Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Salah Satu Konsep Karya Kreatifku Tahun 2019, untuk Filateli Indonesia

17 Oktober 2019   09:11 Diperbarui: 17 Oktober 2019   09:16 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

Sebenarnya, aku tidak berpikir untuk Pameran Filateli Kreatif dengan tema Jepang, karena sku tidak punya banyak koleksi tentang Jepang. Koleksi Jepangku sangat sedikit, karena dari dulu waktu aku masih berkorespondensi dengan teman2 dari seluruh dunia, sepertinya hanya 3 orang yang dari Jepang.

Itupun karena aku kenal, sewaktu aku kuliah S2 di Perh, Australia Barat. Megumi (sama2 bermain music, aku piano dan Megumi biola, dan kami sering berduet selama kami kuliah).

Lalu, Shige seorang anak muda, waktu aku dalam belajar bahasa Inggris, sebelum kuliah S2, serta Dennis seorang dosenku, campuran Australia dan Jepang. Itu tahun 1993 sampai sekitar 1995, jadi bisa dibayangkan, koleksiku tenang Jepang sangat sedikit, apalagi mereka hanya sekedar menulis surat saja, tetapi tidak mengumpulkan prangko, sehingga susah untuk meminta mereka membelikan prangko untukku.

Belum lagi, untukku Jepang adalah sebuah negeri yang 'aneh'. Sebuah negeri antah berantah, dengan bahasa yang aneh dan tulisan cacing, serta hidup yang mahal. Aku pernah ke Jepang sewaktu masih sekolah, tahun 1982 dan waktu anak2ku masih kecil tahun 2000.

Dan itu sudah memberikan banyak informasi bahwa Jepang memang merupakan Negara yang aku tidak akan kunjungi sering, karena alasan2 ditas.

Tetapi ......

Ternyata anakku yang kecil, Michelle punya mimpi untuk tinggal di Jepang!

Lihat artikelku tentang Michelle, anakku,

"Aku Ingin Tinggal di Rumah Nobita, yang Ada Doraemon", dan [Hampir] Menjadi Kenyataan  

Jadi, ketika akhirnya anakku kuliah, bekerja dan tinggal di Jepang (Chiba, Tokyo), mau tidak mau jika aku melepas kangenku maka aku yang harus kesana, karena tidak mungkin anakku yang pulang. Akhirnya, setiap 3 bulan atau 4 bulan sekali, aku mengunjungi anakku di Jepang ......

Ketika aku di Jepang, mau tidak mau aku adalah seorang turis "pengangguran", karena tujuanku kesana bukan mau berjalan2 tetapi mau menjneguk anakku. Aku jalan2 jika anakku sibuk kuliah dan bekerja, sehingga, aku melewatkan waktuku sebagian besar adalah disekeliling Tokyo dan Chiba saja, dan tidak au keluar kota, jika harus menginap.

Akhirnya lagi, ku hanya mencari tempat2 yang aku suka, walau sudah [uluhan kali kesana. Yaitu, Postal Museum, tempat favourite ku untuk melihat2 dan berburu benda2 filateli Jepang!

Nah, sekarang tahu kan, mengapa konsep pameranku bertema Jepang? Yaitu karena koleksiku tentang Jepang cepat sekali bertambah! Dan karena koleksiku tentang Jepang dalam kurun waktu 2,5 tahun mencapai sekitaran 100 frames (50 panel), mengapa pengetahuanku tentang prangko Jepang atau tentang Jepang itu sendirri, aku sembunyikan?

Akhirnya, tema pameran ku tahun 2019 ini adalah Jepang : "Everyday is a Journey in Japan" terjadi. Padahal, awalnya tema pameranku tahun 2019 yang sudah aku reka2 adalah tentang "Arsitektur".

***

Jepang, untuk saya adalah sebuah Negara yang sungguh "aneh".  Pertama kali saya kesana ketika masih sekolah, kuliah dan sewaktu anak2 saya masih kecil, 3 kali juga saya merasakan sebuah ketidak-nyamanan disana. Bukan karena Negara teresebut tidak nyaman, tetapi karena mahalnya dan bahasanya.

Jepang memang sebuah Negara 'mahal', setara dengan Amerika dan negara2 di Eropa. Berbeda dengan negara2 di Asia, yang relative jauh lebih murah dari Jepang. Dan Jepang mempunyai bahasa yang sulit untuk wisatawan2 ssing, kecuali China, yang hamper sama dengan huruf kanjinya. Dan Jepang adalah salah satu Negara yang bukan tujuan wisata saya, bahkan di urutan terakhir2.

