By Christie Damayanti
Jepang memang sebuah Negara badai, Negara typhoon, Negara gempa atau apapun nemanya yang berhubungan dengan masalah2 bumi, yang pastinya akan membahayakan kehidupan makluk hidup didalamnya. Dan begitulah keadaannya ......
Ketika aku memilih ke Jepang lagi untuk menengok anakku yang tinggal disana, seharusnya bulan Juli 2019 aku sudah disana. Tetapi, anakku bilang,
"Ma, bulan Agustus saja, karena bulan Juli banyak sekali hujan. Jadi, sayang kalo hujan terus menerus",
Sehingga aku memutuskan beragkat tanggal 8 Agustus sampai tanggal 22 Agustus 2019, untuk memeluk anakku.
Bayanganku, bulan Agustus, memang benar2 panas di Jepang, bahkan "summer holiday" di Jepang. Sekolah2 nahkan universitas2 pun libur, serta beberapa perusahaan pun meliburkan diri walau tidak full 1 bulan.Â
Dan, anakku pun libur, walau justru liburan 1 bulan ini, dia kerja keras sampai malam, untuk mengumpulkan pundi2 tabunganya, drmi membayar biaya hidupnya dan untuk membayar uang kuliahnya.
OK. Aku memesan tiket sesuai tanggal yang disepakati, dan, menunggu waktu untuk terbang .....
***
Di sana memang [anas, sepanas Jakarta bahkan pernah sampai 35 derajat. Suhu udara sangat lembab sehingga sungguh tidak terlalu nyaman untuk bergerak.Â
Beruntung, aku hanya duduk di kursi roda ajaibku, sehingga pergerakkan tubuhku bisa diminimalisir. Walau, kadang keringat deras mengucur, jika sedang tidak ada angin.
Selama disana di musim panas 2019 ini, pada kenyataannya Jepang masih merupakan tujuanku yang utama, selain untuk mengjenguk anakku. Karena dengagn kedaaan cuasa yang panas serta lembab pun, Jepang tetap menyajikan keberadaannya yang sangat sangat ramah disabilitas serta kepedulian untuk ku, sebagai bagian dari disabilitas dunia.
Jika di luar negeri, khususnya di Jepang aku selalu melihat forecast atau rmalan cuasa per-hari, bahkan per-jam. Karena kepastiannya.
Karena apa?
Karena di Jepang aku benar2 mandiri, "berjalan" dengan kursi roda ajaibku kemana2, dan harus siap dengan segala macam cuaca disana. Jika forecast nya hujan, walau hanya 10% atau kurang, aku harus siap dengan jas hujan dan payung besar, jika tidak mau terjebak hujan seoerti beberapa waktu llu, ketika aku disana.
Terjebak hujan itu tidak nyaman. Dengan berkendara kursi roda ajaib, basah2 itu tidak enak. Dingin dan tidak konsentrasi dengan lingkngan, sehingga pernah hampir ditabrak sebuah mobil, karena payungku terbang.
Lihat tulisanku,
Payungku Melayang Ditiup Angin Saat Hujan Lebat, dan Mobil itu Hampir Menabrakku
Jadi, setelah masalah itu, aku memodifikasi kursi roda ajaibku, denga payung yang tidah harus tanganku memeganganya, karena tangan kananku lumpuh.
Mengapa aku sangat percaya ramalan cuaca Jepang?
Ya, aku sangat percaya karena aku sudah membuktikannya. Bahkan, sampai per-jam pun bena2 bisa dipercaya. Itu adalah pengalamanku.
Nah, sampai pada waktu beberapa hari di Jepang waktu itu, ternyata aka nada badai typhoon, diwilayah Kanzai, wilayah barat Jepang. Dimana, justru Agsutus 2019 lalu aku memang berniat untuk bertemu dengan beberapa teman2ku.
Ada teman penulis Kompasianer di Chichibu, Saitama yang belum pernah bertemu. Ada teman TK yang memang sudah lama bermukim di Kobe, Hyogo dan ada teman SMP yang sudah menjadi "orang penting" sebagai ahli robot di Nagoya. Itu semua ada di wilayah barat Jepang, Kanzai.
Sehingga, dengan diskusi panjang dengan teman2ku itu, akhirnya beberapa harus diundur, karena memang terlalu membahayakan. Bisa2 kereta kesna tidak beroperasi atau tiba2 berhenti karena angin yang bisa memporak-poranda kan.
Informasi tentang Typhoon Krosa sudah di sebarluaskan dari banyak instansi, yang akan melanda Jepang bagian barat, termasuk Osaka dan Hiroshima pada tanggal 14 sampai 16 Agusteus 2019
Topan Krosa diperkirakan membawa angin yang sangat tinggi, gelombang badai berbahaya, curah hujan deras, dan kemungkinan banjir ke wilayah Jepang Barat, termasuk Kyushu, Shikoku, dan Honshu barat, mulai Rabu, 14 Agustus 2019.Â
Dan berlanjut hingga awal pagi hari Jumat, 16 Agustus 2019, ketika badai diperkirakan akan bergerak ke utara dari wilayah Kansai. Juga, akan menyebabkan gangguan cuaca lbih lanjut di seluruh Jepang Tengah (termasuk wilayah Kanto dan sektarnya, Tokyo ada didalamnya), dan bergerak ke utara di wilayah Hokkaido.
Itu adalah 'warning' dari semua instansi Jepang, termasuk pemerintah Jepang, terus mengumandangkan hal tersebut. Anakku pun, mewant2 aku untuk hati2 jika mau keluar apartemen, dengan banyak resiko jika aku nekat melakukannya.
Typhoon Krosa, pada saat itu sungguh membuat aku cukup "terpukul". Dengan rncana cantik untuk bertemu dengan teman2ku disana, akhirnya aku harus mengubah itinerary schedule perjalananku, dan itu tidak bisa sempurna, karena janji ketemu mereka sudah kami rencanakan sekitar 1 bulan sebelum aku terbang, dan mereka pun butuh waktu untuk bisa re-schedule.
Aku maklum, sampai akhirnya dari 3 orang teman yang janji bertemu, hanya 2 orang teman yang akhirnya bertemu di Chichibu dan di Kobe. Puji Tuhan .....
Cerita selanjutnya, aka nada di banyak artikel2ku tentang "liburan di Jepang musim panas 2019", ini.
***
Jepang memang sebuah Negara gempa, karena negeri ini berada di pertemuan sabuk dunia utara selatan dan timur barat.
Lihat tulisanku,
Gempa dan Badai yang Sering Melanda Jepang ; Michelle dalam Badai Salju di Chiba
"Negeri Gempa", dengan Prestasi Teknologi karena Tokyo SkyTree di Jantung Zona Gempa
Tetapi, bukan berarti kita takut untuk terbang kesana. Justru dengan keberadaan Jepang sebagai "negeri gempa" yang sudah terkenal sejak dahulu, itu membat warga Jepang belajar keras untuk bisa negeri ini "tunduk".
Mereka belajar dengan keras, sampai akhirnya Jepang sangat terkenal dengan ahli2 gempa dan tsunaminya. Dan itu membuat negeri ini menjadi sorotan dunia untuk "mengajar" dunia, tentang gempa dan tsunami.
Apapun itu, bukan berarti Jepang merupakan Negara nomor sekian untuk dikunjungi. Jepang belajar sangat keras dengan keberadaannya, sampai akhirnya negeri ini benar2 khirnya menjadi salah satu tujuan wisata dunia!
Tetapi, bagi orang2 yang tinggal disana dan orang2 yang memang mempunyai tujuan khusus dan sering kesana, termasuk aku yang tiap 3 bulan sekali terbang kesana untuk menjenguk anakku, aku harus benar2 bisa "membaca" situasinya.
Jika mereka sudang mem-warning untuk berhati2, apalagi dengan informasi2 dari teman2 yang memang tinggal disana.
Dan, artikel ini yang akan memulai dan awal perjalananku di musim panas 2019 di Jepang, dengan banyak kisah pribadiku, yang menegangkan serta unik dan misterius, selama disana, karena keberadaan mereka ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H