Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"The Great Buddha Kamakura", Napak Tilas Pertama Kali Aku ke Jepang Tahun 1982

4 Maret 2020   10:19 Diperbarui: 4 Maret 2020   15:01 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku berlatar belakang The Great Buddha Kamakura". Suhu udara saat itu sangat panas, diatas 35 derajat Celcius, dengan langit biru cerah serta awan2 putih berarak ..... | Dokumentasi pribadi

Pada suatu waktu, ada tiga puluh dua kelopak teratai perunggu di dasar patung, tetapi hanya empat yang tersisa, dan mereka tidak lagi berada di tempatnya.

Sebuah pemberitahuan di pintu masuk ke halaman bertuliskan:

"Orang asing, siapa pun engkau dan apa pun keyakinanmu, ketika engkau memasuki tempat suci ini ingatlah engkau menginjak tanah yang dikuduskan oleh penyembahan zaman. Ini adalah Kuil Buddha dan pintu gerbang kuil. abadi, dan karenanya harus dimasuki dengan hormat"

Sejak saat itu, banyak wisatawan datang untuk melihat The Great Buddha Kamakura. Dan, restoran-restoran selalu dilakukan untuk merawat patung raksasa tersebut.

***

Seingatku, suasananya masih sama, ketika aku dan orang tuaku seerta kedua adikku, datang kesana. Ketika itu tahun 1982 dan aku masih kelas 6 SD. Aku ingat, betapa papa ku lebih memilih patung raksasa The Great Buddha, untuk memberi kesan awal tentang negeri Jepang.

Mungkin, papaku memang ada persamaan dengan aku. Aku yang mengikuti papaku. Untuk selalu memberi kesan mendalam tentang sesuatu. Terutama tentang dunia.

Aku juga ingat, papa selalu menanamkan kepadaku tentang pentingnya "melihat dunia", dengan jalan traveling ke seluruh dunia. Bukan berarti kami adalah keluarga kaya, tetapi papaku lebih menanamkan sebuah kesempatan untuk membuka diri untuk berkembang!

Aku dan Michelle, berlatar belakang "The Great Buddha Kamakura" | Dokumentasi pribadi
Aku dan Michelle, berlatar belakang "The Great Buddha Kamakura" | Dokumentasi pribadi

Kata papaku: "Jika nanti kamu sudah beerja, sisihkan tabunganmu untuk keliling dunia. Tidak usah muluk-muluk, tetapi per-negara. Jika sedang tidak punya uang, tetap coba lah mencari tahu tentang dunia dengan caramu di zamanmu"

Karena, dengan traveling keliling dunia, bukan hanya kesenagan saja yang kita dapatkan, tetapi lebih kepada kita menjadi lebih terbuka bahwa dunia itu sangat indah, sehingga kita punya banyak kesempatan lewat apapun. Dibanding jika hanya tinggal di "kandang" sendiri.

Dan, itulah yang aku rasakan. Semakin aku pergi ke tempat baru atau tempat-tempat yang sudah pernah aku datangi, selalu punya sesuatu yang baru, yang membuka alam pikiranku. Dan sebagai arsitek, ini adalah sebuah pelajaran yang sangat berharga!

Ketika kita hidup di Negara berkembang, kita harus berusaha memajukan Negara kita ini, dengan jala salah satunya melihat, mendatangi dan merasakan sebuah kehidupan di negara-negara yang lain, terutama di negara maju dan modern, sehinga negara kita pun menuju ke sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun