Seperti yang aku tuliskan pada rtikel2 sebelumnya tentang Oshino Hakkai, adalah sebuah tempat yang mempunyai 8 kolam di lereng Gunung Fuji, dan menjadi sebuah Situs Warisan Budaya UNESCO.
Sebenarnya, apa yang harus dijelajahi di Oshino Hakkai?
Di kolam pertama dan kolam terbesar, pengunjung dapat minum air dingin langsung dari sumbernya. Kolamnya cukup dalam dan memiliki kehidupan tanaman air tawar yang menarik dan ikan2 KOI besar.
Meskipun kolam telah dikembangkan menjadi tempat wisata dan dapat menjadi cukup ramai dengan pengunjung, mereka memiliki suasana yang menyenangkan. Belum lagi, di kolam2 yang lain, ada yang belum tersentuh, bahkan sepertinya tidak akan tersentuh .....
Kita juga bisa menemukan banyak restoran, toko cinderamata dan penjual makanan di sekitar kolam yang menjual sayuran, permen, acar, kerajinan tangan, dan produk lokal lainnya. Beberapa mengoperasikan panggangan outdoor kecil seperti kedai, bahkan mereka mempunyai sebuah pasar, untuk menarik pembeli dengan aroma memikat dari ubi jalar panggang dan kerupuk nasi panggang (atau osenbei).
Kesitulah kami, setelah kami sedikit capek berkeliling dan memutari 8 kolam serta sampi ke ladang jagung. Walau udara semilir sejuk karena angi terus berhembus, tetapi karena waktu itu adalah puncaknya musim panas, bulan Agusts 2019 lalu, tetap saja suhu udara diatas 30 derajat Celcius.
Memang, mulai dari parkir mobil dan pengunjung berbelok ke kanan, sudah terdapat toko2 dan kedai2 yang menjual pangann kecil, restoran2 dan cafe2 mungil serta toko2 cinderamata. Samai di area kolam, semua menjadi nuansa alam.
Pasar tersebut memang bukan permanen. Didirikan di dalam tenda putih dan besar, mungkin bisa ratusan orang dan pulhan kedai, atau booth2 untuk berjualan.
Saat itu, suasananya sangat ramai sekitar jam 4 sore. Masuk ke dalam, penuh sesak. Sehingga aku hanya masuk sebentar karena untk berjalan saja (apalagi kursi roda), susah. Aku keluar lagi dan hnya duduk di ujung tenda, asal tidak kehujanan.
Oya, gerimis kecil sudah mulai .....
Jepang adalah Negaara yang humiditas nya cukup tinggi. Puncak musim panas dengan hujan berkali2, buntut dari Badai Krosa, yang harusnya melanda wilayah Kansai tetapi imbsnya sampai awilayah Kanto, termasuk Tokyo dan sekitarnya.
Dengan suhu udara cukup tinggi dan hujangerimis mulai saat itu, walau juga angin tetap semilir menerpa, peluh pun terus mengalir, karena kelembabannya.
Capek dan kepanasan, aku haru diam saja, untuk meredakannya. Sementara Michelle berkeliling pasar untuk membeli sesuatu yang segar2. Pulangnya, dia membawa eskrim ....
Mereka berteduh ditenda pasar, dan beristirahat samnil berkeliling mencari minuman.
Panganan2 disana memang sangat menarik! Tahu kan, jepang memang nonor 1 dalam membuat cemilan2 cantik, menarik dan nak, dengan penyajiannya yang bikin hati lumer dan sayang untuk dimakan? Hahaha ......
Hadil bercocok tanam mereka seperti berbagai jenis sayur2an serta jagung, mereka olah dengan cepat untuk dijual segera. 1 mangkok sedang  dan besar salad segar dengan bumbu khas jepang, dijual 500 Yen. Sampai 1000 Yen.
Kue2 cantik yang entah apa namanya, engan ukuran seperti gorengan di Jakarta, dijual 100 Yen - 500 Yen, tergantung besar dan jenis makanannya. Ada goengan, ada kue2 manis seperti cemplon, kue talas dan sebagainya.
Menarik sekali, walau jika diukur untukku sebagai turis Indonesia, harganya cukup mahal, lho! Tetapi, kan hanya sekali ini bukan seringkali, jadi, tidak apa2, deh ......
Sekitar 30 menit hujan berhenti walau setelah itu justru hujan lebat akan datang. Cepat2 kami berjalan menuju mobil yang memang cukup jauh dari lokasi wisata. Apalagi pasarnya terletak di ujung belakang tempat wisata.
Aku di dorong dengan cepat oleh Mr. Sugiyama, dan Michelle serta istri Mr. Sugiyama, berlari di depanku. Hanya 5 menit, hujan turun lagi. Mendung semakin tebal dan hujan turun semakin lebat, sapai kami harus berteduh dahulu cukup lama. Karena, kalau tidak baju kami pasti kuyup!
Huhuhu ......
Angin bertiup kencang, menghapus suhu udara yang awalnya sekitar 30 derajat Celcius, sampai turun beberapa derajat, menghasilkan suhu turun terus. Mulai agak dingin, bahkan hujan semakin lebat, dan angin semakin kencang. Dinginnnnnnnnn .......
Oya, jalan2 seharian saat itu memng aku tidak membawa kursi roda ajaibku, sejak ke Kawaguchiko, trus ke Fujuyama Station 5th dan di Oshino Hakkai Narusawa Village. Selain memgn mobilnya kecil, minicar, aku juga tidak mau merepotkan Mr. Sugiyama untuk angkat dan menurunkan kursi roda ajaibku. Kasihan, beliau sudah senior ......
Jadi, waktu keliling kolam heritage kami meminjam kursi roda manual di tempat peminjaman dan gratis. Ya, Jepang benar2 "ramah disabilitas" serta sangat peduli dengan sesame. Tempat peminjamanan itu, aku melihat ada belasan kursi roda manual, bukan hanya untuk disabilitas fisik saja, tetapi banyak lansia yang meminjam.
***
Ketika sebuah tempat wisata yang tertata rapid an cantik, bukan hanya sekedar titik wisatanya saja, tetapi bagaimana kita menyediakan fasilitas2 pendamping bagi wisatawan. Bukan hanya sekedar bisnis cinderamata serta panganan2 saja, tetapi tidak dibarengi dengan tempat yang rapi, bersih dan nyaman.
Juga, bukan sekedar ada akses untuk ke titik wisata nya saja, tetapi justru membangun sesibilitas termasuk bagi kaum lansia dan disabilitas, dengan alat2 bantu mereka.
Mereka, Jepang, terus mengambil kesempatan yang terkecil apapun, di tiap peluang itu datang. Ketika Oshino Hakkai menjadi sebuah desa yang terkenal karena situs dari UNESCO, pemerintah setempat berusaha untuk memberikan layanan yang terbaik bagi wisatawan yang datang.
Mereka membangun area wusatawan dengan fasilitas2 cantik, termasuk untuk "ramah disabilitas", dan mreka un menyediakan alat transportasinya, berupa kursi roda dan tongkat serta stroller.
Dipinjamkan gratis, dan kata Michelle, jika tidak ada yang mengantar lansia atau disabilitas kesana, maka ada petugas khusus yang memang bertugas untuk mendorong mereka ke tempat wisata tersebut.
Kalau yang ini memang bayar dengan waktu2 tertentu. Tetapi, setidaknya mereka benar2 memperhatikan, jika tugas Negara untuk mengurus sebuat titik wisata, mereka pun menjalankannya dengagn sangat baik, dengan fasilitas2 yang komplit dan luar biasa.
Catatan :
Masuk ke tempat wisata ini, tdak dipungut bayaran apa2. Tetapi, mereka memeliharanya dengagn sangat baik! Berarti, pemerintah benar2 peduli tentang sejarah dan negaranya, dan tanpa mau membebani wisatawan ......
Satu lagi, selama disana, aku tidak melihat satu tempat sampah pun. Mungkin ada, tetapi seperti di Tokyo atau di  kota2 besar pun, jarang terlihat kotak atau tempat sampah! Tetapi yang terlihat adalah KEBERSIHAN yang membuat decak kagum! Seperti yang kutuliskan tentang banyak artikel sebelumnya ......
Lihat tulisanku, Di Jepang, "Kebersihan Tanpa Tempat Sampah!"
Jepng memang woookeeeeee .......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H