Dan, bagaimana aku tidak mau menganggap negeri ini adalah sebagai "negaraku kedua", yang mau mengerti aku?
Mungkin 30 menit aku menunggu. Aku berangkat jam 6.00 pagi ke Stasiun Funabashi Hoten. Karena petugas stasiun baru masuk jam 6.30, aku pun harus sabar menunggu. Padahal aku justru berangkat sepagi  mungkin, untuk mengejar kereta Shinkansen jam 7,20 siun Tokyo.
Aku bersiap untuk dijemput petugas yang berbeda, untuk ke stasiun Shinkanden. Masih ada waktu sekitar 5 menit lagi, aku manfaatkan masuk ke toilet disabled. Seperti biasa, semua toilet disabled aku foto, sebagai bahan referensiku.
Petugas2 disana, bolak balik masuk ke ruang tunggu, dimana hanya aku saja yang ada disana. Sepertinya, mereka bolsk balik cek keadaanku. Ya, sebenarnya banyak orang atau petugas2 itu bertanya,
"Tidak ada yang teman?"
Seperti juga di Jakarta. Seakan, mereka tidak percaya bahwa aku tetap bisa sendiri, walau di beberapa titik aku butuh bantuan ......
***
Tiba saatnya, aku harus diantar ke Stasiun Shinkansen, dan menunggu kereta dating. Karena, di setiap stasiun besar, Shinkansen akan berhenti hanya antara 10 sampai 15 menit saja.
Mengapa Shinkansen lebih lama, disbanding dengan kereta regular, yang hanya berhenti 1 menit saja?
Ya, karena Shinkansen adalah kereta luar kota membutuhkan waktu yang lebih banyak, untuk membawa koper atau barang2 bawaan mereka, naik turun kereta. Jadi, aku diantar ke peron Shinkansen yang aku akan naikki ke Kobe, sekitar 5 menit sebelum kereta dating.
Â