By  Christie DamayantiPromosi2ku memang selalu berjalan lancer. Karena, niatku memang bukan hanya sekedar mengundang saja, teman2 atau pengunjung mall, tetapi lebih ingin menggandeng yang datang untuk bisa terus kolaborasi untuk kegiatan2 yang akan datang.
Teman2 dan sahabat2 ku filatelis atau non-filatelis, mereka datang dengan banyak alasan. Ada yang ketemu kangen atau ada juga yang janjian sekalian "nengok" Christie, karena sudah lama tidak bertemu.
Banyak teman2 filatelis ku datang, bahkan jauh2 dari Padang, untuk sekalian terbang ke Makassar.
Adalah pak Amli Kamal, filatelis senior dari Padang. Beliau datang di hari terakhir, hari Minggu tanggal 13 Oktober 2019 lalu. Beliau datang beserta teman2 sesama filatelis Padang, yag juga bersama2 akan terbang ke Makassar, hari Minggu sore nya.
Pak Amli memang seorang filatelis senior. Aku mengenal beliau karena Facebook. Beberapa kali saling berkomentar, dan aku melihat sepak terjang beliau untuk Filateli Padang.
Minggu pada waktu itu, sebenarnya Central Park Mall tempat aku berpameran, belum buka. Masih sekitar jam 8.00 pagi, tetapi aku memang selalu datang pagi, untuk membereskan area pameranku.
Pak Amli memang sudah berencana untuk datang beberapa saat sebelum pameran, dengan rencana langsung ke Makassar, sehingga aku memag  inin berjumpa beliau.
Ketika sekitar jam 8.00 kurang, beliau WA dan bertanya,
"Apakah bisa bertemu pagi ini (mall belum buka), atau mungkin setelah mall buka?"
Kukatakan, "Bisa saja pak, langsung turun saja", dan aku memandu bagaiana masuk ke area pameranku, karena mall memang belum buka.
Akhirnya, kami bertemu. Jika aku tidak gembar gembor dengan promosiku, belum tentu beliau akan datang. Bisa sja, beliau langsung dari Padang ke Makassar tanpa mampir ke Central Park Mall. Konsep promosi itu memang harus jauh2 hari sebelumnya, kalau bisa 1 tahun sebelumnya, supaya yang memang berkeinginan untuk datang, mereka bersiap2 dengan waktu dan dana nya .....
Sulyono adalah seorang arsitek, sama sepertiku. Dan, bedanya dia juga seorang fotografer. Hasil bidikannya, untukku sangat berseni. Aku suda sekali. Dan di pameranku, Sulyono datang 2x untuk mengambil beberapa foto dan mem-videokan pamern ku ini.
Link Youtube karya Sulyono :
Waaaaaaaa ...... foto2 dan vide0nya, keren sekali!!!
Minimal, dia selalu membantu dengan makanan kaena aku tidak mungkin makan di luar area pameranku. Karena, jam makan siang itu justru adalah jam yang sangat ramai pengunjung, teramsuk di area pameranku.
Ika memang seorang marketer asuransi, sehingga dia sudah biasa untuk berinteraksi dengan banyak orang2 yang belum dikenal.
Berbeda dengan teman2 yang tidak biasa berinteraksi. Biasanya mereka justru diam di tempatku, mengajak ngobrol dengan ku. Tetapi, tidak bisa ikut melayani pengunjung pameran. Ya, masing2 orang memang berbeda .....
Oya, Ika juga membantu dengan foto2nya yang juga sangat ciamik! Sebagian kegiatanku, secara candid, Ika lah yag menjepetnya! Terima kasih banyak, ya Ika!
Walau kami baru kenal, kami tetap bisa berintraksi dengan sangat baik, dan masing2 berjanji untuk bisa terus saling berhubungan.
***
"Kehidupan berpameran", itu tbukan sekedar memamerkan koleksi2 kita saja. Berpameran juga bukan untuk niat bisnis, dengan menjual benda2 filateli saja. Walau banyak yang bertanya,
"Mengapa tidak ada satupun yang dijual?"
"Lalu, untuk apa berpameran?"
Karena, untukku niat ku berpameran adalah untuk menjaling pertemanan yang lebih luas lagi, dan terutama adalah untuk mengedukasi masyarakat tenang filateli.
Ketika kita berteman dengan teman2 online kita lewat media social kita, tidak semua orang ingin berteman di dunia reality kita, tetapi banyak juga orang2 yang benar2 ingi bertemu di duni realitas.
Aku adalah salah satu yang ingin berteman, kalau bisa berteman dengan semua orang di dunia. Hahaha, dasar narsis! Begitu tanggapan beberapa sahabatku. Biar saja, lah .....
Apalagi jika aku aktif berinteraksi di dunia medsos, aku selalu benar2 ingin bertemu denga mereka. Tujuannya Cuma 1, pertemanan dan persahabatan. Masing2 di komunitas yang berbeda. Ada komunitas filateli, komunitas disabilitas, komunitas Tintin, atau komunitas penulis kompasiana. Dan komunitas2 yang lainnya.
Karena semakin sering kita bertemu, kita bisa melakukan hal2 yang positif. Berusah untuk mendesain even bersama atau melakukan  hal2 yang berbeda tetapi dalam kolaborasi.
Itu yang kulakukan antara aku dengan pak Sudjono Adimulyo. Aku bertemu dengan beliau (kalau tidak salah) di KFJ, lalu berlanjut dengan pameran bersama 2x di tahun 2018 di Basura Square Mall dan tahun 2019 di Central Paark Mall.
Begitu juga dengan mas Mukhhammad Misdianto, mas Dian aku memanggilnya, seorang Tintiners (anggota komunitas Tintin), yang pertama kali bertemu waktu gathering di Senayan City Mall tahun 2015 Â (bener, ga mas?). Aku, mas Dia dan pak Sudjono, berpameran bersama di Bassura City Mall tahun 2018 bertajuk Memorabilia ......
Menjalin hubungan merupakan salah satu cara untuk networking. Mungkin bukan hanya berhunungan dalam 1 titik itu saja, tetapi networking itu bisa belanjut di masa depan. Saling berinteraksi, mungkin juga untuk anak2 kita kelak.
Aku tahu, tidak semua filatelis berbicara tentang sebuah metoda untuk bisa lebih terjalin erat pada sebuah pameran. Dan aku adalah (mungkin) satu2nya filateli dalam Filateli Kreatif, yang bukan hanya berpameran untuk mengundang pengunjung ke pameran2ku saja, tetapi berusaha untuk terus mnjalin persahabatan dalam networking.
Karena, ketika 18x aku berpameran sejak tahun 2011 sampai 2019 ini, masyaraat terbatas sudah tahu bahwa aku adalah seorang filatelis dan rutin berpameran, bukan untuk bisnis melainkan untuk edukasi. Dari siniah, aku dikenal oleh sebagian masyarakat (bahkan) dunia.
Terbukti, aku berada di 2 buah majalah filateli di Belanda dalam 2 tahun yang berbeda, yang dituliskan oleh seorang sahabat filatelis senior Belanda, juri internasional dari Belanda, yang kukenal dari internet dan berlanjut dengn saling mengunjungi. Arie Zonje .....
Ini, bukan hanya untuk prestasi saja, melainkan untuk mengajak mereka2 untuk melakukan yang terbaik, bagaimana pun caranya. Apalagi, dengan keadaanku yang sangat terbatas sebagai seorang disabilitas.
Bahwa,
Tidak ada yang tidak mungkin, arena dengan kerja keras dan doa, semuanya sangat mungkin dilakukan, terutama jika kita bermuara untuk memuliakan Nama Tuhan ......