Tetapi ternyata, Tuhan berkehendak lain. Jepang menjadi impian dari anak saya yang bungsu, untuk di bersekolah dan bekerja yang nantinya ingin sekali tinggal di sana. Sehingga, akhirnya Jepang merupaka "Negara kedua" saya, untuk aku harus mempelajarinya.

Dan dari mempelajarinya untuk saya bisa mengetahui Negara tersebut karena anak saya bertempat tinggal disana, saya menjadi jatuh cinta dengan Jepang, dan saya mulai mengumpulkan pernak pernik dan benda2 filateli yang berhubungan dengan Jepang.

Pada kenyataannya ketika saya berada dalam komunitas dan dunia filateli dan postcrossing Jepang, Negara tersebut tidak terlalu aktif untuk berkorespondensi. Hanya 1 atau 2 orang saja yang tertarik untuk berkorespondensi, dibandingkan ratusan filatelis dan ratusan postcrosser dari negara2 yang lain.

Tetapi, benda2 filateli Jepang itu sungguh luar biasa! Mereka sangat aktif mengeluarkan desain2 prangko dan kartupos baru, dengan konsep yang lucu2. Karena Jepang memang terkenal dengan karya2 kartu, manga dan animee nya. Prangko2 khas Jepang yang lucu2 selalu terbit rutin dan membuat filatelis2 dunia, termasuk aku, terbelalak dan memburunya.

Bukan hanya karya2 kartun, manga dan animee nya, tetapi prangko2 khas Jepang yang lain adalah kuil2 yang berjumlah ribuan serta puluhan jenis kereta shinkansen Jepang pun, mempunyai 'pasar' yang jelas.

Akhirnya, saya selalu melakukan perburuan ketika  setelah anak saya kuliah, kerja dan tinggal di Tokyo Jepang. Bukan hanya benda2 filateli nya saja, tetapi juga mercendise dan pernak pernik nya, sesuai dengan benda2 filateli nya.

Dan inilah yang saya lakukan untuk menunjang Pameran Filateli Kreatif "Everyday is a Journey in Japan" 

***

Walaupun warga Jepang tidak terlalu aktif untuk berkorespondensi atau tukar2an kartupos lewat postcrosser, Jepang sangat peduli dengan desain benda2 posnya. Di setiap kantorpos disana, selalu tersedia benda2 pos yang siap dijual.

Dengan desain yang cantik dan lucu, wisatawan2 khususnya yang hobi filateli, selalu membeli disana. Dengan harga yang relative masih sesuai dengan kantong saya, saya selalu datang ke kantorpos atau ke museum yang menjual benda2 pos.

Lalu, dunia sekarang ini memang merupakan dunia teknologi. Itu tidak bisa dipungkiri lagi bahwa teknologi adalah masa depan dunia. Jika kita tidak mengusai teknologi, kita akan 'berhenti', bingung dan tidak akan maju. Masa depan bangsa adalah teknologi dan anak2 kita lah yang akan menguasai dunia dengan teknologi.

Tetapi sangat tidak tepat, ketika justru teknologi mampu dengan sangat untuk melakukan apa yang namanya KETIDAK-PEDULIAN, ACUH TAK ACUH, bahkan 'mendekatkan yang jauh tetapi menjauhkan yang dekat'. 

Teknologi justru bisa membuat anak2 kita sangat tidak peduli dengan kesopanan kepada orang yang lebih tua, bahkan 'membunuh' hati nurani dengan teknologi. Sehingga, dengan kesadarn penuh, saya justru memilih hidup secara konvensional, walau tetap berhubungan denan teknologi. Salah satunya adalah dengan bersurat2an srta mengumpulkan benda2 pos sebagai filatelis.

Ada banyak cara untuk kita bisa tetap berkarya, bagi diri sendiri, lingkungan bahkan bagi dunia. Dengan hobi mengumpulkan benda2 yang berhubungan dengan pos tersebut ini, merupakan alternative hobi yang sangat menginspiratif. Konsepnya adalah 'keren, fun, cool, kreatif', dalam "Filateli Kreatif" tidak kalah dengan hobi2 yang berteknologi. 

Tetapi filateli pun bisa menjadi "Dunia Filateli yang Berteknologi", seperti yang saya sering lakukan di dunia saya.

Luar biasa, bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun