heisei (1989-2019), migrasi massal dari pedesaan Jepang ke kota-kota secara efektif telah mengurangi populasi kaum muda di Nara.
Pada tahun 1909, Tatsuno Kingo merancang Nara Hotel yang terkenal, yang arsitekturnya memadukan unsur2 modern dengan gaya tradisional Jepang.
Dan, sampai sekarang kota Nara mempunyai berbagai atraksi menarik yang selalu memadukan berbagai elemen sejarah, tradisional, modern, social serta alamnya.
Ketika ku selesai makan Mos Burger, aku langsung menuju bus wisata Hip-Hop yang datang di depanku. Dibantu oleh staff bus yang membuka ramp untuk kursi roda ajaibku masuk ke dalam bus, aku siap berkeliling kota Nara, dan terakhir aku akan turun di Nara Park, sebuah hutan kota yang penuh dengan kijang totol.
Bus-bus di Jepang, standar seperti ini. Dibagi 2 bagian. Yang di depan lebih rendah dan fokus untuk disabilitas dan kaum prioritas. Tempat duduk bisa dilipat untuk tempat kursi roda atau stroller bayi. Dengan signage atau tanda-tanda secara detail "ramah disabilitas".Â
Ketika beli tiket 210 Yen untuk bus wisata Hip-Hop, masing2 wisatawan diberikan map ini. Merupakan map jalur bus keliling kota dan titik2 mana yang kita mau berhenti dan turun. Selanjutnya, kita akan dijemput lagi, terserah kita mau jam berapa. Karena bus Hip-Hop akan datang setiap 5 sampai 10 menit sekali.
Nara memang sebuah kota kecil di Perfecture Nara. Arsitektur modernnya tetap ada, walau Nara merupakan "kota tua". Perumahannya, seperti ini, detail arsitektur Jepang modern.
Yang aku selalu kagum adalah kebersihannya. Walau kota-kota di Jepang jarang terlihat tempat sampah, Jepang adalah negeri yang sangat bersih.
Seperti foto di atas ini. Sebuah kota kecil yang sarat dengan warga local serta wisatawan dan termasuk padat penduduknya. Tetapi, aku tidak melihat sampah2 berserakkan.
Jepang memang negara kecil, dan penduduknya padat. Sehingga, pemerintah membangun dengan seirit mungkin. Jika di kota besar, bangunan-bangunan ini masih memiliki pedestrian walau tetap tidak mempunyai teritisan.
Tetapi jika di kota-kota kecil seperti Nara ini, selain bangunan-bangunan tanpa teritisan atau kanopi, bangunan-bangunan itu tidak mempunyai trotoar. Walau tanpa trotoar, pemerintah lokal tetap menjaga jarak kemanan bagi warga yang berjalan kaki atau kursi roda.
Sungai kecil yang melintasi kota Nara ini, terlihat bersih walau banyak rumah-rumah yang sangat mepet, berdempetan dengan air. Ternyata, kota Nara tetap tertata dengan baik, walau terlihat di foto ini, tidak banyak ada penghijauan di DAS (daerah aliran sungai).
Kota cantik Nara, tunggu aku mengeksplore kijang-kijang totol-totolmu, segera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H