Tidak gampang, menyelenggarakan even besar seperti pameran-pameranku sejak tahun 2011 yang lalu. Pameran Jepang ini adalah pameran ke-18 kalinya. Apalagi, aku tidak menggunakan EO. Jangankan EO. Modal pameran-pameranku ini pun merupakan "modal dengkul", bagaimana mau membayar EO?
Konsep pameran-pameranku adalah untuk edukasi dan bukan menghasilkan uang. Sehingga, apapun yang terjadi aku harus meyelenggarakannya dengan dana yang sangat terbatas.
Pameran Filateli Kreatif "Everyday is a Journwy in Japan" tahun 2019 ini, memang berbeda dengan pameran-pameranku sebelumnya karena semakin bervariasi. Bahkan aku membuat diorama kereta Jepang dan kastil-kastil Jepang. Hal ini justu memberikan warna bagi pengunjung Central Park Mall, yang awalnya iseng datang ke pameranku.
Ditambah, aku juga memamerkan berbagai jenis souvenir Jepang, ada boneka Geisha, boneka Kokeshi, boneka Samurai, kucing-kucing Jepang, sushi, makanan dan snack Jepang, dan sebagainya.
Pengunjung yang awalnya benar-benar iseng datang ke pameranku karena warna-warninya aksesoris cantik ini, membuat mereka akhirnya banyak bertanya-tanya tentang prangko-prangko dan benda-benda filateli yang aku pamerkan.
"Pancingan"-ku ternyata selalu berhasil, seperti di pameran-pameranku sebelumnya.
Inilah fungsi kreativitas untuk "menarik" minat masyarakat pengunjung mall. Ini juga alasan mengapa aku selalu berusaha untuk menyelenggarakan pameran-pameranku di mall, bukan di kantor pos atau di hotel-hotel berbintang sekalipun.
Karena, jika aku menyelenggarakan pameran di kantor-kantor pos, atau di tempat-tempat umum yang biasanya didatangi oleh pencinta filateli, itu "sama saja bohong". Mengapa sama saja bohong?
Ya, karena kita yang datang adalah filatelis-filatelis, lalu bagaimana kosep edukasinya?
Justru, masyarakat awam lah yang butuh datang dan melihat pameran-pameran ini, dan kita para filatelis lah yang mengedukasi masyarakat awam ini.
Begitu juga jika kita menyelenggarakan pameran-pameran di hotel berbintang atau di JCC sekalipun, siapa yang datang? Atau, siapa yang sangat berminat datang?
Tentu adalah para filatelis-filatelis atau kolektor-kolektor prangko, baik untuk sekedar mencari informasi atau untuk berbisnis jual-beli benda-benda filateli! Masyarakat awam? Percayalah, yang datang hanya seujung kuku, karena di zaman sekarang ini, tidak banyak orang tahu tentang prangko, apalagi koleksi benda-benda pos!
Nilai edukasinya sangat rendah, serendah kita kita sekedar menjual prangko untuk mengirim surat saja.
Tetapi jika ada yang meminta aku berpameran di tempat-tempat bukan mall, aku pun melakukannya, karena memang untuk itu aku difasilitasi dan biasanya hanya 1 atau 2 hari saja. Seperti di Hotel Haris Bandung atau Hotel Whiz Kelapa Gading.
Karena aku memang benar-benar hobi mengirim surat dan mengkoleksi benda-benda pos ini, dari awal aku masuk di dunia filateli, pikiranku adalah "untuk mengembangkan dunia filateli, sebagai sebuah hobi yang tidak kalah menariknya disbanding hobi-hobi yang lain, yang cool dan keren!".
Sehingga, sejak pertama kali aku menyelenggarakan pameran-pameran tunggalku, setelah aku "mulai mencoba" untuk berpameran di TMII, di Museum Prangko, aku selalu berusaha untuk berpameran di sebuah mall, yang ramai.
Bagaimana caranya?
Dananya darimana?
Aku selalu membuat proposal dan konsep untuk pameran-pameranku, sebelumnya. Aku akan datang ke sebuah mall, untuk berbicara atau berdiskusi dengan yang berwenang. Central Park Mall, salah satunya karena kantorku di APL Tower, sehingga lebih mudah untukku.
Walau aku bekerja di APL, bukan berarti aku menerima gratis begitu saja, tetapi ada timbal baliknya. Bahwa, aku berusaha dan berjanji untuk mendatangkan "keramaian" dari filatelis-filatelis atau follower-followerku, untuk datang ke mall tempat aku berpameran.
Sejak tahun 2012, aku sudah berpameran di Central Park Mall, yang utama, lalu di Mall of Indonesia (MOI) Kelapa Gading, dan mendapat 2x rekor MURI Indonesia dan MURI Dunia, di Kalibata Square Mall, dan di Bassura City Mall.
Setelah aku sudah mendapatkan tempat untuk pameranku selanjutnya, aku mulai menyusun proposal dan konsep untuk kubawa ke Kementerian Kominfo RI dan PT Pos Indonesia. Bukan mencari dana, tetapi lebih kepada dukungan mereka untukku.
Misalnya, seremonial pembukaan dan penandatanganan Sampul Peringatan (SP), supaya pameranku ini bisa menjadi bagian dari sejarah perfilatelian (kreatif) di Indonesia.
Mencari dukungan dari sebuah Kementerian dan BUMN PT Pos Indonesia, tidak semuah membalikkan telapak tanganku. Aku harus berkali-kali bertemu dengan mereka untuk menyelaraskan konsep-konsepku dengan konsep dari pemerintah, untuk edukasi masyarakat. Minimal 4 atau 5 kali aku datang kepada mereka, dan berdiskusi lebih dalam lagi, sebelum pameran ini dimulai.
Ini aku lakukan di awal-awal tahun, padahal pameranku ini biasanya sekitar September atau Oktober, untuk memperingati Hari O Dunia yang ada di tanggal 9 Oktober setiap tahunnya.
Jika aku menyelenggarakan pameran filateli kreatifku ini 2x dalam setahun, aku akan menyelenggarakannya di sekitar akhir Maret atau awal April, untuk memperingati Hari Filateli Nasional, pada tanggal 29 Maret setiap tahunnya.
Setelah aku mendapat restu dari pemerintah dan mereka bersiap untuk seremonial pembukaannya, aku mulai membuat proposal-proposal dan surat-surat untuk peminjaman panel-panel kepada beberapa institusi, ke Kementerian Kominfo RI, dan ke PT Pos Indonesia.
Dengan segala macam cara pengangkutannya, semuanya hanya aku sendiri yang melakukannya, tanpa ada yang membantu.
Dananya dari mana?
Aku hanya mau katakan, danya sangat terbatas, dari uang tabunganku saja. Tempat (mall) dan panel-panelnya memang gratis, tetapi aku harus mengeluarkan dana untuk biaya angkut, moulding, dan unmoulding, makan menginap di hotel untuk persiapan malam sebelumnya, dan biaya teman-temanku yang sedang bisa membantu. Dan itu memang sangat terbatas, tidak lebih dari 10 juta untuk semuanya, selama pameran 7 hari di mall-mall besar di Jakarta.
Di setiap pameranku, aku selalu menyediakan dana untuk mendesain dan mencetak Sampul Peringatan dan kartu pos untuk dibagikan. Dan, pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Kominfo RI serta BUMN PT Pos Indonesia, akan menandatanganinya, ketika pembukaan pameran.
Yang mendesain Sampul Peringatannya, pasti adalah sahabatku, filatelis Semarang, Mbak Novie. Dan beliaulah yang membuat desainnya, bukan hanya untuk desain SP serta kartu posnya saja, tetapi termasuk desain banner dan undangannya!
Terima kasih, Mbak Novie ..... muuaaaccchhh .....
Saat terakhir persiapan pameran, setelah materi pameran selesai, aku harus booking hotel untuk persiapan terakhir untuk 1 malam saja. Bukan untuk tidur tetapi untuk mandi dan makan, ebelum pembukaan.
Juga, mempersiapkan teman yang benar-benar bisa membantuku, untuk kudatangkan ke venue pameran di malam-malam terakhir.
Undangan sudah kusebar, minimal 3 minggu sebelum hari "H", termasuk siapa yang membuka. Semua pameranku, dibuka minimal adalah Direktur Kementerian Kominfo RI dan PT Pos Indonesia. 3x pameranku di buka oleh Dirjen Kementerian Kominfo RI. Sebuah prestasi yang aku sungguh tidak kuduga.
Siapakah, aku?
Pameran2ku dibuka oleh pejabat2 besar Indonesia?
Itulah, jika Tuhan berkenan, semuanya bisa terjadi dan aku hanya bisa terbengong2 saja ......
***
Masalah tidak ada?
Siapa bilang!
Setiap pameranku, selalu banyak masalah, bahkan pernah aku batalkan karena panel-panel tidak ada tahun 2017, ketika aku harus mengeluarkan dana 50 juta untuk menyewa panel-panel tersebut. Tetapi, semuanya berjalan dengan baik dan pameran pun benar-benar terjadi.
Semuanya itu karena TUHAN BERKENAN!
Yang jelas, aku tidak pernah menyerah! Ketika orang-orang yang mau menjegalku untuk berpameran "menusukku" lewat berbagai cara, JIKA TUHAN BERKENAN, semua nya tetapberjalan dengan lancar, tanpa sutu apapun.
Dan, aku akan terus melakukan ini, karena untukku hobi filateliku ini, merupakan bagian dari pelayanan-pelayanku untuk Tuhan, lewat edukasi bagi masyarakat ......
Parade foto beberapa pameranku :
Catatan :
Ini hanya sebagian saja yang aku posting, dari 18x aku pameran "gratis". Semuanya benar-benar hanya membuuhkan "pantang menyerah" dan "melayani dengan hati". Karena, semua pameranku ini bukan untuk bsnis tetapi untuk melayani masyarakat lewat edukasi.
Jika ada yang berminta untuk melakukan seperti aku, mari kita berdiskusi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H