Â
Patung raksana The Great Buddha Kamakura, bukan hanya sekedar patung tanpa makna. Bukan hanya sekedar tempat untuk bersembahyang. Atau bukan hanya sekedar patung reksasa itu berada di sebuah Kuil Kotoku-in, sejak abad ke-13 saja.
Patung raksasa ini memang berada di sebuah kuil milik klan Hojo dan mempunyai kekuasaan besar selama periode Kamakura dalam sejarah Jepang.
Ketika kami disana, mungkin fokusnya hanya patung raksasa itu saja. Mungkin juga, sebagian besar wisatawan asing yang datang, bahwa focus wisatareligius nya adalah sebuah patung Buddha raksasa tertbesar kedua di Jepang.
Ternyata, salah!
Â
Seperti kuil2 atau temple di semua sudut Jepang, mempunyai lahan atau luasan untuk para penganutnya bersembahyang. Masing2 luasannya berbeda, tergantung banyak hal.
Ketika The Great Buddha Kamakura terbangun di Kuil Kotoku-in ini, apakah pada saat itu ada yang terpikir bahwa patung raksasa ini menjadi terkenal di seluruh dunia?
Pasti, tidak!Â
Saat itu baru abad ke-13. Dimana mereka hidup pada jamannya, tanpa pernah berpikir tentang orang2 dari seluruh dunia akan datang untuk melihat patung raksasa ini.
Tetapi, Kuil Kotoku-in ini serta semua kuil2 di Jepang yang aku amati, mereka memelihara lahan luasan tempat mereka bersembahyang dengan sangat baik. Kuil2 mereka di pelihara seiap saat samai pada waktunya jepang merestorasi dan merenovasi di jaman2 tertentu.
Bicara tentng Kuil Kotoku-in tempat bermukim The Great Buddha Kamakura ini, memang tidak banyak wisatawan berjalan2 dan berkeliling disini. Mereka fous dengan patung raksasa itu.
Mereka berkeliling, memotret berkali2 dari berbagai sudut, bahkan setelah mereka capek setelah berkeliling patung itu, ereka beristirahat, duduk I beberapa titik yang memang disediakan untuk beristirahat.
Hanya sedikit wisatawan, yang akhirnya berkeliling kuil kotoku-in ini, termasuk kami .....
Lapangan Kotoku-in memiliki sejumlah monumen batu. Salah satunya ditulis dengan kata2 biksu sekte Jodo dijaman Yuten Shonin (1637-1718) dan batu berdiri lainnya yang diukir dengan puisi oleh Kaneko Kunen (1876-1951) dan Yosano Akiko (1878-1942), seorang penyair, feminis dan reformator dari Periode Taisho.
Lahan kuil juga termasuk pohon yang ditanam oleh raja Thailand Prajadhipok (1893-1941) untuk memperingati kunjungannya ke kuil dan sebuah monumen untuk mantan Presiden Sri Lanka JR Jayewardene (1906-1996) dengan kata-kata: "Kebencian tidak berhenti dengan kebencian tetapi dengan cinta. "Â
Kami berjalan2 sebelum kami keluar dari kuil. Banyak sekali titik2 cantik, minimal untuk merenung. Kuil ini berada di lingkungan hijau Kanagawa. Hutan hijau cantik, membawa patung raksasa ini sebagai symbol kereligiusan jepang, yang subuh dan makmur.
The Great Buddha Kamakura sendiri, dikelilingi oleh tembok batu alam, yang sudah berumur sekian abad, dan masih terpelihara baik sampai sekarang. Pada saat ini, permukaan tanah, sebagian di tutup dengan batu2 alam kuno, sebagian lagi ditutup denan con-blok modern dan aspal, dan sebagian lagi ditutup dengan kerikil ptih.
Â
Â
Setiap orang yang mau masuk ke kuil untuk bersembahyang, mereka diminta untuk mengambil air suci untuk membersihakan kaki dan tangan dan membasuh muka mereka. Itu bagi pemeluk2 kepercayaan mereka. Sehingga, disetiap kuil, pasti ada sebuah titik dengan air atau mata air.
Keberadaan tempat membasuh diri ini, pun merupakan obyek bagi wisatawan. Dengan bentuk atap khas jepang, serta bak atau tempat air, serta gayung2 kayu, wisatawan banyak ikut serta untuk membasuh diri. Kebersihan disana pun sangat terjaga!
Banyak juga tulisan2 dengan huruf kanji, yang jelas aku tidak tahu artinya. Bahkan, Michelle pun sebagian kanji belum tahu artinya. Tetapi, aku sangat menikmatinya, karena aku berada dalam lingkungan "Jepang" yang sesungguhnya.
Â
Â
Tidak banyak lagi waktu kami untuk sekedar beristirahat, karena jam semakin tinggi. Sudah hampir setengah lima sore. Seingatku, jalur Enoden, kereta yang akan membawa kami pulang menuju Tokyo, tidak ada jalur malam, sehingga kami harus bergegas untuk menuju Stasiun Hase .....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI