Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perjalanan Sehari ke Kawaguchiko, Diikuti oleh Buntut Badai Krosa Musim Panas 2019

12 Februari 2020   12:55 Diperbarui: 12 Februari 2020   13:00 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mr. Sugiyama dengan istrinya, aku dan Michelle di belakang. Dari Funabashi Hoten, melewati Metropolitas Tokyo, lewat Sumida River Tokyo. Dokumentasi pribadi

By Christie Damayanti

Seharian, kami "bermain" disekitaran kaki Gunung  Fuji. Dari Tokyo, aku dan Michelle dijemput lh owner Minimart Seven Eleven tempat michelle bekerja paruh waktu di Shin Urayasu, Mr. Sugiyama dengan istrinya, di suatu hari yang mendung di musim panas tahun 2019 lalu

Agustus 2019, badai Krosa menghantam Jepang di wilayah Kansai. Tetapi wilayah Kanto termasuk Tokyo terkena dampaknya, dengan hujan besar dan angin kencang terus menerus ......

Dan, hari itu pun, buntut Badai Krosa terus mengikuti kami, walau tidak terlalu parah .....

Kami pergi dari apartemen Michelle di Funabashi Hoten, Ciba naik mobil Mr. Sugiyama, masuk ke Tokyo Metropolitan, menuju Perfecture Yamanashi, tempat Gunung Fuji berada, sebuah gunung cantik kebanggaan Jepang, juga dunia.

Mr. Sugiyama dengan istrinya, aku dan Michelle di belakang. Dari Funabashi Hoten, melewati Metropolitas Tokyo, lewat Sumida River Tokyo. Dokumentasi pribadi
Mr. Sugiyama dengan istrinya, aku dan Michelle di belakang. Dari Funabashi Hoten, melewati Metropolitas Tokyo, lewat Sumida River Tokyo. Dokumentasi pribadi
Lalu di lereng Gunung Fuji Kawaguchiko, kami menanjak ke kaki gunung, memasuki Hutan Aokigahara, sebuah hutan yang viral karena tempat favorite bunuh diri, dari seluruh dunia. Mendaki terus, sampai ke pemberhentian terakhir untuk kendaraan bermotor, Mounth Fuji Fifth Station, dan jika mau mendaki gunung secara manual.

Di Kawaguchiko, mendaki ke kaki Gunung Fuju, melewati Hutan Aokigahara yang terkenal dengan "hutan bunuh diri" seluruh dunia. Dokumentasi pribadi
Di Kawaguchiko, mendaki ke kaki Gunung Fuju, melewati Hutan Aokigahara yang terkenal dengan "hutan bunuh diri" seluruh dunia. Dokumentasi pribadi
Di Kawaguchiko, mendaki ke kaki Gunung Fuju, melewati Hutan Aokigahara yang terkenal dengan "hutan bunuh diri" seluruh dunia. Dokumentasi pribadi
Di Kawaguchiko, mendaki ke kaki Gunung Fuju, melewati Hutan Aokigahara yang terkenal dengan "hutan bunuh diri" seluruh dunia. Dokumentasi pribadi
Di titik ini, adalah titik awal para pendaki baik professional ataupun wisatawan, yang ingin naik sampai ke punjak Gunung Fuji, lewat route yang sudah dipersiapkan. Dan di titik ini juga, merupakan salah satu titik wisata yang terkenal dengan bangunan2 Eropa serta hotel2 santiknya.

Titik wisata tertinggi di Mount Fuji Fifth Station, terkenal dengan bangunan2 Eropa nya yang cantik. www.kesari.in
Titik wisata tertinggi di Mount Fuji Fifth Station, terkenal dengan bangunan2 Eropa nya yang cantik. www.kesari.in
Titik wisata tertinggi di Mount Fuji Fifth Station, terkenal dengan bangunan2 Eropa nya yang cantik. dokumentasi pribadi
Titik wisata tertinggi di Mount Fuji Fifth Station, terkenal dengan bangunan2 Eropa nya yang cantik. dokumentasi pribadi
Di titik ini, merupakan awal badi pendaki gunung amatir atau professional ke puncak Gunung Fuji. Dokumentasi pribadi
Di titik ini, merupakan awal badi pendaki gunung amatir atau professional ke puncak Gunung Fuji. Dokumentasi pribadi
Di titik ini, merupakan awal badi pendaki gunung amatir atau professional ke puncak Gunung Fuji. Dokumentasi pribadi
Di titik ini, merupakan awal badi pendaki gunung amatir atau professional ke puncak Gunung Fuji. Dokumentasi pribadi
Setelah itu, kami turun dari kaki gunung dan masuk ke Kota Fujikawaguchiko dan dalam hujan yang cukup lebat serta awan hitam menggantung berat, kami sempat berhenti di Yamanaka Lake, sebuah danau seperti Danau Toba, yang merupakan "kawah" di kelilingi oleh pegunungan Fuji, dan berfoto sebentar disana.

Yamanaka Lale, sebuah danau yang serupa dengan Danau Toba serta terkenal dengan angsa2 liarnya. Dokumentasi Pribadi
Yamanaka Lale, sebuah danau yang serupa dengan Danau Toba serta terkenal dengan angsa2 liarnya. Dokumentasi Pribadi
  

Yamanaka Lale, sebuah danau yang serupa dengan Danau Toba serta terkenal dengan angsa2 liarnya. www.fujitravelguide.com
Yamanaka Lale, sebuah danau yang serupa dengan Danau Toba serta terkenal dengan angsa2 liarnya. www.fujitravelguide.com
Kami makan siang di restoran mungil tradisional Kedai Washokuden, dengan berbagai pilihan makanan tradisional Jepang, yang nikmat, apalagi dikelilingi orang2 yang penuh kasih dan sayang. Membuat perut kami kekenyangan dan kami berlanjut ke wilayah Narusawa City sebelum memasuki Narusawa Village, sebuah desa kecil nan cantik!

Di Kedai Washokuden dengan makanan2 tradisional Jepang. Dokumnetasi pribadi
Di Kedai Washokuden dengan makanan2 tradisional Jepang. Dokumnetasi pribadi
Di Kedai Washokuden dengan makanan2 tradisional Jepang. Dokumnetasi pribadi
Di Kedai Washokuden dengan makanan2 tradisional Jepang. Dokumnetasi pribadi
Dari Narusawa Village, mobil kami masuk ke desa lebih terpentil lagi, tetapi sanggup mengundang dunia untuk menjadikan desa Oshino Hakkai sebagai desa yang mempunyai Situs Wirisan Alam dan Budaya UNESCO, sebuah desa tematik.

Di Oshino Hakkai, tempat 8 kolam suci, untuk penyembah Gunung Fuji. Dokumentasi pribadi
Di Oshino Hakkai, tempat 8 kolam suci, untuk penyembah Gunung Fuji. Dokumentasi pribadi
Di Oshino Hakkai, tempat 8 kolam suci, untuk penyembah Gunung Fuji. Dokumentasi pribadi
Di Oshino Hakkai, tempat 8 kolam suci, untuk penyembah Gunung Fuji. Dokumentasi pribadi
Di Oshino Hakkai, kami berkeliling ke 8 kolam suci dengan legendanya masing2. Sampai kami pun berkeliling di Museum Open Air Hannoki Bayashi Shiryokan, sebuah perjalanan kehidupan jepang di salah satu titik sejarahnya, yang memberikan perenungan yang dalam tentang negeri Sakura ......

Lingkungan hijau di area Oshino Hakkai dengan salah satu kolamnya. Dokumentasi pribadi
Lingkungan hijau di area Oshino Hakkai dengan salah satu kolamnya. Dokumentasi pribadi
Lingkungan hijau di area Oshino Hakkai dengan salah satu kolamnya. Dokumentasi pribadi
Lingkungan hijau di area Oshino Hakkai dengan salah satu kolamnya. Dokumentasi pribadi
Museum terbuka Hannoki Bayashi Shiryokan, di kehiupan purba Jepang. www.thehiddentimble.com
Museum terbuka Hannoki Bayashi Shiryokan, di kehiupan purba Jepang. www.thehiddentimble.com
  

Museum terbuka Hannoki Bayashi Shiryokan, di kehiupan purba Jepang. www.thehiddentimble.com
Museum terbuka Hannoki Bayashi Shiryokan, di kehiupan purba Jepang. www.thehiddentimble.com
Perjalanan 1 hari yang mengesankan untukku, memberikan dampak yang cukup besar bagi pandanganku untuk Jepang. Kepedulian Mr. Sugiyama dengan kasihnya kepada Michelle, pegawai nya di Seven Eleven, serta kepedulian nya kepadaku, sebagai ibu dari Michelle.

Tentang Jepang yang modern dan berteknologi tinggi tetapi tetap mampu memelihara dan melestarikan simbol2 sejarah lewat berbagai mitos dan legendanya.

Perjalananku 1 harian hari itu, ternyata bisa memberikan ide dalam belasan artikel, lho. Dan, akhirnya, kami di penghujung hari saat itu, dan kami beranjak pulang dari yamanashi ke Tokyo, sampai kami diantar ke apartemen Michelle di Funabashi Hoten .....

Kembali ke Tokyo, menuju Funabashi Hoten .....Dokumentasi pribadi
Kembali ke Tokyo, menuju Funabashi Hoten .....Dokumentasi pribadi
Kembali ke Tokyo, menuju Funabashi Hoten .....Dokumentasi pribadi
Kembali ke Tokyo, menuju Funabashi Hoten .....Dokumentasi pribadi
***

Setelah itu, sekitar jam 4.30  sore kami berangkat menuju pulang, dengan melewati jalur yang berbeda. Waktu berangkat, kami lewat jalur barat, menuju Gunung Fuji, dan waktu pulang kami melewati jalur timur lewat Yamanaka Lake.

Kami mampir di 2x tempat istirahat, untuk beristirahat. Pergi ke toilet dan mmbeli berbagai snack2 Jepang. Cuaca cukup bersahabat di sore itu. Mendungn sudah pergi perlahan, walau gerimis kecil tetap mengikuti.

Dari Tokyo ke Kawagichiko, sekitar 2,5 jam dan pas pulangnya dari Yamanaka Lake, karena kami berhenti 2x, memakan waktu sekitar 3 jam. Tetapi, suasana akrab benar2 terjalin di dalam mobil.

Walau aku tidak mengerti bahasa mereka bersama Michelle, tetapi aku pun ikutan ngobrol dengan bertanya2 bahasa /Indonesia kepada Michelle dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Jepang. Begittu pun sebaliknya.

Dan, Mr. Sugiyama tidak berkeberatan jika aku menanyakan sesuatu dalam bahasa Indonesia. Dia begitu sabar menjawabku setelah diterjemahkan bolak balik oleh Michelle. Dan aku benar2 bahagia dengan lingkungan positif yang terjadi .....

Dunia kuliner snack2 di 2 temat istirahat kea rah Tokyo, membuat aku kelaparan, tunggu ceritaku setelah ini ya, karena banyak sekali snack yang harus kubahas, satu persatu, hihihi ......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun