Ketika aku hidup di tengah2 gedung bertingkat 46 (aku berada di lantai 45) sebagai kantorku, aku sadar bahwa hidupku juga cukup beresiko dengan tinggal di Indonesia, juga merupakan "negara gempa", walau tidak separah Jepang.
Pernah aku merasakan, ketika gempa menyerang Jakarta beerapa tahun lalu, tidak ada yang sadar bahwa ada gempa. Jam kerja dan masing2 sibuk dengan pekerjaannya. Sehingga, ketika ada gempa di Jakarta, kita semua sedang sibuk.
Awalnya, aku merasa "pusing". Aku sedang mengetik di laptop, tiba2 aku merasa pusing, bergoyang. Seperti vertigo. Ada sampai beberapa menit, sampai akhirnya gempa itu berhenti. Dan, aku baru sadar malam harinya, ketika televise menyetakan bahwa siang itu ada gempa di Jakarta ......
Goyangannya cukup terasa keras. Gedung ku bergoyang, meliuk2 mengikuti arah gempa. Ini juga merupakan konsep "gedung tahan gempa", dengan peletakan2 geser, yang tidak di"matikan". Sehingga, bangunan ku "bergerak", menari mengikuti irama gempa.
Bayang kan, jika perletakkannya dimatikan. Alhasil, gedung ku akan retak, karena ketika gedung itu bergerak karena gempa, tetapi karena perletakkannya dimatikan atau perletakkan statis, maka gedung itu akan retak, patah bahkan justru ambruk!
Bangunan2 di Jakarta pun harus lulus perancangan gempa, karena Indonesia meamng termasuk "negara gempa". Dan diuji oleh ahli2nya.
***
Jepang dan Indonesia, memang termasuk negara gempa. Masing2 mempunyai cara untuk melindungi negaranya. Dan pemerintah pun berusaha untuk bisa membuat Negara itu mampu bertahan dari serangan gempa.
Dan, ketika anakku bermimpi tinggal di Jepang dengan segala resiko dan konsekwensinya, aku harus rela dan berserah. Apapun yang terjadi, doaku untuk anakku disana.
Tuhan Yesus akan terus menjaganya .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H